제20부

2.4K 302 6
                                    

Minho melihat Felix memasuki pintu kantin sendiri. Ia sempat berekspetasi Felix akan datang dengan Jisung. Namun realita berkata berbeda.

Sejak pesta di rumah Hyunjin hari Minggu lalu, ia tidak pernah bertemu Jisung lagi.

Terbesit rasa rindu di hatinya karena sudah tiga hari tidak menggoda Jisung lagi atau sekedar memainkan pipi gembilnya itu.

Felix duduk dikursi yang masih kosong disamping Hyunjin. Hanya ada Minho, Changbin, dan Hyunjin di bangku itu sekarang. Jeno dan Jaemin entah pergi kemana.

"Jisung ngga ikut lagi?" tanya Hyunjin.

Felix hanya menggeleng pelan.

"Dia dimana? Masuk sekolah nggak?" tanya Minho to the point.

"Dia dikelas. Dia bilang sudah bawa bekal dari rumah jadi dia gamau ke kantin lagi" jawab Felix langsung ke intinya.

"Padahal dia bisa makan bekalnya di kantin loh. Kok alasannya gamau ke kantin karena sudah bekal sih" gumam Minho, namun bisa didengar oleh teman-temannya yang juga setuju dengan arah pemikiran Minho.

Changbin yang sedang meminum tehnya mendengar semuanya. Ia sebenarnya sadar bahwa ia-lah pusat dari permasalahan ini. Namun ia memilih untuk diam dan berpura-pura seperti tidak terjadi apa-apa.

Felix kemudian meninggalkan mereka untuk membeli paket makan siangnya.

Minho terlihat berpikir, ia memikirkan kira kira ia memiliki masalah apa dengan Jisung akhir-akhir ini. Namun hasilnya nihil. Ia rasa ia tidak terlibat masalah apapun dengan Jisung sejauh ini.

Matanya pun tertuju pada Changbin yang sedang memakan makan siangnya.

"Seo Changbin, kau tidak melakukan hal aneh pada Jisung kan ketika mengantarnya pulang hari Minggu kemarin?"


Changbin langsung tersedak ketika Minho tiba-tiba menduganya sebagai pusat permasalahan ini. Ia sesegera mungkin meminum tehnya lagi dan menetralkan nafasnya yang sempat tersengal.

"Ya! Kau kira aku seorang bajingan apa? Melakukan hal aneh-aneh pada adik kelas..."

"... aku itu tidak tertarik ya pada orang seperti dia. Jadi jangan menduga aku berbuat aneh-aneh!"

Minho yang sempat curiga karena Changbin yang tiba tiba tersedak kemudian menghapus rasa curiganya. Menurutnya. yang dikatakan Changbin ada benarnya juga. Changbin tidak pernah terlihat pernah tertarik pada sebuah hubungan, apalagi kepada Jisung yang notabene tidak terlihat dekat dengannya.

Felix kemudian duduk dengan membawa paket makan siangnya.

"Felix, kamu melihat tingkah Jisung akhir-akhir ini berbeda kah?" tanya Minho masih dengan tatapan menyelidik.

Felix hanya mengangguk sambil memakan sosis dari menu makan siangnya.

Setelah selesai mengunyah, akhirnya Felix mulai bersuara.

"Jisung yang biasanya adalah Jisung yang cerewet. Namun akhir-akhir ini dia lebih pendiam, hanya fokus belajar, dan kadang melamun melihat keluar jendela" jelas Felix.

Minho menganggukkan kepalanya paham. Changbin sebenarnya juga ikut mendengarkan penjelasan Felix. Namun ia pura-pura tidak memperhatikannya dan fokus dengan handphone nya.

"Kamu khawatir sama dia?" tanya Hyunjin pada Minho tiba-tiba.

"Seperti itulah... Dia tiba-tiba berubah dan tidak mau makan dengan kita lagi. Aku rasa ada sesuatu yang salah disini" jawab Minho.

"Kalo kamu khawatir, temui dia lah! Tanyakan apa masalahnya! Bukan melakukan riset yang enggak-enggak Lee Minho!" tegur Hyunjin.

Minho hanya menganggukkan kepalanya. Tak tahu kenapa, jika Jisung tidak ada disekitarnya, ia merasa kosong. Hari-harinya terasa kurang berwarna tanpa lelaki berpipi gembil itu.

Apa seorang Lee Minho memiliki rasa terhadap Han Jisung?

Minho sendiri pun tidak tahu jawabannya.

Minho sendiri pun tidak tahu jawabannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bel pulang sekolah sudah berbunyi. Jisung mengemasi barang-barangnya secepat kilat dan bersiap untuk berangkat bekerja.

"Felix, aku berangkat kerja ya" ucap Jisung sembari pergi meninggalkan kelasnya.

Felix yang belum sempat mengatakan sampai jumpa pun hanya bisa menatap kepergian temannya itu yang sangat cepat dari kelasnya.

Jisung menyusuri lorong kelas dengan sangat cepat. Matanya terlihat mengawasi ke kiri dan ke kanan menandakan ia sedang gelisah.

Ia juga menuruni tangga dengan perasaan khawatir dan tidak tenang.

Saat menyusuri lapangan sekolah untuk segera keluar dari area sekolah pun, ia sedikit berlari. Ia seperti tidak mau bertemu dengan siapapun. Bahkan, murid-murid lainnya pun tidak secepat dia untuk mencapai lapangan sekolah di menit pertama bel berhenti berbunyi. Mungkin ia akan jadi siswa pertama yang keluar dari gerbang sekolahnya hari ini.

Namun, sebelum ia sempat mencapai gerbang sekolah, sebuah tangan menggenggam bahunya dan seketika membuat Jisung menghentikan langkanya.

Orang itu memegang bahu Jisung dari belakang. Matanya membelalak kaget.

Ia dapat mendengar nafas orang itu berderu tidak teratur, seperti habis berlari untuk mengejar Jisung.


"Han Jisung, kita perlu berbicara sebentar"


To be continued!

SUDAH PART 20 SAJA PEMIRSA. JUJUR SAJA SAYA MASIH GATAU BAGAIMANA DAN KAPAN BOOK INI AKAN BERAKHIR. CUMAN YA SAYA NGETIK KARENA SAYA BOSAN AJA. HEHEHEHEHE. SEMOGA GA NGEGANTUNG DAN BENERAN BISA TAMAT YA!


Thanks for reading my work! I hope you can appreciate my work by voting it and giving some comment and feedback for me.

Thank you. XOXO!

Mine (Minsung)Where stories live. Discover now