Angin dari jendela semilir lembut menerbangkan helaian rambut Key yang terlepas dari ikatan. Key tengah menatap guru biologinya yang tampan rupawan dengan senyum mengembang. Sampai tiba tiba petir menyambar pendengaran Key.
"Aldo Rickzal dengan Hanna Kiesa" ucap pak Andra membuat mata Key hampir terlepas.
Nggak ada hujan bahkan pertanda mendung tiba tiba badai mendatangi Key.
Mata hazel nut Key membulat. Rasanya seperti diminta masuk kolam di musim dingin.
Satu kelompok dengan Aldo? Bahkan selama ini Key berusaha agar tak bertegur sapa dengan patung es tersebut.
Bencanalah bagi Key yang notabene tukang buat rusuh harus satu kelompok dengan Aldo, si famous karena sikap dinginnya yang tingkat akut itu.
Pak Andra oh pak Andra tidakkah engkau bayangkan nasib anak didikmu yang terunyu ini?
Key mengangkat tangannya.
"Iya Key kenapa?" tanya pak Andra yang sudah hafal sedang wajah Key. Bagaimana tidak hafal? Setiap pak Andra masuk pasti Key diminta berdiri di depan kelas karena... Yah tugas yang belum selesai...
"Saya minta tukar kelompoknya boleh Pak?" tanya Key tanpa takut.
"Tidak. Bapak sengaja supaya kamu bisa belajar dengan Aldo sehingga nilai biologi kamu naik." ucap pak Andra tegas.
"Mau bagaimana lagi pak? Saya kan nggak suka biologi saya lebih suka fisika. Tapi kalo Pak Andra yang ganteng sih saya suka." ucap Key dengan senyum manisnya.
Sontak perkataan Key yang kelewat jujur itu membuat tawa anak kelas Xl IPA 1 meluncur memenuhi ruangan. Serta mendapat sorot tajam dari Pak Andra yang membuat semua kembali pada buku masing masing.
"Key! Sebaiknya kamu mulai diskusikan tugas ini dengan Aldo!"
"Yah bapak, ganti dong pak... Sama teman sebangku gitu?" Key menatap Bella meminta persetujuan.
Namun, sayang sahabatnya kali ini tidak mau memihak Key. Bukan karena sahabat yang jahat tapi karena, satu Key pasti tidak mengerjakan.
Dua dia ingin mengerjai Key dengan cara memasukkannya ke dalam kandang 'beruang kutub'
"Bagaimana?" tanya pak Andra penuh kemenangan.
Dengan wajah cemberut Key melangkahkan kakinya menuju meja Aldo yang tepat di depan meja guru.
"Do?" panggil Key yang kini telah berdiri di samping tempat duduk si cowok abstrak ini.
"Hem." sahutnya tanpa berpaling dari smartphone miliknya.
Semenarik itukah ponsel dibandingkan Key yang cantik primadona SMA Graha?
"Kita satu kelompok." Key berucap dengan hati hati.
"Gue tahu." jawab Aldo dingin.
Key bingung harus bicara apa lagi, padahal biasanya dia selalu punya bahan pembicaraan. "Kapan kita kerjain tugasnya?"
"Gampang." jawab Aldo masih dengan dinginnya.
"Ih lo mah gampang pinter, berhubung gue lagi serius nih. Kan nggak biasanya seorang Key mau nugas." ucap Key berusaha mencairkan suasana.
"Hem." jawabnya singkat padat dan jelas.
"Ih Aldo gue itu-"
"Iya iya..." potong Aldo cepat.
"Iya apa? Gue kan belum selesai bicara." Aldo masih tak merespon.
"Gue serius Do. Gue nggak mau ya kalo lo yang kerjain semua, secara kita sekelompok dan gu-"
"Ck. Diam deh lo bawel banget tahu nggak!!!" Aldo meletakkan ponselnya. Kemudian menatap Key dengan tajam dan dingin.
Kini Key sudah berhasil mendapatkan perhatian dari patung es tersebut.
Key meneguk ludahnya dengan susah payah, Key pun menunduk dalam dalam.
"Firasat alam mengatakan Key bakal diam kedepannya. Maaf teman teman kalian nggak bakal denger suara indah Key dalam beberapa minggu ke depan." batin Key.
#autorr
Cerita apa lagi nih?
Padahal yang kemaren belum selesai.
Aelah autor...
Dibaca ya guys :)
YOU ARE READING
The Memory
Teen FictionKalau Key bilang dapetin cowok itu semudah membalikan telapak tangan itu memang benar baginya. Tapi bagaimana jika menaklukan seorang Aldo adalah tantangannya? Cinta itu hadir tanpa paksaan dan imbalan... Hana Kiesa Karena gue cinta bukan mandang fi...
