CHAPTER 12 : HARDSHIPS

Mulai dari awal
                                    

Jinhwan sedang duduk di kursi panjang di pinggir pantai, menunggu Hanbin yang sedang membelikan makanan untuk sarapan mereka di sebuah kafe di seberang tempat Jinhwan menunggu. Jinhwan sibuk dengan ponselnya, memilih foto yang tadi diambilnya untuk dikirimkan pada sahabatnya, Yunhyeong.

"Whatttt?!? Apa-apaan ini?? Kau dilamar?? Oleh B.I.?? Kyaaaaa...selamat ya Jinanieku..hey apa itu berlian? woahhh level seorang B.I memang beda ya..." 

Begitulah reaksi berlebihan Yunhyeong saat membalas chat Jinhwan yang menampilkan foto jari manis dengan cincinnya itu. Jinhwan terkekeh geli membaca pesan Yunhyeong. Dia mengingat betapa sahabatnya itu benar-benar yang terbaik bagi Jinhwan. 

Sangat supportif saat tahu Jinhwan menjalin kasih dengan Hanbin, saat mereka memintanya merahasiakan hubungan keduanya, hingga memberinya selamat saat ini karena lamaran Hanbin, walapun Jinhwan tahu masih ada kekhawatiran di hati Yunhyeong sama seperti yang dirasakan eonninya, tentang hubungan yang disebut mereka setipis benang yang sewaktu-waktu bisa putus ketika harus dipaksa menahan beban yang terlalu berat. Tapi Hanbin dan Jinhwan sudah memantapkan hati mereka untuk menjalani hubungan yang penuh tantangan dan rintangan ini, mereka akan berjuang demi kebahagiaan mereka. Lamunan Jinhwan terhenti ketika Hanbin memanggilnya dari sisi jalan sambil melambaikan tangannya.

Pria tampan yang sekarang adalah tunangannya itu sedang berjalan menghampirinya ketika tiba-tiba sebuah mobil sedan berjalan oleng dengan kecepatan tinggi seperti kehilangan kendali ke arah Hanbin yang sedang menyeberang.

CKIITT...BRAK!!

Tabrakan tak bisa dielakkan lagi, tubuh Hanbin terlempar tinggi sebelum akhirnya mendarat di aspal yang keras dengan darah mengalir deras dari kepalanya.

Jinhwan berteriak histeris, berlari ke arah Hanbin, menangis memanggil nama kekasihnya yang tergeletak bersimbah darah, "Hanbin-ah..bangun..kumohon sadarlah! KIM HANBIN!!"

"Tolong..siapapun..tolong dia..panggilkan ambulans.." Jinhwan berteriak keras meminta tolong.

Orang-orang mulai berkerumun menolong Hanbin, termasuk sang pengemudi mobil yang ternyata masih mengantuk saat mengendarai mobilnya, menyebabkan kecelakaan itu. Dia berulang kali meminta maaf pada Jinhwan yang sama sekali tidak digubris Jinhwan yang lebih fokus pada Hanbinnya yang terluka parah.

"Hanbin-ah..sayang..bertahanlah..kumohon....dimana ambulansnya? Kenapa lama sekali? Hanbin-ah.."

.

.

.

"Jinanie!!" Yunhyeong memanggil sahabatnya yang sedang duduk sendiri di ruang tunggu depan ruang operasi. Dia bergegas datang dari Seoul ketika Jinhwan menghubunginya sambil menangis, memberitahukan kejadian buruk yang menimpa Hanbin.

"Yunhyeong-ie..Hanbin..Hiks..Hanbin..."

Yunhyeong segera memeluk sahabatnya itu, kondisinya begitu menyedihkan dengan wajah merah dan sembab karena terus-terusan menangis, juga pakaian penuh bercak darah dari tubuh Hanbin. Yunhyeong tak bisa menahan tangisnya, tapi dia tetap berusaha menenangkan Jinhwan.

"Tidak apa-apa..para dokter sedang berusaha menyelamatkannya..tidak apa-apa..tenanglah, ya?"

Operasi sudah berjalan selama 5 jam sejak Hanbin dibawa ke rumah sakit. Tak lama setelah Yunhyeong datang, Jaeho juga tiba disana karena Jinhwan menghubunginya.

"Apa yang terjadi, Jinhwan-ssi? Kenapa kalian bisa ada disini berdua? Lalu bagaimana bisa Hanbin tertabrak mobil?"

"Jaeho-ssi..ada yang ingin kuberitahukan padamu..tentang aku dan Hanbin.."

BINHWAN -LOVE OF MY LIFE-🔚Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang