Part 3

50 8 5
                                        

Dalam perjalanan menuju kelas tak henti-hentinya Alsen mengoceh mengenai mood Aldo, sikap dingin Aldo sampai pada topik apakah Aldo menyukainya karena tidak pernah dekat dengan wanita.

"Gue jadi takut sendiri," Alsen bergidik ngeri.

"Bego ditanam." Celetuk Aldo kesal.

"Bego jenis tanaman baru ya Do?" tanya Alsen dengan cengiran khas yang dapat mempesona banyak wanita.

Mengusap wajahnya kasar, Aldo tak menggubris pertanyaan Alsen yang benar-benar ditingkat dimana hanya orang-orang sejenis Alsen yang bisa mengerti.

'''Bruk!!!'''

Karena Aldo tidak fokus ke depan tanpa sengaja Aldo menabrak seorang cewek yang kini jatuh terduduk di lantai. Entah dapat hidayah dari mana, tangan Aldo dengan sendirinya terulur untuk membantu cewek tersebut berdiri. Aldo sendiri terkejut kenapa dia melakukan hal itu.

Yaudahlah, udah terlanjur juga, nggak rugi kok.

Cewek tersebut menatap aneh kepada Aldo. "Ayo gue bantuin berdiri," ucap Aldo kemudian sambil menggerak-gerakan uluran tangannya di depan cewek tersebut.

Dengan ragu, cewek yang ternyata adalah Key itu menyambut uluran tangan Aldo.

"Lo nggak papa kan? Sorry," tanpa menunggu jawaban Key, Aldo berlalu memasuki kelas dengan meninggalkan Key dan Alsen yang menatap Aldo bingung.

"Lo kan cewek harusnya mama dong," ungkap Alsen tiba-tiba yang membuat Key mengerjap tidak percaya.

~0~

Key menuju bangkunya dan duduk dengan tenang, tanpa banyak bicara seperti biasanya.

"Kenapa lo? Pagi-pagi cemberut aja? Sakit tenggorokan ya keseringan teriak-teriak?" tanya Bella menatap teman sebangku, seperjuangan sehati tapi tidak sejiwanya itu. Key tidak merespon, malah mengeluarkan buku fisikanya.

"Ooo gue tau, lo belum kerjain PR ya? Iya sih, emang banyak banget nih PR fisika," jelas Bella yang kembali menyalin tugas fisika milik Asep. Ingat! Bella menyalin bukan menyontek, karena dia bakal nggak suka kalo kejahatan anak sekolah ini dibilang sebuah pencontekan.

"Fisika? Hello, itu fiska. Jelas udahlah, kecuali itu biologi," jawab Key sedikit sarkastik dan menekan pada kata fisika dan biologi.

Bella menghentikan acara menyalinnya, kemudian menatap Key yang memalingkan wajahnya ke depan.

"Masih marah sama gue?"

"Menurut lo?"

"Aelah Key. Kayak anak kecil lo," jawab Bella yang kemudian melanjutkan menulis.

"Anak kecil lo bilang? Yang sering mewek kalo lihat Kak Deo jalan sama cewek siapa?" ejek Key pada Bella.

"Urusan hati beda atuh Neng. Lo sih suka keliling hati, menjelajahi hati. Kalo gue kan setia sama satu hati. Coba kalo lo udah jatuh ke satu hati dan lo bener-bener nggak bisa pergi ke tempat lain lagi, lo pasti bakal perjuangin itu mati-matian."

"Lah malah ceramah ini anak," Key menggeleng pelan.

"Gimana lo sama Kak Rey?" tanya Bella tiba-tiba.

"Ya nggak gimana-gimana, bosen gue sama dia. Dia tuh posesif gitu, kalau gue mau pergi harus bilang dulu. Gue nggak bebas jadinya. Menurut lo, gimana kata-kata yang pas buat mutusin dia?" tanya Key meminta saran. Yah mau gimana lagi, namanya juga sahabat walau habis berantem nanti juga baikan dengan sendirinya.

Bella menggeleng kuat, sahabatnya ini benar-benar kebanyakan makan micin pikirnya.

"Jangan mulai deh Key! Lo udah seminggu sama dia, coba sekali... Aja lo pertahanin hubungan lo! Jangan gonta-ganti cowok mulu! Hati itu bukan cup jusnya Mak Supri, cuma sekali pake."

The MemoryWhere stories live. Discover now