Chapter 9

15 2 2
                                    

***
Brakk!!!

Motor Rasya oleng dan masuk ke dalam parit kecil di pinggir jalan. Mereka terjatuh dengan kaki yang tertindih motor besar itu.

"Anjing." Desis Raffa.

"NGENDARAIN MOBIL TUH SANTAI WOY!MAIN NYEREPET AJAH. GAK TAHU RASYA KAGET?!! KALO RASYA GAK KAGET,PASTI UDAH DI TENDANG SAMA RASYA MOBIL KAMU!!" Sempat sempatnya Rasya berteriak di waktu yang tidak tepat.

Raffa segera mengangkat motor Rasya dengan tenaga yang tersisa di tubuhnya. Warga yang melihat berusaha membantu mengangkat motor Rasya dan juga menawarkan untuk mengobati luka mereka. Dengan pertolongan pertama menggunakan air minum yang dibawa salah satu warga. Karna apotik dan mini market jauh dari sana, hanya ada toko perlengkapan motor di sebrang. Setelah mereka berterimakasih, perlahan warga membubarkan diri setelah memastikan mereka berdua baik baik saja. Salah satu warga juga menawarkan untuk ke rumahnya agar lukanya dapat di tangani. Tetapi keras kepala Rasya kambuh dan berusaha menolak bantuan warga itu. Rasya beralasan takut merepotkan dengan sejuta alasan lainnya. Sebenarnya dia hanya parno, bisa saja warga itu akan menjual dirinya dan Raffa ke luar negeri seperti film yang pernah di tontonnya.

"CRISTOOPPPP... bangunin dong! Dari tadi liat ke depan ae.... mobil itu udah kabur woyy.. sekarang, pentingin Rasya dulu! Ini kaki Rasya sakit banget! Gak berperikekakian sekali dirimu! Masa Rasya yang cantik ini duduk kayak gembel di aspal." Raffa berhenti memandang ke arah perginya mobil tadi. Dia segera membantu Rasya yang masih duduk di aspal sembari menahan sakit. Setelah Rasya berdiri Raffa membawanya ke trotoar. Mereka duduk dan meluruskan kakinya. Rasya melirik laki laki di sampingnya.
"Top,samar samar tadi Rasya denger Cristop bilang 'daging',Cristop mau daging? Nanti aja yah.. kaki Rasya lagi sakit banget nih.."
"Hm." Untung Rasya tidak dengar apa yang sebenarnya di ucapkan Raffa tadi.

Hening menglilingi mereka. Raffa melihat gadis itu di kerubuti oleh nyamuk. Ternyata sekarang sudah malam. Berapa jam mereka di perjalanan? Padahal Raffa rasa Rasya tadi mengebut. Raffa merasa kasihan melihat Rasya.

"Gue pergi"
Rasya menahan tangan Raffa.

"Ke mana?"
Raffa menunjuk toko di sebrangnya.

"Nanti Rasya sendirian dong di sini. Rasya ikut deh."

"Motor."

"Biarin lah. Kalau dicuri. Tinggal bilang si abang yang ngilangin. Daripada Rasya diculik. Emang Cristop mau tanggung jawab? "
Raffa terdiam. Rasya yang di culik kenapa dia yang harus tanggung jawab? Malah Raffa akan merasa bersyukur gadis manja bin ajaib ini tidak ada. Sungguh kejam Raffa.
Raffa menghembuskan nafasnya.

"Ayo"
Raffa merangkul pundak Rasya. Dan meretangkan tangan kanannya. Untuk memberhentikan kendaraan yang lewat. Dan melangkah pelan hingga sampai ke tujuan. Dia masuk ke toko tersebut. Dia membeli jas hujan berwarna pink yang menurutnya menarik. Setelah membayar dia keluar. Kepalanya melirik ke kanan dan ke kiri. Rasya di mana?-batinnya.



Rasya hilang.




Sebelum Raffa melakukan sujud syukur. Suara teriakan Rasya menghentikan aktivitas yang ingin di lakukannya. Dia menoleh ke kiri dan melihat gadis itu sedang berlari sambil berjalan pincang ke arahnya. Belum juga dia membalikan tubuhnya. Tanpa diminta,Rasya menerjang tubuh Raffa. Mereka ambruk di tempat. Bertambahlah sakit di tubuh Raffa. Di tambah lagi dengan badan Rasya yang bisa dibilang lumayan berat. Poor Raffa.

"Cristop..Cristop.. tadi ada laba laba. Dia nyamperin kaki Rasya. Dia sempet juga nempel. Kaki Rasya udah ternodai sama si spider nya. Gimana ini?! Kalo Rasya jadi spidergirl terus  dinikahin spiderman gimana?! Kalo kulit Rasya infeksi gimana?! Gimana Top?! Gimanaaa?!!!!"

Sungguh! Raffa benar benar tidak kuat,Rasya yang di atas punggungnya malah memutar tubuhnya menghadap langit. Raffa menghirup udara polusi itu dan menghembuskannya lewat mulut. Ternyata phobia Rasya belum hilang. Pasti setelah ini dia akan demam.

"Haaaachim"
Tuh kan! Untung saja posisinya tidak ke arah Raffa.

