[12] Writing Our Stories - 이회택

513 39 5
                                    

Don't forget to vomments and follow for catch up with me



"I'll write our story here
You can brush off the dust and read it sometimes."

----

Aku berkali-kali menghembuskan nafas sebelum berpapasan dengan sepasang kekasih yang sedang bercanda ria. Ah, dua sejoli yang dilanda cinta itu membuatku melangkah canggung hingga tiba-tiba terjatuh di depan mereka. Memalukan.

"Nona, tidak apa-apa?"

Pria dari gadis itu menghampiriku. Begitu juga dengan gadisnya. Aku segera bangkit dan membersihkan rokku. Ah, sangat memalukan. Aku hanya terus menunduk, tidak ingin mereka menatap wajahku.

"Ah, tidak apa-apa. Maafkan aku menganggu kalian."

"Hei, lain kali hati-hati. Kau ini gadis muda. Bagaimana bisa terjatuh memalukan seperti itu?"

Gadis yang berdiri menyilangkan tangannya dengan sombong itu berbicara dengan nada tidak suka. Membuat prianya berdiri dan menatap tajam kekasihnya.

"Hei, kau in-"

"Permisi, aku duluan," pamitku yang tidak ingin melihat sepasang kekasih itu bercekcok.

Aku melangkahkan kakiku lebar-lebar menjauhi mereka. Aku menghembuskan nafasku lega. Akhirnya aku bisa melewati mereka. Fyuhhh...

Aku terus melangkahkan kakiku sampai halte untuk menunggu bus. Aku memijit dan mengurut betisku perlahan. Pegal sekali. Bekerja sambil terus memakai high heels benar-benar menyiksaku.

Sambil menikmati angin malam yang berhembus, aku mengeratkan mantelku. Kemudian aku membuka tas dan mengambil sebuah kantong yang berisi sepatu kets putih yang ku beli sebulan yang lalu.

Aku mengganti heels-ku dengan sepatu. Sebelum memasang sepatu, aku memerhatikan beberapa bagian kakiku yang lecet. Aku mendengus sambil membuka tasku kembali dan mengambil beberapa plester yang memang sengaja aku sediakan.

"Yoo!!"

Aku mengangkat kepalaku melihat siapa yang memanggil. Samar-samar aku melihat seorang pria dengan perawakan kurus. Ia menyebrangi zebra cross dengan cepat dan langsung duduk di sampingku.

"Oh, Hwitaek-ah~"

Aku bersikap acuh sambil membuka pelapis plester. Bukan hal yang baru jika aku bertemu dengan Lee Hwitaek di jam pulang kerja seperti ini. Kami memiliki waktu berangkat dan pulang kerja yang sama.

"Terluka lagi?"

Aku hanya menganggukan kepala lalu sedikit membungkuk untuk menempelkan plester pada lecet di kakiku. Entah mengapa Hwitaek tiba-tiba mengambil plester itu dan berjongkok di hadapanku. Dengan perlahan ia menempelkan plester pada luka lecetku. Aku terdiam. Ia pun juga begitu.

Tidak hanya satu luka lecet yang ia rawat, ia merawat seluruh luka lecet dengan plester-plester dengan sangat telaten. Aku hanya bisa memandangnya yang tengah serius. Mengapa Lee Hwitaek semakin tampan akhir-akhir ini?

Aku memerhatikan apapun yang ada di wajahnya. Dahi, alis, mata, hidung, bibir, dan juga rahangnya. Ugh. Dia begitu seksi.

PENTAGON ONESHOOT [✔️]Where stories live. Discover now