14% Bewilderment

596 85 5
                                    

Jennie's POV;

Tempat apa ini? Gelap gulita dan terasa lembap juga berbau amis.

Dimana aku sebenarnya? Aku meraba dinding di sekitarku, dindingnya basah dan kasar.

Aku tak mengerti dengan semua ini, kenapa aku bisa berada di tempat ini? Ah, tak ada yang kuingat sedikit pun.

Kulangkahkan kakiku menelusuri ruangan ini dengan jari yang masih setia menyentuh dinding kasar itu.

Ruangan ini.... kecil.

Kuraba lagi permukaan dinding itu, kali ini menggunakan kedua telapak tanganku一ingin tahu seberapa tingginya.

Kemudian aku menghela napas. Percuma, sepertinya ruangan ini lebih tinggi dari ukuran tubuhku.

Andai saja ada setitik cahaya yang menerangi ruangan pengap ini. Mungkin dari sana aku tahu dimana aku.

Kurasa harapanku terkabul!

Ada cahaya terlihat sangat jelas di belakang punggungku. Juga dengan seseorang yang masuk ke dalam.

Is he my savior?

Tidak! Bukan! Bukan ini yang aku harapkan! Pria itu akan membunuhku dengan pisau daging di genggamannya.

"Do you wanna play?" tanyanya. Aku menggeleng cepat dan terus berjalan mundur. Sampai-sampai aku tidak bisa lagi berjalan mundur. Diriku sudah tersuduti.

Aku meraba benda dibelakangku. Jendela. Kuharap belum terlambat untuk melarikan diri.

Dengan segera aku membuka jendela itu. Sia-sia. Sungguh sia-sia. Jendela itu tidak mau terbuka.

"ARGHH!" teriakku saat pria itu menarik rambutku dan menjatuhkanku ke lantai dengan posisi kepalanya berada beberapa centi di atas kepalaku yang terbentur kuat.

Hal itu menyebabkan rambut panjangnya berada di beberapa bagian wajahku tetapi tidak menutupi mataku.

Dia seakan menghipnotisku untuk terus memandang mata indah itu sampai aku yakin akan suatu hal. Orang ini bukanlah seorang pria. Melainkan wanita!

Apa yang ia inginkan dariku?!

"Lihat aku Kim Jennie! Lihat aku!" teriaknya. Dalam sekejap mata yang indah itu berubah menjadi menakutkan.

Pipi tembam wanita itu berubah menjadi tirus. Ah bukan! Bahkan terlalu tirus seperti hantu!

CTAR'....

Suara petir menggelegar di luar memekakkan telingaku.

CTAR'....

Bunyi petir itu untuk kedua kalinya dengan keras sehingga membuat cahaya putih memenuhi ruangan dan membuat pengelihatanku menjadi jelas.

Kini aku tahu kenapa ruangan ini berbau amis dan lembap. Karena... seluruh dindingnya terlapisi oleh darah merah yang segar.

Yang artinya, darah itu juga menempel pada kedua telapak tanganku. Juga dengan tubuhku!

Wanita itu menepuk pipiku dengan keras. Sontak pandanganku kembali terfokus pada wajah seramnya.

"LIHAT APA YANG KAU LAKUKAN PADAKU KIM JENNIE! KAU MEMBUNUHKU!" teriaknya sarkastik bersamaan dengan petir yang ketiga kalinya.

Dadaku bergetar takut. Mataku mulai memanas. Bibirku kering dan tenggorokkanku terasa sangat sakit. Aku juga tidak bisa menggerakkan tubuhku.

ADA APA INI?! SOMEONE PLEASE HELP ME!

Dia membuka mulutnya dengan lebar sampai membuat sudut bibirnya itu mengeluarkan banyak darah.

Bukan hanya darah! Tetapi juga cacing tanah yang sangat banyak!

The Truth Untold [END]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora