[14] Cameo - 양홍석

545 46 2
                                    

Don't forget to vomments and follow for catch up with me

Musim dingin datang lebih cepat dari yang diperkirakan. Butir-butir salju berjatuhan seperti gerimis. Angin berhembus lumayan kencang. Semoga saja tidak ada badai hari ini. Itulah doa yang diminta oleh Hongseok pagi tadi.

Mantel tebal bewarna hitam yang tadi pagi bersih sekarang sudah dipenuhi dengan butiran-butiran salju. Hidung mancungnya memerah karena terus-terusan menghirup udara dingin. Hongseok tidak memakai sarung tangan, jadi ia menggosok telapak tangannya berlawanan. Menciptakan kehangatannya sendiri.

Bel yang berada di atas pintu masuk berbunyi saat Hongseok membuka pintunya. Seorang wanita yang berusia dua kali lipat dari usia Hongseok berdiri di belakang kasir menyambut kedatangannya.

"Oh? Hongseok?"

Si pemilik nama tersenyum saat namanya disebut. Hongseok melepas mantelnya dan menaruh di gantungan khusus mantel di dekat pintu masuk tadi.

Wanita paruh baya tadi adalah ibu Hongseok. Dengan langkah tergopoh-gopoh ia menghampiri putranya.

"Kenapa tidak mengabari ibu?" tanya ibu Hongseok memukul pelan dada putranya yang lebar itu.

Hongseok tersenyum dan lekas memeluk ibunya, "Kejutan."

Ibu dan anak itu memeluk erat satu sama lain. Saling melepas rindu. Tentu saja. Hongseok menjadi seorang dosen di sebuah perguruan tinggi di pinggiran Seoul. Awalnya menjadi seorang dosen adalah pilihan yang berat baginya. Namun, jika dia tidak mengambil kesempatan ini, entah bagaimana lagi dia akan membantu bisnis toko kelontong milik ibunya.

Ya, Yang Hongseok adalah pria cerdas dengan mimpinya yang besar. Di usianya yang menginjak dua puluh lima tahun ia sudah menjadi dosen tetap. Otak encernya itu membuat banyak perguruan tinggi mati-matian menginginkan Hongseok untuk mengajar di tempatnya.

Tetapi, Hongseok malah memilih sebuah perguruan tinggi di pinggiran Seoul yang dekat dengan rumahnya dan tidak mengharuskan pergi berjam-jam.

"Kau istirahat dulu, ya. Kau pasti lelah anakku," ujar ibu Hongseok sambil mengelus lembut punggung anaknya.

Hongseok menggeleng pelan. Katanya ia ingin menjaga kelontong saja. Hongseok merindukan saat ia menjaga kelontong sepulang sekolah dulu. Seorang ibu tetaplah seorang ibu. Ibu Hongseok juga tidak mau kalah. Ia menyuruh putranya untuk istirahat saja.

Begitu saja terus sampai akhirnya Hongseok mengalah. Biarpun ia sempat istirahat lama sebelum datang, tentu saja rasa lelah itu tidak bisa dihindari.

Hongseok pun berakhir membaringkan tubuhnya di lantai ruang tengah. Ia menaruh lengan di dahinya dan menutup mata. Ia sangat merindukan masa-masa dimana ia bisa memeluk ibunya setiap hari.

Tapi sekarang ia tidak bisa karena ia harus pergi keluar kota untuk mencari lembar kehidupan, apalagi kalau bukan uang. Hanya kertas, tapi sangat berharga. Luar biasa.

-----

"Permisi," ucap seorang gadis muda sambil melangkahkan kakinya masuk ke kelontong milik ibu Hongseok.

"Mencari apa nona muda?"

Ibu Hongseok tersenyum sumringah melihat gadis yang baru saja memasuki tokonya. Bagaimana tidak. Wajahnya begitu menenangkan saat di lihat. Gelagatnya sangat sedap untuk dipandang. Dengan jas putih yang terbalut mantel dingin dan stetoskop yang menggantung di lehernya dapat dipastikan gadis itu adalah seorang dokter. Mungkin saja dokter yang sedang berkeliling memeriksa kesehatan masyarakat bersama rekan-rekannya. Ya, wajar saja, musim dingin banyak sekali dokter-dokter yang menjadi relawab.

PENTAGON ONESHOOT [✔️]حيث تعيش القصص. اكتشف الآن