[9] As If I'll Love - 이회택

714 55 48
                                    

Don't forget to vomments and follow for catch up with me

------

I've never treated you well even once
But why are you doing this?
Who am I for you to smile like that at me?

-------

"Sunhee-ya, tunggu!"

Aku menghela nafasku. Terkesan mendengus sih sebenarnya. Entahlah. Pria bermarga Lee itu kembali menggangguku. Cukup sudah!

Mood-ku hari ini sangat rusak. Ditambah si penghancur mood datang menghampiriku. Aku tidak peduli. Aku bertingkah seolah-olah tuli. Tidak, maksudku seolah-olah tidak ada yang memanggilku.

"Mau makan siang bersama?"

Tiba-tiba saja dia di hadapanku. Ia tersenyum seperti biasa. Menyebalkan. Senyum yang aku benci. Senyum yang tidak ingin ku lihat.

Aku mengacuhkannya. Aku memakai headphone yang ku gantung di leherku. Memutar musik dengan volume penuh. Tidak peduli bagaimana pun aku terus berjalan menuju parkiran sepeda.

Tiba-tiba saja dia menghadang jalanku. Ia merentangkan tangannya lebar-lebar sehingga aku tidak bisa melanjutkan langkahku.

"Minggir," aku menatapnya tajam. Tak ada respon darinya. Ia malah balik menatapku tajam. Tapi anehnya ia kemudian tersenyum seperti biasa.

"Tidak akan," ucapnya tegas sehingga rahangnya mengeras. Aku bisa melihatnya karena ia lebih tinggi dariku.

"Lee Hwitaek minggir!" aku berteriak dan membuat orang-orang yang sedang berjalan melihat ke arahku. Ah! Aku malu!

Lekas aku menutupi wajahku dengan map bewarna biru yang aku bawa sejak keluar dari kelas tadi.

"Memangnya apa yang telah ku lakukan padamu sehingga kau bersikap seperti ini padaku?"

Seperti petir di siang bolong, kata-kata Hwitaek benar-benar menyambar hatiku. Benar katanya. Dia tidak pernah melakukan kesalahan apapun padaku.

Ia selalu bersikap baik padaku. Tetapi aku hanya menganggapnya seperti lalat yang lalu lalang. Terkesan menganggu dan tidak penting.

Aku berdehem panjang sebelum menurunkan map biru yang ku gunakan untuk menutupi wajahku tadi. Sebelum aku menurunkan map biru milikku, tangan Hwitaek terlebih dahulu menahannya.

"Jangan turunkan map biru itu," ujarnya yang kemudian mendekatkan wajahnya ke wajahku.

Mampus aku! Ini dekat sekali! Hwitaek gila!

"Tetap seperti ini, Sunhee-ya, atau aku akan semakin jauh menyukaimu?" wajahnya semakin dekat. Sampai-sampai aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat.

Masa bodoh! Aku menghentakkan tangan Hwitaek yang menahan tanganku agar tidak menurunkan map biru itu dengan kasar.

"Kau gila ya!" ucapku kasar lalu dengan tiba-tiba menginjak kakinya. Aku tidak peduli dia akan kesakitan. Sama sekali tidak peduli!

Aku melangkahkan kakiku dengan cepat ke parkiran sepeda agar Hwitaek tidak bisa mengejarku. Bodohnya telingaku ini masih bisa mendengar ia berteriak mengucapkan kata-kata yang menggelikan bagiku.

PENTAGON ONESHOOT [✔️]Where stories live. Discover now