Hijaber 23 [2]

3.3K 186 1
                                    

Happy Reading ❤

Ara memutar badannya 180 derajat. "Siapa, Naya?" tanyanya dengan suara yang bergetar.

Eza menghentikan langkahnya seraya tersenyum penuh kemenangan. "Itu lo tahu," ucapnya yang masih membelakangi Ara.

Pandangannya memburam saat memperhatikan punggung Eza yang kian menghilang, tanpa ia sadari cairan bening telah membasahi pipinya. Ara memejamkan matanya, berusaha menguatkan hatinya yang rapuh saat mengingat pernyataan mantan kekasihnya itu.

Semua telah Ara lakukan agar tidak kehilangan Eza, namun keputusan orangtuanya membuat semuanya hancur. Harapan bersama Eza dalam status lain pun ia kubur.

Ara tahu jika selama ini ia salah menilai cinta. Saat Eza masih bersamanya apapun ia lakukan termasuk memakai hijab. Jujur saja, dulu ia adalah gadis yang tidak taat beragama, salat dan mengaji pun belum ia laksanakan dengan tertib. Namun, Eza telah mengubah semuanya.

Kini dunia berputar dengan cepat seperti perasaanmu padaku yang kian menipis saat perasaanku semakin besar padamu. Sepertinya Allah tak lagi berpihak padaku, semesta pun juga begitu. Semua harus kembali seperti semula begitupun dengan hatimu, apapun akan aku lakukan demi aku dan kamu menjadi kita tanpa adanya dia. Sekalipun dia teman baikku. Batin Ara seraya tersenyum penuh arti.

***

Kesedihan, amarah, kesal dan perasaan lainnya yang tercampur aduk tercipta di kamar dengan nuansa merah muda, warna kesukaan gadis kelahiran Bandung itu. Ara menuangkan segala isi hatinya pada boneka hello kitty yang ada di hadapannya. Boneka pemberian Eza saat mereka masih bersama. Mata sembabnya tidak berhenti mengeluarkan air mata, kali ini omongan Eza sungguh menohoknya.

Jarum jam terus saja berputar, kokokkan ayam juga mulai terdengar, namun Ara masih setia dengan kesedihannya. Untung saja ini adalah hari sabtu itu tandanya ia tidak perlu masuk sekolah.

Suara alarm berdering melalui ponselnya, hanya sekilas ia melihatnya lalu dibiarkan mengalun mengiringi kesedihannya yang tak berujung. Entah mengapa Ara menjadi selemah ini, jelas saja itu semua karena Eza. Laki-laki tampan nan tega.

Akhirnya suara ponsel itu diam dengan sendirinya. Ara mengakhiri dramanya karena lelah menangis berjam-jam, matanya pun sudah tidak lagi mengeluarkan cairan, mungkin sumber air telah habis. Ia mengembuskan napasnya dengan kasar sembari mengusap wajahnya. Segera ia beranjak dari kasur dan menuju kamar mandi untuk mengambil air wudu.

Kuningnya sinar mentari telah menyelinap masuk ke kamar dan menyorot sang penghuni kamar. Baru saja ia terlelap, namun silaunya sinar mengusik kenyamanannya, alhasil ia tak nyaman untuk tidur dengan sinar yang terus saja menganggunya.

Ara sangat mengantuk, selain tidak tidur semalaman ditambah lagi ia habis menangis, itu membuat matanya berat untuk terbuka. Ia menyibakkan selimut sampai menutupi semua tubuhnya, selimut yang tebal mampu menghalangi sinar mentari menembus retina.

***

"Ingat rumah?"

"Za, Mama semalam ada pekerjaan, jadi Mama terpaksa nginap di butik." Fina memangkas jarak antaranya dengan putranya, namun Eza melangkah mundur saat mamanya mendekat.

"Za ... "

"Surat cerai udah jadi?" tanya Eza dengan wajah datar.

Fina menautkan alisnya, ia bingung bagaimana anaknya bisa tahu tentang rencana perceraiannya, sedangkan ia tidak memberitahu Eza maupun Ara. Pikirannya tertuju kepada suami yang sebentar lagi akan menjadi mantan suami. Ia memutar bola matanya jengah seraya mengembuskan napasnya berat.

"Maafin Mama, Za," ucap Fina.

"Nggak usah minta maaf, Ma. Lagi pula ini hobi." Eza tersenyum sinis. Ia melenggang pergi dengan membawa 3 kotak susu vanila kesukaannya.

"Sayang dengarin Mama dulu, Nak!"

Tangan Eza terangkat ke udara menolak mendengarkan penjelasan dari mamanya, toh ia sudah tahu pasti alasannya sama seperti waktu itu. Fina duduk di sofa dengan memijit pangkal hidungnya. Karena merasa sangat lelah, akhirnya wanita paruh baya itu merebahkan tubuhnya di sofa tersebut, tidak menunggu lama ia sudah menyelami alam bawah sadar.

Hijaber [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang