Dikendalikan

1K 87 17
                                    

Aaaaaaaaa

Teriakan Bu Ratna mengagetkan seisi rumah.
Aku dan anak-anak lain pun bergegas menuju ruang tengah.

Tampak Pak Budi dengan tatapan kosong lurus ke depan mengarah ke kami dengan senyuman sinis aneh.

Tak hanya itu, Pak Budi menusuk-nusukkan pisau ke perutnya sendiri. Sesekali ia terdengar ketawa kecil.

Hihihihi...

Ia menghujami dirinya dengan pisau dapur yang ia pegang. Dengan tanpa rasa sakit, ia terus menerus menusuk dirinya tanpa ampun.

Pak Budi seperti kerasukan atau semacamnya.

Apa mungkin, selama ini pembunuhnya menggunakan magic?

Tak ada seorang pun dari kami berani mendekati Pak Budi.

Darah mengalir deras, bahkan menodai lantai dan dinding ruang tengah.

Aku memeluk sambil mendekap erat Lea dan Leo agar mereka tidak trauma. Segera mungkin aku mengajak mereka masuk ke kamar, diikuti oleh Viona.

Sedangkan Pak Adi dan Bu Ratna sibuk mencari cara untuk menenangkan Pak Budi. Rachel mencoba untuk terhubung dengan pihak kepolisian melalui telepon rumah.

Telepon tetap tidak bisa terhubung, sepertinya ada masalah dengan sinyal karena hujan atau petir.

Suasanapun menjadi sangat gaduh, Pak Budi mulai terlihat kehabisan darah. Perlahan-lahan, ia pun tergeletak lemas bersimbah darah.

Sungguh pemandangan yang sangat mengerikan. Pak Adi pun berlari keluar rumah untuk meminta bantuan keluarga nomor 11.

Apa mungkin itu cara yang tepat?

Tak berselang lama, Pak Adi kembali dengan sedikit tergesa-gesa dan nafas berlomba-lomba.

"Mereka, mereka... Sudah mati..." kata Pak Adi

Mereka yang Pak Adi maksud adalah keluarga nomor 11,
Jadi...
Pelakunya siapa?

Pak Ketua Komplek sudah tiada, keluarga nomor 11 juga sudah tiada.

Disaat Pak Adi dan Bu Ratna membereskan jenazah Pak Budi, aku masuk ke kamar Rachel untuk mendiskusikan sesuatu.

"Bagaimana menurutmu?" langsung saja aku menanyakan pendapatnya

"Apa mungkin pembunuhnya tetap Pak Juna?" Katanya ragu

"Sepertinya, suara telepon misterius tadi milik Pak Juna. Pak Juna seperti sekarat di suatu tempat. Tetapi dimana ia menemukan nomor rumah kita?" tanyaku

"Soal itu gak penting kak, bisa saja dia menyimpan nomor semua orang di komplek ini. Yang penting adalah siapa wanita yang ia maksud?" kata Rachel

Benar juga,
Siapa wanita di dekat kami yang menurut Pak Juna berbahaya.
Wanita di rumah ini cuma ada aku, Rachel, Bu Ratna dan Viona.

Tentunya ini benar-benar masalah serius. Kalau dilihat dari cara Pak Budi meninggal, ini bukan ulah manusia biasa. Mungkin saja ini "santet" ??

"Kak gimana kalau kita keluar rumah? Siapa tau ada petunjuk, di rumah yang terbakar" saran Rachel

"Ide yang gila" kataku

"Tapi kak..." keluhnya

Aku benar-benar berada diposisi yang sangat sulit. Apa lebih baik kita pasrah saja?

-----------------------------

The Neighbor (TAMAT)Where stories live. Discover now