19. Api

6.1K 487 65
                                    

Dari sahabat Nabi Usamah bin Zaid radhiyallahu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Aku tidak meninggalkan satu godaan pun yang lebih membahayakan para lelaki selain fitnah wanita.” (HR. Bukhari no. 5096 dan Muslim no. 2740)

Hari-hari Deva berjalan bahagia. Sempat terbesit rasa kecurigaan tapi dengan segera dia menepisnya.

Perihal kehamilannya yang sudah semakin besar. Deva sangat bersyukur. Dia sudah tidak sabar ingin melihat makhluk kecil di dalam sana. Tapi lagi-lagi dia harus pergi sendiri ke rumah sakit.

"Selamat Bu, anaknya laki-laki."

Deva menutup mulutnya menahan rasa haru. "Terima kasih ya Allah," batinnya.

***
Malam ini di tempat yang sedikit remang-remang Devano tengah menikmati malamnya dengan wanita cantik yang bersandar di pundaknya.

Ketenangan itu tak bertahan lama. Seorang lelaki dengan kilatan amarah meninju Devano dengan kekuatan penuh. Seketika suasana gaduh.

Devano menahan rasa perih di dekat bibirnya.

"Gue gak nyangka ternyata punya teman sekejam lo. Dari dulu lo selalu nyakitin orang. Lo udah punya istri di rumah, dia tengah hamil besar!" Adnan sama sekali tak memberi Devano waktu untuk bicara. "Gue kira lo benar-benar berubah, ternyata karna perempuan ini, lo bisa kalah. Lo lemah, Devano! Lo kalah! Selamat bersenang-senang, man!" Adnan meninggalkan tempat itu dengan emosi yang masih menggebu. Dia sangat tak menyangka kalau bisa memergoki sahabatnya itu.

Deva yang tertidur lelap seketika mencium sesuatu yang berbau menyengat, seperti ada sesuatu yang terbakar. Dia terperangah bangkit lalu meraih ponselnya mencoba menghubungi Devano, namun tak ada jawaban. Dia meraih selembar foto.

Api sudah merah menyala melahap sebagian rumahnya.

Warga di luar sudah gaduh tapi Deva masih sibuk di dalam. Dia berjalan sambil memegangi perutnya yang besar. Ringisan rasa sakit beberapa kali keluar dari mulutnya. Dengan segera dia mengambil sesuatu dari lemari.

"Aw!" Deva terduduk sementara api tak bisa diajak kompromi. Api itu terus membakar rumah, membuatnya menangis dengan posisi yang masih sama. "Devano kamu kemana? Liat rumah kita. Maafkan aku gak bisa berbuat apa-apa."

Deva memaksakan diri untuk bangkit. Dengan tertatih-tatih dia mencoba keluar dari kamar.

"Bu Deva, ayo keluar sebelum api membakar semuanya. Warga yang lain akan berusaha memadamkan api ini selagi menunggu pemadam kebakaran," ucap salah satu warga yang masuk ke dalam rumah.

Tubuh Deva ambruk membuat orang-orang bertambah panik.

Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

DEVANO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang