Laki-laki itu bernama Amarlic Baldwin Chatillon. Dia sangat tampan, namun sayangnya dia sangat dingin. Erlina yang duduk tepat di sebelahnya sudah keringat dingin ditambah jantungnya berdetak dengan sangat cepat.

"K-kau Amarlic, 'kan?" tanya Erlina memberanikan diri. "Ya," jawabnya tanpa menoleh sedikit pun.

"Biasanya kau berangkat naik mobil?" tanya Erlina penasaran. "Apa urusannya denganmu, apa aku membuat kau susah?" celetuk Amarlic.

"Ah tidak, kok," sahut Erlina meringis.

Selama 30 menit lamanya, akhirnya Erlina bisa bernafas lega. Dia turun setelah Amarlic. Bukannya Erlina tidak senang dapat berdekatan dengan Amarlic seperti tadi, tetapi ia selalu merasa perasaannya tidak dapat terkontrol bahkan jantungnya tidak dapat bekerja dengan baik.

🗽🗽🗽

Erlina berjalan sepanjang koridor kampus dan tiba-tiba terdengarlah suara yang memekikkan telinga, "Erlina!, Erlinaaa tunggu, wait me baby!" Teriak seorang perempuan yang berusia 22 tahun itu.

Erlina membalikkan tubuhnya, terpaksa Erlina harus menunggu dia. "Endless, ada apa?" tanya Erlina dengan wajah malasnya.

"Kau tidak mau menunggu aku?" rengek Endless seraya mengayun-ayunkan lengan Erlina.

"Iya maaf, kan aku tidak tahu. Kau mau apa lagi mengenakan pakaian seperti ini?, memangnya ini di rumah?" sindir Erlina ketika melihat penampilan Endless yang minim.

"Ihh Erlina, kamu jahat sama akuu!" Protes Endless dengan menghentak-hentakkan kakinya.

Teriakan Endles membuat perhatian semua orang yang ada di koridor kampus menuju Erlina. "Baper, aku ada kelas sekarang, duluan, ya." Erlina melenggang pergi meninggalkan Endless sendirian setelah mengatakan itu.

"Michelle Erlina Baldquin tungguin akuu!" Teriak Endles lagi dan lagi, membuat telinga siapa pun yang mendengarnya menjadi sakit.

🗽🗽🗽

"Michell, duluan, ya," ucap seorang teman kelasnya yang sudah dijemput dengan kekasihnya. "Iya," sahut Erlina dengan wajah yang sudah kusam karena menunggu bus yang sedari tadi tak kunjung datang.

"Erlina Baldquin, aku duluan ya sayang," ucap Endless yang sangat lebay didengar. Dia dijemput oleh kekasihnya setiap hari, tetapi kekasihnya tidak pernah menampakkan diri dari dalam mobil. "Iya- iya," balas Erlina dengan nada malasnya.

Hari mulai gelap, Erlina melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 18.05 Pm. Tuhan memang penolong untuk Erlina. Sudah lama menuggu, bus pun akhirnya datang.

🗽🗽🗽

Sampailah Erlina di halte biasa ia naik Bus. Ketika ia hendak turun, ada sepasang kakek dan nenek yang kesulitan menuruni bus, mungkin faktor usia. Erlina menghampirinya dan membantunya untuk turun.

"Ayo nek, Kek. Saya bantu," ucap Erlina.

Ia mentatih jalan kakek dan nenek untuk ke halte tempat penurunan. "Terima kasih ya, Nak," ucap kakek itu.

"Sama-sama kek, Nek. Saya duluan ya, tempat tinggal saya hampir dekat," pamit Erlina kepada nenek dan kakek yang sekarang sedang duduk di halte.

"Baiklah hati-hati ya, Nak," ucap nenek itu.

Ketika Erlina hendak melangkahkan kakinya, tiba-tiba suara petir sambar-menyambar di langit. Erlina pun menoleh, melihat nenek dan kakek tadi dengan wajah cemas. Erlina pun memutuskan untuk menghampirinya lagi.

Tangan Erlina menyentuh bahu kanan nenek dan menyentuh bahu kiri kakek itu, "nek, Kek. Rumah kalian memangnya di mana?" tanya Erlina.

"Rumah kakek dan nenek di sana," sahut kakek seraya menunjukkan rumahnya menggunakan tongkat.

Erlina terkejut melihat mansion yang menjulang tinggi dari pada rumah lainnya, rumah itu tetap terlihat mewah walaupun ditutupi oleh rumah-rumah kecil yang ada di sekelilingnya.

"Ka-kalian, keluarga Chatillon?" kejut Erlina. Ia tak menyangka ternyata mereka anggota keluarga konglomerat.

"Ya benar, Nak. Kenalkan nama nenek Rebecca Chatillon, dan ini suami nenek Jonathan Phillip Chatillon," terang Rebecca.

"Nama saya Michelle Erlina Baldquin, Nek, Kek." Erlina pun mengulurkan tangan dan dibalas oleh Rebecca lalu bergantian dengan Jonathan.

"Cepatlah pulang, Nak! Ini sudah mau turun hujan," suruh Jonathan sambil mengusap rambut Erlina.

Erlina mengambil payung kecil di tas ransel mininya. Lalu memberinya pada Rebecca. "Iya, kek. saya hanya mau memberi payung ini. Pakai saja, mansion saya sudah dekat."

"Tidak usah, Nak. Nanti kamu akan kehujanan," tungkas Rebecca yang enggan menerima payung pemberian Erlina.

"Saya akan kehujanan jika kalian lama mengambil payung ini," sahut Erlina membuat Rebecca mengambilnya. "Pakai saja, saya duluan permisi," pamit Erlina. Ia langsung melenggang pergi dengan berlari-lari kecil.

🗽🗽🗽

"Bu aku pulang!" Teriak Erlina yang telah sampai dan memasuki ruang tamu.

"Ya, Michell, istirahatlah langsung! Ibu sedang di dapur menyiapkan makan malam bersama bi Mijien," sahut Ameera dari dapur.

"Oke, aku ke kamar!" Teriak Erlina lagi. Erlina langsung berjalan menaiki tangga. Sesampai di kamarnya, ia merebahkan diri di ranjang untuk melepaskan semua lelah dan letih . Tak lama pun ia beranjak mandi dan bergegas turun untuk makan malam bersama.

TBC ...

My Husband Conglomerate✅
❤\\ROMANCE//❤
Start 07/03/2020
©®2020


#INI STORY PERTAMA AKU LHO :)
#GIMANA GUYS SERU GAK?.
#MAAF BARU BELAJAR🙏.
#JANGAN LUPA VOTE AND COMENT YA
FOLLOW AKUN AUTHOR.
IG: @au_thorsecret

My Conglomerate Husband (Completed✔)Where stories live. Discover now