Extra Part // 1

1.5K 52 4
                                    

***

Seven years later..

"Ma, kamu istirahat aja gih. Daritadi kesana kesini gak duduk sama sekali."

Zeera mengelap keringat di dahinya menggunakan sapu tangan yang diberi Zefran. "Aku harus bantu dong. Masa sepupu nikah malah diem."

"Iya, tapi nanti kalo kecapekkan malah sakit."

"Udah kamu mending temenin Zafri main, daritadi rewel mulu tuh. Zivaa juga awasin jangan lupa. Udah ya aku mau bantu bantu dulu."

Zefran menggelengkan kepalanya. Ia kemudian menghampiri Zafri yang tengah bermain robot bersama  Fano yang merupakan cucu dari pamannya.

Satu jam kemudian Zefran sudah berhasil menggendong kedua anaknya yang tertidur. Ia lalu melihat Zeera berjalan mendekatinya.

"Sini Zivaa biar aku gendong."

"Gak usah, mending sekarang kita pulang ke hotel aja yuk."

Zeera menggelengkan kepalanya. "Gak bisa mas, acaranya tanggung tinggal sejam lagi."

"Kita izin aja pulang duluan. Kamu gak cape apa daritadi mondar mandir terus?" Zefran sedikit menautkan alisnya. "Kita istirahat aja, nanti jam tiga aja kita harus udah di bandara. Bisa bisa kamu sakit."

Zeera mengangguk. "Yaudah deh, aku mau bilang dulu ke Mama bentar ya."

***

Sekarang Zefran dan keluarga kecilnya tengah membawa masuk dua koper besar mereka kedalam rumah. Baru saja mereka sampai di rumahnya yang berada di Adelaide, sebuah kota asri yang berada di Australia Selatan.

Perjalanan udara Jakarta-Adelaide yang memakan waktu tujuh jam, membuat mereka kelelahan, apalagi Zeera.

"Mas aku mau langsung tidur ya, tolong tidurin Zafri sama Zivaa dikamarnya. Koper diberesin nanti aja."

Zefran mengangguk dan agak khawatir melihat Zeera yang berbicara sambil memegangi kepalanya. Pria itu lalu membawa Zafri dan Zivaa yang kembali tertidur setelah tadi sempat bangun saat baru setengah perjalanan pesawat.

Memang, Zefran dan Zeera sengaja mengajarkan mereka untuk membiasakan tidur tidak bersama orang tuanya. Dan didalam kamar itu ada dua ranjang kecil yang terpisah. Sebelah kanan adalah milik Zafri yang bernuansa abu abu, sedangkan sebelah kiri yang bernuansa ungu pastel adalah milik anak bungsunya.

Saat Zefran tengah menidurkan Zafri, anak laki laki itu membuka matanya.

"Papa? Are we there yet?"

Zefran tersenyum. "Yes, you continue to sleep, okay? Later I will wake you up at dinner."

Bocah itu mengangguk lalu memunggungi Zefran. Zefran akhirnya terpaksa hanya mencium dahi Zivaa saja, karena Zafri sudah memunggunginya.

Zefran menutup pintu kamar itu dengan perlahan. Lalu ia berjalan menuju kamarnya dengan Zeera. Pria itu melihat Zeera sudah tidur diatas ranjang dengan kaus kaki yang masih menempel.

Zefran tersenyum tulus. Pria itu mendekati Zeera dan melepas kaus kaki yang masih dipakai istrinya itu. Setelah berganti pakaian, Zefran membaringkan tubuh lelahnya disamping Zeera.

Mata Zefran menatap lekat wajah damai Zeera yang tertidur itu. Lalu, ia menaruh tangan besarnya diatas pipi Zeera dan ibu jarinya mengelus pipi wanita itu. Zefran merasa beruntung Zeera telah menerimanya menjadi suaminya dan bahagia karena dirinya ternyata tidak salah memilih pasangan hidup.

Zeera, gadisnya dulu telah menjadi wanita yang sangat penyanyang keluarga kecilnya. Rasa cinta Zefran semakin besar saat melihat perjuangan Zeera yang enam tahun melahirkan putra pertamanya, Zafri Alby Marcellino.

My TOMBOYISH Girlfriend [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