Chapter 9

2.8K 304 17
                                    

Happy reading ^^
















"Chanwoo ah, bagaimana hasilnya?" tanya Jinhwan dari ujung sambungan telepon.

"Perasaanku lebih tenang hyung, dokternya sangat baik. Aku menantikan pertemuan selanjutnya hyung" jawab Chanwoo

Chanwoo teringat akan kata kata dari dokter tadi,

'Kau tidak bisa sembuh dari phobia dan traumamu, tidak ada yang bisa. Namun yang harus kau lakukan adalah menemukan cara untuk menghadapinya' kata dokter itu.

Dulu saat ia rutin terapi, semua dokter terus mengatakan bahwa ia pasti akan sembuh, hanya harus berusaha. Chanwoo muak akan hal itu karena sebenarnya ia sama sekali tidak membaik. Satu satunya hal yang membuatnya bisa bangkit adalah masuk ke dunia peraktingan.

Namun sekarang setelah menjalani terapi dengan dokter itu selama dua kali, ia merasakan sedikit semangat dan keberanian kembali muncul.

"Hyung senang mendengarnya. Maaf hyung dan yang lain tidak bisa menemanimu." kata Jinhwan membuyarkan lamunan Chanwoo

"Tidak apa hyung. Hyung sempat menelepon saja, aku sudah senang lagipula ini sudah malam dan hyung juga baru pulang dari latihan, hyungdeul harus istirahat" kata Chanwoo

Memang Chanwoo sengaja membuat janji di malam hari, beruntung bahwa dokternya adalah kenalan dari pemilik YG, Yang Hyungsuk.

"Terimakasih Chanwoo, hyung juga senang... Kau sedang dalam perjalanan pulang? Manager hyung mana?" tanya Jinhwan

"Iya hyung, aku sedang menunggu lift. Manager hyung masih dalam perjalanan." jawab Chanwoo.

"Aku akan mampir ke minimarket sebentar hyung. Mau menitip sesuatu hyung?" tanya Chanwoo

"Hmm, sepertinya tidak." jawab Jinhwan

"Baiklah, sudah dulu ya hyung" kata Chanwoo

"Iya, hati hati dalam perjalananmu" kata Jinhwan

"Ne" kata Chanwoo

Tepat setelah sambungannya terputus pintu lift terbuka dan Chanwoo melangkah masuk. Chanwoo sedikit merasa lega karena di lift itu ada orang lain, jadi ia tidak sendirian. Meski orang itu terlihat sedikit mencurigakan tapi Chanwoo tidak menghiraukannya.

Entah kenapa Chanwoo sedikit merasa merinding. Mungkin karena hanya ada keheningan di situ, jadi ia sedikit bersenandung. Pikirannya sedang teralihkan sehingga ia tidak menyadari bahwa lelaki yang berdirik di belakangnga mengeluarkan sebilah pisau dari balik lengan bajunya.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya terjadi dengan sangat cepat. Lelaki itu mengambil satu langkah mendekat ke Chanwoo dan langsung menusuk perut Chanwoo dari belakang. Tidak hanya satu tapi tiga satukan.

Di tusukan terakhir, lelaki itu menekan pisau tersebut lebih dalam sambil berbisik pada Chanwoo.

'Sudah kukatakan bukan, lambat dan menyakitkan'

Satu tusukan lagi mendarat di perutnya, kali ini lelaki itu membalik tubuh Chanwoo dengan paksa dan membuat Chanwoo menatap ke matanya ketika ia menusuk perut Chanwoo.

Lelaki itu langsung menekan tombol lantai terdekat dan segera keluar dari lift itu. Sepertinga keberuntungan sedang berpihak padanya karena tidak ada siapapun yang melihatnya keluar dari lift.

"Ukkhhh..." batuknya mengeluarkan darah segar.

Chanwoo mencabut pisau tersebut dari perutnya. Tubuhnya tersungkur ke lantai lift. Kemeja putihnya sekarang sudah di penuhi corak merah dari darahnya.

Vulnerable || iKONDove le storie prendono vita. Scoprilo ora