16. Buta

5.9K 485 39
                                    


"Aku terpaksa harus liatin ini sama kamu, karna kamu berhak untuk tau." Tifa melihatkan layar ponselnya. Di sana jelas sekali foto Devano dan seorang gadis cantik.

"Fansnya mungkin."

"Kamu gak curiga sama sekali? Kalo fans yang lainnya sih menurutku masih wajar tapi ini, kayaknya ada sesuatu deh."

"Udahlah Tif, aku gak mau curiga-curiga gitu, berpikir positif aja kalo itu fansnya."

"Va, liat baik-baik fotonya, gak ada jarak, ini sama sekali bukan Devano. Aku yakin pasti kamu sadar itu."

Deva kembali meliti foto itu. Ya, benar yang dibilang Tifa, keduanya seperti sudah kenal lama.

"Tapi setauku Devano pqling biasa aja kalo urusan cewek," ucap Deva.

"Jangan bilang karna waktu sekolah dulu dia gak nyimpen yang macem-macem."

"Iya, karna itu."

"Semua orang bisa berubah, Va, entah dalam jangka waktu lama atau dalam sekejap mata. Intinya aku udah kasih tau kamu tapi semoga aja tuduhanku ini gak bener."

Ponsel Deva berbunyi. Di sana terlihat jelas sebuah panggilan dengan nama 'Papa Haris'

"Bentar, ya, Tif, aku angkat telpon dulu."

"Iya."

"Assalamualaikum, ada apa, Pa?"

"Waalaikumsalam, Kamu ada kegiatan hari ini? Papa butuh bantuan kamu di kantor."

"Gak kok, Pa, nanti abis ketemuan sama temen, Deva langsung ke kantor."

***

Buta. Devano seakan tak lagi sadarkan diri, dia sudah terbius oleh teman masa kecilnya itu. Tidak ada yang dipikirkannya selain Cantika. Gadis itu benar-benar membuatnya buta, lupa akan segalanya. Cinta yang dia rasakan saat ini benar-benar berbeda terasa lebih nikmat dan bergairah.

"Devano," panggil Cantika lembut.

"Hm."

"Kamu mau kan nikahian aku?"

Devano terbatuk-batuk, seakan otaknya baru ingat kalau dia sudah mempunyai istri. Dia melihat lagi gadis di hadapannya itu. Benar-benar memuaskan jika dipandang, tidak ada lagi yang namanya menjaga pandangan, semua aturan yang sudah diketahui seakan dibangkang. Berbalik arah. Keistiqomahannya gugur oleh gadis itu.

Tanpa sadar Devano mengangguk, dia tidak bisa menolak apapun yang diinginkan Cantika.

"Kapan?" tanya Cantika bersemangat.

Mata Devano teduh, sayu. "Sabar, ya," lirihnya.

Cantika pun seakan terbius. Keduanya tengah menikmati tatapan itu.

Devano lupa kalau hubungannya ini akan berdampak besar nantinya. "Kita gak usah terlalu sering ketemu dulu, ya."

"Kenapa? Aku kan kangen pengen deket sama kamu terus."

"Kamu kan tau aku udah punya istri."

"Oh iya, istri kamu bakal kamu ceraiin, kan?" biar kita bisa nikah."

"Lain kali baru bahas ini, ya."


Jejaknya jangan lupa. Makasih yang udah vote dan komen😍. Kritik dan sarannya selalu ana tunggu😊.

Jangan lupa bersyukur hari ini😉.
Jangan lupa baca Al-Qur'an hari ini ya❤.

DEVANO 2 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang