Ternyata Ifan

35.4K 790 12
                                    


Udah setahun lebih aku mengagumi Ifan, tapi aku masih belum mendapatkan kesempatan untuk merasakan kejantanannya yang selalu membuatku penasaran.

Semua rasa penasaranku aku pendam baik-baik. Entah kenapa aku ga berani melakukan apapun ke Ifan dan aku sangat segan padanya.



***




Hingga ga terasa waktu terus berjalan, Ifan telah selesai mengikuti ujian nasional dan lulus dari SMA. Dari semua pamanku, hanya Ifan yang melanjutkan kuliah di Jakarta.

Ya mungkin karena salah satu universitas negeri terbaik berada di Jakarta, eh di Depok tepatnya dan Ifan yang memang pinter dengan mudah bisa memakai almamater kampus berwarna kuning itu.

Karena jarak dari rumah ke kampusnya ga terlalu jauh, Ifan mutusin untuk ga ngekost dan tetap tinggal di rumah nenekku.

Siang itu aku bertemu Ifan di rumah nenekku.

"Wah selamat ya fan kamu keterima di *****" ucapku dengan bangga.

"Iya makasih, kamu juga makannya belajar yang rajin biar bisa masuk sana juga nanti"

"Iya fan, bantuin ya biar aku bisa pinter kaya kamu"

"Iya nanti kalo ada pelajaran yang ga ngerti tanyain aja ya, aku pasti bantuin kok"

Semenjak lulus SMA Ifan menjadi lebih ramah padaku, ya 40% ramah 60% jutek, galak, dan tertutup. Tapi sangat mending dibandingkan Ifan yang dulu aku kenal.

Saat itu Ifan sedang libur panjang sebelum masuk kuliah dan aku juga lagi libur kenaikan kelas. Sehingga aku sering menghabiskan waktu bersama Ifan di rumah nenekku. Walaupun Ifan jarang berada di rumah, ia lebih sering pergi bermain keluar bersama temen-temennya dan pulang pada malem hari.

Yang pasti Ifan orangnya sangat tertutup mengenai semua hal, bahkan masih menutupi kalo ia merokok dan suka minum alcohol. Tapi anehnya dari dulu aku belum pernah melihat Ifan dekat sama seorang cewe, apalagi membawa pacarnya ke rumah seperti yang sering dilakukan Anto dan Zaki.




***
(Beberapa Hari Kemudian)




Di hari Sabtu aku pulang ke rumah sekitar jam 7 malem, lalu aku bersantai dulu di rumah nenekku. Setelah mengobrol bersama kakek dan nenek, aku pergi ke kamar Ifan untuk mengambil celana dalem bekasnya. Tetapi keranjang baju kotor di kamar Ifan udah keburu diangkat.

"Yah tumben banget cuciannya udah di ambil, telat deh gue" ucapku.

Karena ga mendapatkan apa yang aku inginkan, maka muncul niat isengku untuk ngepoin lemari di kamar Ifan lagi. Aku buka lemari bajunya, hmm ga ada benda yang aneh disini.

Lalu aku lanjutkan membuka laci kecil di samping tempat tidurnya. Aku langsung kaget saat melihat di dalamnya terdapat sebuah sempak berwarna biru yang sangat aku kenal.

"Inikan celana dalem gue...!! Kenapa Ifan nyimpen celana dalem gue ya, mana banyak bercak putihnya lagi. Apa jangan-jangan ............." pikiranku mulai ngaco.

Di sempak itu aku melihat banyak bercak pejuh kering yang menempel dan aku masih bingung kenapa Ifan menyimpannya. Lalu aku simpan lagi sempak itu ke tempat semula dan buru-buru kembali ke kamarku.

Malem harinya aku menjadi gabisa tidur dan terus memikirkan apa yang tadi aku lihat. Sampai jam 12 malem aku masih terjaga, lalu aku mendengar suara mobil Ifan yang berisik memasuki pekarangan rumah.

"Hmm Ifan udah pulang. Hari ini gue harus ngebuang rasa penasaran gue" ucapku dalem hati.

Aku tunggu sampe jam setengah 2 pagi, lalu aku pergi ke kamar Ifan. Ternyata pintu kamarnya ga dikunci, jadi aku beranikan untuk masuk ke dalam kamarnya. Di kamarnya terlihat Ifan sedang tertidur pulas di atas kasurnya.

MY UNCLE'SWhere stories live. Discover now