"Uhukk... Cristop kayaknya haaachim... Rasya flu deh uhukk..uhuk.."
Rasya menarik tangan Raffa ke keningnya. Sakit guys! Bisa bayangin gak, tangan Raffa posisinya gimana?

"Panaskan? Pulang aja yuk.. badan Rasya dingin nih!" Rengek Rasya.
Raffa mengangguk " ming-gir!!"

"Eh maaf, Cristop pasti susah nafas yah.. sini sini bangun.. Rasya bantuin... uhhhh clistop cecek yah? Nanti di lumah minum obat yah!"
Akhirnya Raffa selamat! Dia tidak akan mati sia sia. Dia pun mengeluarkan jas hujan itu dari kresek hitam,lalu dia melemparkannya tepat di muka Rasya, Rasya terhuyung kebelakang, refleks dia menahan tubuhnya dengan kaki.

"Ishhh" decihnya sinis.
Rasya menengadahkan kepalanya ke atas,melihat langit gelap yang tidak menurunkan air itu. Sebenarnya di sini Rasya yang lemot atau emang Raffa yang bloon.

"Cristop liat kan di sini gak hujan? Kenapa coba ngasih Rasya jas hujan. Lagi sakit yah,top? "

"Pakek,nyamuk"

"Etdah top. Kalo ngomong tuh jangan sependek kuku Rasya, emang ngomong pakek pulsa? Dimana sih beli pulsanya biar Rasya yang beliin, biar Cristop jadi cerewet. "
Raffa tidak peduli dengan  pembicaraan Rasya. Dia merebut jas hujan itu dari tangan Rasya dan membeberkannya agar siap pakai. Dia memakaikan jas hujan berwarna pink itu ke tubuh Rasya dan memakaikan kupluknya.
"Banyak nyamuk." Raffa menepuk tangan seperti membersihkan kotoran yang ada di telapak tangannya. Dia tersenyum tipis melihat hasil karyanya itu. Dia bagai melihat buntelan daging sapi yang akan di semur. Sepertinya dia mulai kelaparan.

Rasya menatap keki jas hujan yang di pakainya. Rasya tidak malu. Toh, Raffa melakukan itu demi dirinya agar tidak di gigit nyamuk. Tapi gimana yahh...Rasya pikir ini terlalu berlebihan. Ternyata sekarang Rasya dapat berpikir jernih dari sekian chapter yang terlewati.

Tak apalah-batinnya.

"Yaudah, Top yuk kita balik lagi. Hachiimm Tuh liat untung aja motor Rasya gak di paling. Bisa gawat kalo bunda tau motor yang di beliin ayah ilang. Pulang pulang Rasya mendapat siraman rohani tentang 'Pentingnya Menjaga Barang yang Diberikan kepada Kita'. Unch banget kan judulnya?HACHHIIMMMM.Cristop ini ingus Rasya hampir keluar. Beliin tisu dong cepetan top!!!ihh.." Rasya mengibaskan tangannya ke arah hidung. Tidak berefek apapun sih. Raffa yang tahu tidak akan adanya tisu itu membuka seragamnya. Dan menyerahkan ke Rasya. Sedangkan Raffa memakai kaos putih yang slalu di pakainya. Emang di toko peralatan jualan tisu?

"Pake"
Dengan buru buru Rasya menyusut ingusnya. Raffa yang melihat dengan live. Hanya diam, dihatinya ingin berekspresi jijik. Tapi raut muka nya tidak bisa di kondisikan.

Raffa merangkul kembali pundak Rasya. Mereka mulai menyebrang. Setelah sampai, Raffa menengok kanan kirinya. Siapa tahu ada taksi lewat yang dapat mengantarkan mereka pulang. Dengan sabar Raffa menenangkan Rasya yang tiba tiba merengek dari tadi, merasakan kakinya semakin perih karna digunakan untuk berjalan. Raffa mencoba membantunya dengan meniupi luka di lutut Rasya. Tapi malah menambah rengekan Rasya menjadi tangisan. Itu sama sekali tidak membantu. Raffa pun mengeluarkan kaos kaki yang terdapat dua mata di bagian ujungnya dari dalam saku celana. Dia memasukan tangannya ke dalam lubang kaos kaki. Dan menggerakan tangannya mencapit,dengan posisi ibu jari di bawah dan anak anaknya di atas dipisahkan oleh jarak yang ada. Raffa mulai mengeluarkan suara suara yang dia bisa. Seperti cicak, tokek,atau apapun hewan hewan absurd yang di sukai Rasya bahkan suara jangkrik di malam hari dia menyuarakannya sama persis dengan yang asli.

Rasya terkekeh. Dia melakukan hal yang sama dengan Raffa,menggerakan tangannya membalas suara hewan yang di ucapkan Raffa. Rasa sakit Rasya sejenak terlupakan. Dia fokus membuat cerita yang di perankan dirinya dengan Raffa yang di gerakan oleh tangan mereka.
"Eh mas,dek. Maaf kalian belum pulang? Ini sudah hampir larut malam loh. Nanti dicariin sama orang rumah gimana?" Tanya seseorang yang lewat di belakang mereka menyenggol pundak mereka bersamaan,membuat mereka terkejut.
____

Yahh.. sperti itulah. Hari senin makin dekat ya..

Syafa : freeze x warmМесто, где живут истории. Откройте их для себя