-Diandra 2-

2.8K 114 0
                                    

Sabtu, 17.00 WIB.

Diandra menatap dirinya dipantulan cermin kamarnya. Benar-benar berbeda dari yang biasanya. Dia terlihat sedikit lebih cantik. Oh mungkin terlihat sangat cantik. Dengan dress selutut berwarna pink pastel dan rambutnya yang panjang diurai begitu saja, tentu saja dengan polesan make up natural.

"Apa ini gak berlebihan bu?" Tanya Diandra pada Lany. Lany lantas tersenyum dan menggeleng.
"Ya enggak dong, lihat diri kamu, cantik banget anak ibu." Ucap Lany sambil mengecup pipi anaknya.

Sementara itu disisi lain...
____________________

"Angkasa ayo berangkat!" Ucap Ririn, mama Angkasa.
"Angkasa!" Ulangnya.

Tidak ada sahutan sama sekali, memang Angkasa sangat-sangat tidak menginginkan perjodohan ini terjadi. Yang ada dipikirannya, gimana kalo jelek, gimana kalo gak selevel, gimana kalo gue gak cocokkk?!

Yang dilakukan Angkasa hanya berdiam diri di kamar(mandi) kamarnya. Haha.

Mau tidak mau, Ririn membuka pintu kamar Angkasa. Sunyi, itulah yang ia rasakan.
"Angkasa kamu dimana?!" Teriaknya.

'Duh mampus gue!' Bisik Angkasa didalam kamar mandi. Sebenarnya ia ingin kabur, hanya saja semua kendaraanya disita oleh papa nya untuk hari ini. Yah jadi mau gimana lagi. Minta jemput temen? Temen-temen Angkasa pada kompak bilang "magerrr."

Trang..

Suara benda jatuh, "Angkasa bego, ngapa lo senggol tu sampo!" Umpatnya pada diri sendiri. Ririn yang mendengarnya tersenyum samar.

Tok.. tok.. tok...

"Buka! Mama tau kamu didalem! Katanya laki! Tapi menghindar!" Ujar mama nya membuat Angkasa kesal. Angkasa langsung membuka pintu kamar mandi dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan.

"Apasih mah! Siapa juga yang menghindar! Orang abis nabung!" Ucapnya sambil meninggalkan mamanya.

Mama Angkasa tertawa samar mendengar penuturan anak laki-lakinya itu. "Mama yakin kamu bisa berubah suatu saat nanti." Cicit mama Angkasa.

"Ayo Pa kita berangkat." Ajak Angkasa ke papa nya. Hans tersentak.
"Semangat amat kamu? Bukannya tadi.. kabur?" Tanya Hans menggoda Angkasa. Angkasa hanya diam sambil menatap ke lain arah. Malas berdebat dengan papanya.

Angkasa akan melakukan apapun agar keinginannya bisa terwujud. Tapi kalo sudah disentuh tentang seberapa gentle dirinya nya, huh jangan ditanya. Langsung sensitif.
.
.
.
Selama diperjalanan Angkasa hanya diam dan menatap kearah luar jendela. Tampilannya sangat simple hanya celana levis panjang hitam dan kaos hitam polos, sampai-sampai tadi ia hanya ingin menggunakan celana pendek selututnya. Untung saja mama nya sempat memarahinya tadi.

"Mama sama papa yakin, calon kamu ini cocok banget sama kamu, dan bisa ngerubah sikap kamu Angkasa." Ucap papa Angkasa.

"Ma, Pa, harusnya Angkasa bisa milih jalan Angkasa sendiri. Kenapa kalian jadi egois gini sih?! Seolah-olah calonnya Angkasa itu pentinggg banget buat kalian!" Ucap Angkasa dengan nada kesal.

"Mama sama papa tau yang terbaik buat kamu Angkasa, selama ini, papa selalu diam dengan tingkah kamu, papa gak pernah ngelarang-larang kamu, tapi sekarang sudah waktunya kamu berubah jadi lebih dewasa dan tanggung jawab." Ceramah Papa Angkasa panjang lebar.

"Whatever!!!"
.
.
.

"Diandra, mereka sudah sampai ayo keluar." Ucap ibu Diandra.
Diandra mengangguk kemudian menatap dirinya sekilas lalu melangkah keluar bersama Lany.

Jantungnya berdegup kencang, entah kenapa ia merasa sangat gugup.

