PROLOG

10.3K 772 93
                                    

B A D B O Y A L A S K A

Pada senja yang membawamu pergi...
Terima kasih...telah pergi tanpa permisi

Tak banyak yang ingin aku sampaikan. Hanya ingin berterima kasih telah membuatku jatuh cinta, meski pada akhirnya kamu menyerah memperjuangkan rasa.

||

Buat yang pernah gue sakitin hatinya, maaf gue khilaf

ALASKA GEOVANO

~WELCOME TO BADBOY ALASKA~

Sekolah sudah terlihat sepi, gadis itu baru saja selesai mengikuti bimbingan Olimpiade Kimia. Sedangkan bel pulang sekolah sudah berbunyi sejak setengah jam yang lalu, itu artinya semua siswa-siswi sudah pulang. Mungkin tinggal beberapa guru, penjaga sekolah dan dirinya saja yang masih berada di sekolah.

"Minggu depan kita bimbingan lagi, jangan lupa pelajari materi dan soal-soal yang saya ajarkan tadi ya."

"Iya pak." Verra mengangguk paham.

"Semangat! Tiga bulan lagi saya akan ajukan proposal Olimpiade supaya kamu bisa sekalian persiapan pilih kuliah. Saya yakin kamu bisa lolos seleksi nasional." katanya dengan senyum bangga sembari mengulurkan tangan mengacak rambut siswi yang masuk kategori murid kesayangannya itu-karena kepandainnya.

Verra tersenyum pada pria yang berusia dua puluh lima tahunan yang masih terbilang sangat muda itu. Pria dengan kemeja hitam yang tak lain adalah seorang dosen yang ditugaskan sebagai pembimbingnya itu ikut tersenyum kemudian melangkah meninggalkan ruangan.

Verra membereskan buku-bukunya, kemudian keluar dari ruangan itu, berjalan menuju koridor melewati parkiran sekolah. Verra kira hanya tinggal dirinya saja yang masih berada di sekolah, namun nyatanya masih ada sekumpulan cowok yang kini nongkrong di parkiran sekolah. Dari kejauhan terlihat jelas kepulan asap rokok menyebar di area itu, bisa dipastikan mereka adalah kumpulan cowok brandal yang tidak jauh dari kata melanggar aturan.

Tatapannya tak sengaja melihat sepasang mata yang ternyata juga sedang melirik kearahnya. Buru-buru Verra memutus kontak mata lalu melewati begitu saja cowok-cowok itu. Berharap mereka tak melihat apalagi mengenalinya.

"Eh ada cewek tuh!"

Sial! Verra mengumpat dalam hati.

"Cewek!"

"Piu!" salah satu dari cowok itu bersiul terkesan caper. Tapi Verra tak menotice nya, menoleh saja ia tak berani.

"Gue anterin pulang mau nggak?" seru cowok satunya.

"Anjir gercep amat lo Ga. Ajarin gue dong cara jadi fuckboy gimana?"

Verra tak menghiraukan mereka. Ia memutuskan tetap berjalan dengan pandangan lurus, sedikit menunduk. Sengaja, Verra mempercepat langkahnya. Namun tiba-tiba sebuah tangan mencegah lengannya. Menariknya ke belakang membuat tubuhnya berputar balik.

Cowok itu? Bukannya tadi dia masih duduk diatas motor bersama teman-temannya di parkiran itu. Bagaimana mungkin dia bisa ada di depannya sekarang?

"Lo!" seru Verra kaget saat melihat siapa yang menarik tangannya. Sosok cowok yang berdiri di hadapannya ini adalah orang yang sejak lama dia hindari. Tapi kenapa tiba-tiba dia muncul di depannya.

"Gue mau nanya sesuatu." suara serak khas cowok itu membuatnya salah tingkah, ditambah netra tajam yang seolah mengintimidasinya. Jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Ya Tuhan, kenapa debaran ini masih saja sama. Lantas masih samakah perasaanya?

"Gue nggak ada waktu, gue mau pulang." Verra hendak pergi dari sana namun tangan itu kembali mencegahnya.

"Lepasin!" kali ini Verra sedikit berteriak.

Bukannya melepaskan tangannya, cowok itu justru mendekatkan tubuhnya membuat jarak diantara keduanya semakin menipis.

"Sebenci apa sih lo sama gue?" nada bicara cowok itu berubah ketus. Raut wajanya datar.

Tidak! Ini tidak boleh terjadi. Dia tidak boleh berurusan dengan cowok yang merupakan ketua geng sekolah ini. Dan bagaimana bisa cowok itu menyimpulkan bahwa dirinya membenci cowok itu. Dasar sok tau! Tapi kenyataanya memang iya sih.

"Gue nggak pernah bilang gue benci sama lo." balas Verra. Cowok itu tersenyum smirk.

"Tatapan lo ke gue udah ngejelasin semuanya. Setiap kali nggak sengaja liat, lo selalu natap nggak suka. Lo ada masalah sama gue?"

"Nggak."

"Kenapa lo keliatan benci banget sama gue?"

Verra mendengus kesal. "Bukan urusan lo!"

"Kalo ada masalah sama gue bilang, jangan diem-diem benci gue. Gue nggak suka cara lo!"

"Gue nggak ada urusan sama lo."

"Tatapan benci lo ngebuat lo berurusan sama gue. Lo ada dendam apa sih sama gue?"

"Udah gue bilang, gue nggak ada urusan sama lo. Tangan lo bisa dilepas?" Verra melirik ke bawah, dimana tangan cowok itu masih mencengkram lengannya. Bukannya melepaskan, cowok itu kembali melempar tanya.

"Lo anak IPA kan?"

"Kenapa emangnya?" tanya balik Verra. Cowok itu menatapnya dari atas sampai bawah. Bukannya menjawab, tatapan Alaska tertuju pada bagian depan tubuh Verra lebih tepatnya bagian dada. Verra yang mengetahui itu langsung melotot ke arah cowok itu.

"Lo! Jangan kurang ajar ya! Gue lapor-"

"Verrani-ca Aghata." ucap cowok itu mengeja, yang ternyata membaca badge namenya. Padahal tadi dia kira cowok itu....ah sudahlah!!!

"Awas gue mau pulang!" demi Tuhan, Verra benar-benar sangat malu akibat ulah cowok tidak tahu diri itu.

"Lo tau kan siapa gue? Sekali berurusan sama gue, nggak akan gue lepasin gitu aja," cowok itu mengatakan dengan nada yang terdengar mengancam.

Ini benar-benar menyebalkan. Verra tak pernah menyangka harus berurusan dengan cowok seperti ini. Dia merasa tidak nyaman berada dekat dengan cowok itu. Dengan keberaniannya, Verra mendorong tubuh cowok itu sedikit menjauh. Verra segera melangkah cepat pergi dari sana.

"JANGAN BENCI-BENCI SAMA GUE! NTAR LO MALAH SUKA SAMA GUE!!" teriak cowok itu sebelum Verra benar-benar telah pergi dari sana.

Apaansih! Siapa juga yang bakal suka sama dia? Sampai kapanpun tidak akan pernah! Camkan itu!

"Dasar cowok sinting!" gumam Verra sebelum masuk ke dalam taxi.

JANGAN LUPA VOTE/KOMENTAR/FOLLOW

Banyak typo dimana-mana! Cerita ini akan direvisi setelah tamat!

BADBOY ALASKAWhere stories live. Discover now