FIFTY EIGHT

Mulai dari awal
                                    

Tidak, maksudku bagaimana aku harus menjelaskan padanya bahwa aku ini bukan perempuan 'sialan' penjaja diri. Lagipula, aku bingung mengapa ia tidak menanyakan terlebih dulu meski rautnya sempat terlihat kaget, namun dengan seketika ia langsung menyetujui permintaan Tuan Hwang dan meminta membawaku pergi saat itu juga, diiringi tawa Tuan Hwang dan wajahnya yang teramat bahagia menghantarkan aku pergi ke lubang kematian.

Suara hening dari kamar mandi menjadi pertanda bahwa terompet kematianku mulai berbunyi. Dan benar, Taehyung keluar dengan rambut yang masih basah, mengenakan bathrobe, sandal bulu sambil bersiul.

"Eh, kau benar-benar tidak pergi? Padahal aku hanya bercanda loh tadi. Atau kau benar-benar tidak ingin pergi dan menikmati malam ini bersamaku?"

Hello, he's still Mr. Kim Bastard Taehyung!

"Aku hanya ingin menjadi tamu yang sopan, menunggu pemilik rumah sebelum aku pamit pulang," kataku sambil bangkit, lalu mengambil tas ku dan berjalan menuju pintu.

Menarik kartu yang terselip dari sisi dinding, yang kemudian kusadari kalau itu untuk menyalakan lampu, mencoba mencari cara bagaimana pintu tanpa kenop itu bisa terbuka, dan hasilnya, nihil. Ia tidak sedang menipuku kan? Aku berbalik ingin mencaci maki dirinya, namun yang ada ia sedang duduk sambil mengambil buah dari piring, memegang remot dan menyalakan televisi.

"Yang tadi, aku juga sedang bercanda," katanya tiba-tiba, mengangkat kaki seperti seorang bos, tanpa melihat ke arahku. Menyebalkaaaaaaaan!

"Kau sudah diberikan padaku, loh. Mandi saja sekarang dan siapkan dirimu untuk memberikan pelayanan terbaik. Aku tidak terlalu suka dressmu ngomong-ngomong. Tidak ada yang bisa dipamerkan hingga itu terlihat memalukan."

Siaaaaaaaal! Dia pikir aku ini apa? Apa haknya mengata ngatai tubuhku. Tetapi poin mandi, aku rasa ini menjadi senjata ampuh dimana aku bisa mengulur waktu. Setidaknya sampai Mark atau Sungwoon, bahkan lebih baik keduanya datang menjemputku.

Tak berniat mengatakan apa-apa, aku segera masuk ke dalam kamar mandi. Tak lupa membawa tasku dan memastikan semua aman. Setidaknya aku bisa menggunakan itu selama di sana. Exactly, aku merasa sangat cerdas dan lega sekarang. Dan Taehyung, tidak mengatakan apa-apa pula. Ah, masa bodoh! Aku harus menyelamatkan diriku.

Jelas yang kulakukan di kamar mandi benar-benar membuka baju dan membasahi diri. Berendam di bathtub sebentar juga sepertinya tidak masalah supaya aku terlihat basah dan benar-benar mandi. Ngomong-ngomong, kamar mandinya tak kalah klasik dan mewah. Aromanya seperti lavender, tetapi sangat soft dan tidak menusuk hidung. Berapa kira-kira harga hotel ini selama semalam?

"Mark, Sungwoon, aku ada di dalam kamar mandi sekarang," bisikku hampir tidak terdengar.

Tak ada yang menjawab selama beberapa saat hingga aku mendengar suara Ryujin. "Astaga, Ryu-Sakura, kemana saja kau?"

"Lily, kau dimana?" kudengar Ryujin juga membalas dengan bisikan di seberang sana.

"Tidak tahu, Mark atau Sungwoon bilang akan menjemput. Kau dimana?"

"Sial! Aku bersama sekumpulan kakek kakek setengah botak yang terlihat siap untuk melahapku. Menjijikkan!"

Aku tidak dapat tidak terkikik mendengar Ryujin yang masih bisa mengomel di saat seperti ini.

"Hey, Jagoan! Kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun karena mereka bisa mati dalam satu genggaman tanganmu. Sedangkan aku.."

"Hey! Hey! Apa maksudmu, kau juga handal, Bodoh. Kita selalu berhasil dalam misi."

Aku hanya tersenyum mendengarnya. Kurasa semua itu hanya keberuntungan mengingat aku tak punya keahlian untuk membela diri atau apapun dalam semua misi yang pernah kami lewati. Lagi pula, aku mengikuti misi belum lebih dari dua puluh kali, belum ada apa-apanya dibanding dirinya yang sudah lima tahun berkecimpung di dunia seperti ini.

HOUSEMATE ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang