[18] Yume Torou - 유토

330 25 0
                                    

Don't forget to vomments and follow for catch up with me.

4.45 AM

Aku mengusap layar ponselku. Oh, ini sudah tanggal 9 Maret, sudah waktunya. Aku menekan tombol power dan kembali memasukkan ponselku ke dalam saku. Menghela nafas adalah kegiatan yang sangat aku sukai belakangan ini sebab sebuah keputusan yang berani aku ambil tanpa berpikir untuk kedua kalinya.

Di waktu sepagi ini, waktu dimana dingin masih sering kali tidak bersahabat dengan tubuh manusia, waktu dimana banyak orang lain lebih memilih untuk tidur dibandingkan dengan bekerja, seperti yang sedang aku lakukan sekarang. Aku sedang berada di gudang penyimpanan sebuah toko grosir untuk menaruh beberapa kardus produk yang baru saja sampai jam sembilan malam kemarin.

Setelah menaruh kardus terakhir di tempatnya, aku segera menghadap pemilik toko grosir tempatku bekerja. Tentu saja aku akan meminta gaji terakhirku di tempat ini. Kebetulan kemarin saat pemilik toko sedang menyortir produk baru, aku juga berada disana. Beberapa hari yang lalu aku sempat mengatakan kepada pemilik toko bahwa aku akan mengundurkan diri dan akan mengambil gaji terakhirku secepatnya.

Hari ini telah tiba.

"Semuanya kira-kira 30.000 yen."

Aku mengangguk dan menerima amplop yang diserahkan pemilik toko kepadaku. Aku mengundurkan diri dengan sopan, berterimakasih, dan meminta maaf atas ketidakbecusan-ku selama bekerja. Aku lekas membungkukkan badanku sebagai tanda hormat sebelum keluar dari ruangan pemilik toko.

Setelah semua urusan selesai, aku pulang ke rumah. Hanya sekedar untuk mencoret tanggal yang sudah lalu di kalender dan menaruh amplop gaji di samping ibuku yang sedang tertidur. Aku menatap lekat-lekat wajah lelah ibu yang tampak begitu jelas. Ia tampak sangat lelah. Aku memperbaiki selimut ibuku dan lekas pergi. Aku juga sempat mengucapkan kata "Selamat tinggal" kepadanya dengan lirih.

Sekarang sudah jam enam lewat lima menit. Masih cukup pagi untuk pergi ke jembatan. Tetapi, tak masalah. Ini waktu yang tepat, pikirku. Aku menyusuri tepi jembatan tanpa alas kaki. Tanganku tetap menyentuh pembatas sepanjang aku berjalan. Langkahku terhenti ketika aku melihat matahari merangkak perlahan-lahan di arah timur. Perlahan air mata dengan pasti membasahi pipiku. Sentuhan pada pembatas jembatan berubah menjadi genggaman. Dan genggaman itu semakin keras seiring emosiku yang mengalir begitu saja.

Aku... tidak pantas untuk hidup lagi...

Beberapa detik kemudian, dengan berani aku memanjat pembatas jembatan dan melewatinya. Jika aku melompat sekarang, maka dingin air sungai-lah yang akan menyambutku dengan suka cita. Aku memejamkan mata. Aku biarkan angin pagi membelai wajah ini karena esok aku tidak akan pernah merasakannya lagi. Aku tahu ini salah. Tetapi, jangan ganggu aku. Ini adalah keputusan.

Perlahan-lahan, aku menyondongkan tubuhku. Dalam hitungan ketiga dunia baruku akan dimulai.

1...































2...


































3...































"JANGAAAAAAAAAANNNNNN!!!!!!"

———

Author's POV

Jari-jemari gadis itu mulai bergerak kaku menandakan ia akan tersadar sebentar lagi. Seperkian detik setelah Yuto menyibak tirai jendela kamarnya, gadis itu lamat-lamat membuka mata.

PENTAGON ONESHOOT [✔️]Where stories live. Discover now