"Haiii Lany." Ucap Ririn sambil memeluk Lany ibu Diandra.
"Hai om, tante." Ucap Diandra lembut sambil menyalami sepasang suami isteri itu.

Kemudian seorang pria masuk kerumahnya dengan tampang yang sangattt datar...

"Lany, ini anak aku, namanya Angkasa Juliano." Ucap Ririn sambil menyenggol-nyenggol tangan Angkasa agar mau menyalimi kedua orang tua Diandra.

Angkasa menundukkan kepalanya dan menyalimi tangan kedua orang tua Diandra. Dia melihat Diandra sekilas dan langsung mengacuhkannya begitu saja tanpa ada senyum sedikitpun diwajahnya.

"Ayo ayo, aku udah masakin kalian, ayo kita makan." Ajak Lany ke keluarga Angkasa.

Mereka makan dalam hening kemudian suara seseorang memecah sunyi.
"Kapan pertunangannya mau dilaksanakan?" Tanya Guntur.
"Mungkin pertunangannya bulan depan, dan pernikahannya setelah mereka berdua siap. Kalau gak siap-siap ya kita yang nentuin. Haha." Ucap Hans.

"Pa tapi kan aku udah kelas 12, dan aku harus fokus ujian." Protes Angkasa. Diandra hanya diam melihat tingkah Angkasa.
"Yang nyuruh kamu repot-repot nyiapin pertunangan siapa? Itu urusan kami. Kamu hanya ngejalanin, tunangan kan cuma butuh waktu sehari." Ucap Hans tidak mau kalah.

Hans melihat kearah Diandra, dan tersenyum, yang dilihat pun begitu. Diandra tersenyum sangat manis, sampai membuat Angkasa sedikit meliriknya.
"Diandra setuju?" Tanya Hans pada Diandra. Diandra mengangguk sambil terus tersenyum. "Aku setuju kalau memang keputusan kalian begitu om." Ucapnya.

Setelah selesai makan mereka mengobrol seperti biasa, Ririn mengobrol dengan Lany, Hans mengobrol dengan Guntur, Diandra? Hanya diam ditaman belakang rumahnya.

"Angkasa, kalo kamu gak ada temen ngobrol, Diandra ada ditaman belakang." Ucap Lany. Angkasa mengangguk. Ia mengeluarkan hp nya dan berniat main game online nya. Tapi sayanggg. Hp nya lowbatt.

'Shit!' Umpatnya.

Karena tidak mungkin ia ikut ngobrol dengan para orang tua, ia hanya berjalan keluar dan gak tau mau kemana.

"Dih tau gabut gini, mending gue dirumah maen ps." Ucapnya sambil memutari halaman rumah Diandra. Berjalan menunduk dan tanpa arah sesekali menendang batu.

Bugh

"Shit!" Umpatnya sambil memegang dadanya yang tertabrak kepala seseorang. Sontak ia menoleh untuk mendapati siapa yang menabraknya. Sempat diam karena terpesona namun karena gengsi nya selangit, ia hanya memarahi Diandra.

"Kalo jalan pake mata!" Bentaknya. Diandra yang sudah mengenal sikap Angkasa disekolah, hanya memasang wajah datarnya.
"Aku jalan pake kaki, lagian bukannya kamu yang jalan nunduk, mana gak nentu arah lagi." Ucapnya masih dengan ekspresi yang sama.

"Ternyata gini ya lo! Tadi aja sok manis depan ortu gue, senyum gak berenti, sekarang datar mana kata-katanya kasar." Ucap Angkasa. Angkasa memang bocah yang suka memancing emosi orang lain.
"Aku senyum sama orang yang emang pingin aku senyumin, dan lebih kasar mana kata-kata aku sama kamu yang udah bentak aku?" Tanya Diandra.

"Angkasa ayo pulang! Sudah malam." Ucap Ririn. Langkah Ririn terhenti melihat Angkasa sedang bercakap-cakap dengan Diandra. "Eh udah akrab yaa." Godanya kepada anak laki-lakinya itu. Angkasa hanya memasang wajah kesalnya.
"Mending akrab sama kucing daripada sama dia." Ucapnya sambil meninggalkan kedua orang tersebut.

"Maaf ya Diandra." Ucap Ririn sambil menunduk. "Gapapa tante, tenang aja." Ucap Diandra sambil tersenyum teduh.
Kemudian keluarga Angkasa pun segera pulang.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc...

DiandraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang