Sebuah Teori

1.4K 125 9
                                    

Semua warga diharapkan untuk berkumpul dirumah ketua komplek, Pak Budi.

Tidak semua, melainkan perwakilan satu orang dari masing-masing rumah.

Karena Bu Ratna dan Pak Adi sedang bekerja, dengan terpaksa aku ikut rapat tersebut.

Pasti yang hadir bapak-bapak komplek
Keluhku dalam hati.

Namun aku teringat dengan Bu Abel tetanggaku.

Secara kebetulan kami bertemu di depan gerbang rumah masing-masing.

"Bu Abel mau ke rumah Pak Budi kan?" Tanyaku melepas senyum.

"Iya.. Sini bareng sama tante. Kebetulan tante libur hari ini" ajaknya

Huh syukurlah ada yang bisa kuajak bareng

Kamipun bergegas menuju ke rumah Pak Budi yang bernomor 12.

Sesampainya disana, ketua komplek mengemukakan sebuah teori yang cukup kuat.
"Menurut saya pembunuhan ini memiliki pola" katanya

???
"Pola apa pak? Maksudnya apa? Jangan setengah-setengah gitu ngomongnya" tanya seorang warga yang tak ku ingat namanya. Ia nampak agak tak sabaran

Ku yakin semua yang hadir memiliki rasa penasaran yang sama.

"Kasus pertama itu menimpa anak dari rumah nomor 1..."kata Pak Budi pelan

"Trus pak? Terus???" Tanya pria tadi lagi dengan agak keras.

"Yaampuun aku menyadari sesuatu" kataku keceplosan setelah memutar otak.

Semua memandangiku dengan penuh rasa penasaran

"Pembunuhan ke-2 itu korbannya Yono, dari rumah nomor 2" kataku sambil memandangi sekeliling.

Suasana di rumah Pak Budi menjadi hiruk pikuk.
Mereka saling berdiskusi antara satu sama lain terkait teori tersebut

Jika teori tersebut benar, maka incaran selanjutnya ialah penghuni rumah nomor 3.

"Gak ... Pokoknya saya gak mau keluarga saya kenapa-napa" teriak seorang bapak berkaos hitam memecah keramaian.

Dia nampak sangat ketakutan. Terlihat dari pandangan dan ekspresi wajahnya yang memerah.
Keringat mengucur deras dikeningnya

Bapak itu penghuni rumah nomor 3, yang tak lain kemungkinan menjadi target selanjutnya dari pembunuh tersebut.

"Trus ini gimana paaakk? Apa saya menginap saja di rumah warga lain?" Tanyanya dengan gemetar

"Ide bagus... Sekarang siapa yang mau menampung keluarga Pak Rahman satu malam saja?" Tanya ketua komplek pada para warga yang hadir

Tiba-tiba suasana sunyi. Tak satupun yang terlihat bersedia untuk menampung Pak Rahman sekeluarga karena takut mengambil resiko.

Wajah para warga tak bisa menyembunyikan keraguan. Mereka saling bertatap tanda bingung.

"Pak Rahman, maaf bukannya saya gak ngijinin pak... Tapi saya cuman asisten rumah tangga. Harus ijin dulu ke majikan saya" kataku dengan sedih

Sebetulnya aku takut jika pak Rahman menginap di rumah kami, pembunuh itu akan nekat masuk ke rumah kami.
Tapi hatiku tak enak mengatakan ketakutanku.

"Yaudah kamu tinggal di rumah saya saja" tawar Pak Budi ketua komplek

Belum sempat Pak Rahman mengucapkan terima kasih, seorang wanita muncul dari balik pintu rumah Pak Budi.
Yang tak lain adalah istrinya

"Yaampun paakk.. Jangan ambil resiko deh. Biarin aja mereka gitu. Nanti kalo kita ikutan dibunuh gimana pak? Bapak mau kita mati?" Teriaknya

Istri Pak Budi terlihat berbeda dengan Pak Budi yang berkepribadian tenang dan bijak.
Istrinya sangat blak-blakan tanpa memikirkan perasaan orang lain.

Dengan terpaksa pak Budi memohon maaf kepada Pak Rahman karena tidak bisa mengijinkan Pak Rahman menginap dalam semalam.

Sebagai gantinya, Pak Budi mau meminjamkan mobilnya agar Pak Rahman bisa pergi dari komplek untuk mengasingkan diri beberapa waktu.

Pak rahman dan keluarganya pun berencana untuk pergi ke kampung  halamannya nanti sore dengan meminjam mobil pak Budi.

"Terima kasih Pak. Kebetulan saya gak punya mobil lagi. Mobil saya yang dulu sudah rusak. Sekali lagi terima kasih pak." Katanya

Kami pun membubarkan diri
Dan berharap agar Pak Rahman sekeluarga  selamat

Lagi-lagi aku menyadari sesuatu,
Pak Juna tidak datang ke rumah Pak Budi.
Biarlah dia begitu. Aku sangat amat curiga dengan dirinya.

Otakku mulai berputar. Berbagai pertanyaan terlintas
Kalau misalnya penghuni rumah nomor 3 tidak ada...
Apakah pembunuhnya akan mendatangi rumah nomor 4?
Atau menunggu penghuni rumah nomor 3 pulang???

Akupun bergidik ngeri membayangkannya

----------------------************----------------

HALO READERS...
MAAF EPISODE2 AWAL MASIH BELUM SERU...
MOHON VOTE DAN KOMENTARNYA YAAA
MENURUT KALIAN GIMANA? PEMBUNUHNYA AKAN NGINCER RUMAH NOMOR 4 ATAU TETAP NOMOR 3 ?

The Neighbor (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora