9

29.5K 5.4K 2.9K
                                    

Berduaan sama cowok itu bahaya.

Berduaan sama dosen itu mesti jaga etika.

Berduaan sama cowok yang juga adalah seorang dosen?

Pfft ...

Silakan balik kanan dan lambaikan tangan ke kamera, ucapkan selamat tinggal pada dunia dan salam pada neraka.



Ahm, oke, gue tau gue terdengar sangat-amat berlebihan karena membawa-bawa kehidupan setelah kematian hanya untuk perkara sesederhana ini. Tapi serius, gue sendiri masih dalam fase percaya-gak percaya dengan situasi yang gue alami saat ini: berada dalam satu mobil dengan Kak Dirga, duduk bersebelahan dalam perjalanan pulang ke rumah dengan keadaan yang agak basah akibat ulah cuaca, dan berusaha melindungi diri dengan membungkus tubuh dengan jaketnya.

Like ... Nar, are you kidding me?! Ini bukan situasi yang harusnya terjadi antara dosen pembimbing dan mahasiswanya! Ini terlalu ... terlalu ...

Argh! Kacau banget pikiran gue!

Begini, gue bukannya gak pernah berada dalam situasi satu lawan satu sama dosen dengan jenis kelamin berbeda. Justru, gue cukup sering berada dalam situasi seperti itu. Walaupun FKG terkenal dengan singkatan dari Fakultas Kelebihan Gadis, staff pengajar di sana banyak yang bukan seorang gadis.

Atau, lebih tepatnya gak ada sama sekali karena dosen-dosen gue yang perempuan pun udah bukan gadis lagi.

Tapi bicara soal jenis kelamin, dosen-dosen gue malah lebih banyak yang laki-laki ketimbang yang perempuan. Dan kalau ada yang lupa, Dokter Tian, dosen pembimbing akademik gue, dia itu laki-laki. Tiap semester gue pasti bicara empat mata dengan dia dulu di ruangannya sebelum akhirnya KRS gue ditandatangani.

Tapi kan ... Dokter Tian bukan cowok!

Iya, Dokter Tian bukan cowok. Dia terlalu tua untuk berada dalam kategori kekanak-kanakan seperti itu. Dokter Tian itu pria, sama seperti dosen laki-laki gue yang lainnya.

Dan, gue serius ketika gue bilang berduaan sama cowok itu bahaya. Ketika kita hanya harus menjaga etika saat berhadapan dengan dosen, kita-kaum perempuan-harus menjaga semua-semuanya ketika berhadapan dengan spesies laki-laki yang satu ini. Gue mendapati banyaknya kasus-kasus kejahatan yang dilakukan oleh kaum muda, walaupun penjahat dari kaum tua juga gak sedikit jumlahnya. Tapi gue tetap mengatakan kalau cowok itu lebih berbahaya karena mereka bertindak dengan dua kemungkinan; karena memang ada niat, atau hanya karena ada kesempatan. Otaknya gak pernah jauh-jauh dari hal-hal yang menyesatkan.

Gue memang memisahkan spesies pria dan cowok dalam lingkaran. Pria adalah mereka-mereka yang harus dihormati, sementara cowok adalah mereka-mereka yang sepantaran. Gue menghormati Kak Dirga hanya karena dia punya status sebagai seorang dosen di kampus, bukan karena gue menganggap dia sebagai seorang pria. Tapi terlepas dari gue gak tau umur Kak Dirga itu berapa, gue tetap memasukkan dia ke dalam kategori cowok karena tingkah lakunya yang terlalu menyebalkan untuk ukuran orang dewasa.

Selain itu juga karena dia belum berkeluarga. Dan kabar yang beredar mengatakan kalau dia masih sendiri. Pasangan dalam ikatan yang gak sah pun dia gak punya-entah karena memang gak ada atau cuma gak mau karena bertentangan dengan perintah agama.

Tapi pernyataan terakhir tadi gak bisa gue jadikan sebagai jaminan apa-apa karena fakta di lapangan menunjukkan bahwa tingkah laku seseorang banyak yang gak sesuai dengan kepercayaannya.

Gue pribadi selalu menyalakan alarm merah di kepala tiap berhadapan dengan cowok, pengingat bahwa mereka berbahaya dan ada banyak batasan yang harus dijaga. Hal itu membuat gue terkesan kasar sebagai perempuan di mata kaum mereka. Terlalu jomplang dengan Sisil atau teman cewek gue yang lainnya, yang menyambut semua orang dengan tangan terbuka. Satu-satunya yang gak menganggap gue begitu mungkin cuma Lucas. Entah karena dia yang udah biasa atau hanya terlalu gak peduli.

Dosbim | DoyoungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang