Tujuh orang yang baru tampil itu adalah pewaris yang kelak akan meneruskan kepemimpinan dalam bisnis orang tua mereka. Bukan alasan yang buruk sebenarnya. Daripada harus jatuh pada tangan orang lain, sebaiknya diteruskan oleh keturunan sendiri kan?

Dalam hal ini sebenarnya Yoongi oppa sedikit beruntung karena dia masih diizinkan untuk menjadi produser dan penulis lagu. Dengan catatan, saat ayahnya pensiun nanti dia harus sudah siap untuk meneruskan kepemimpinan di bisnis perhotelan mereka.

Sebenarnya appa juga mengizinkan Jungkook jika yang dia ingin adalah menjadi produser atau penulis lagu seperti Yoongi oppa. Tapi Jungkook tidak mau. Bocah itu lebih suka menjadi idola, tampil di panggung dan dikenal banyak orang.

Eonni, sepertinya mereka sudah selesai. Ayo kita ke sana.” Chaeyeon menyadarkanku dari pergumulan dengan pikiranku sendiri.

Eoh, ayo.” Aku dan Chaeyeon bangkit menghampiri para pria bertopeng itu.

Sesegera mungkin aku mengubah ekspresiku menjadi ceria, tak ingin Jungkook ataupun yang lainnya tahu jika aku sempat bersedih.

Wua kalian sangat keren.” Chaeyeon segera memberikan pujian begitu sampai pada anak-anak Bangtan.

“Benarkah? Kau suka?” Tanya Jungkook penuh semangat.

Chaeyeon mengangguk tak kalah semangat. “Aku sangat suka penampilan Jimin Oppa.”

Mwoya?” Jungkook terlihat tidak suka, sangat menggemaskan bagiku.

Wuaaa terima kasih. Aku tahu kok kalau aku keren.” Jimin memamerkan deretan gigi depannya.

Inginnya sih mencaci karena dia sombong. Tapi apa yang dia sombongkan itu ada buktinya. Dia memang benar-benar keren, jadi aku mengiyakan saja. “Iya, kau memang keren. Kau idolaku.” Aku memberikan dua jempolku padanya.

“Idolakan aku saja, jangan Jimin.” Kali ini Taehyung membuka suaranya.

“Suka-sukaku, apa urusanmu?” Tanyaku dengan nada kubuat menyebalkan.

Aish sudah-sudah, ayo kita pergi dari sini. Aku sudah lelah memakai topeng ini. Wajah tampanku ini perlu terpapar udara bebas.” Jin menengahi. Terdengar sedikit menyebalkan karena dia menambahkan kata-kata penuh pujian untuk dirinya sendiri. Iya iya, aku tahu kalau dia itu memang tampan.

Kami pun pergi, menuju mobil masing-masing. Perlengkapan dan peralatan sudah ada yang membereskan. Tentu saja anak-anak Bangtan tak mau bersusah payah untuk mengurus properti. Mereka membayar orang untuk melakukan itu.

Aku satu mobil dengan Taehyung, Jungkook dan Chaeyeon. Memang seperti itu sejak berangkat tadi. Awalnya sih aku ingin berangkat dan pulang dengan Yoongi oppa saja, tapi ternyata pagi-pagi sekali Taehyung sudah datang ke rumah. Bahkan ikut sarapan bersama keluargaku. Dan seperti biasa, istri appa-ku yang centil itu terus-terusan menjodoh-jodohkan Taehyung dengan Sunny. Menyebalkan.

Noona, kenapa diam saja?” Tanya Taehyung sambil menyenggolku. Aku baru sadar, sepertinya aku melamun. Sudah berapa lama aku ketinggalan obrolan?

“Apa?” Sungguh, aku sama sekali tidak tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Aku terlalu fokus dengan gambaran peristiwa tadi pagi saat sarapan di rumah.

“Chaeyeon masih ada sedikit waktu, bagaimana kalau kita makan siang dulu?” Jungkook yang sedang menyetir di depan menjelaskan padaku. Oh, rupanya perkara makan siang. Ku kira apa.

“Baiklah. Lalu anak-anak yang lain?”

“Biar saja, mereka sudah ada urusan sendiri.” Jelas Taehyung yang duduk di sebelahku.

Love Is Not Over ✔Where stories live. Discover now