SG 17- Awal Kemenangan

326 39 9
                                    

Apa yang kau tanam,
Itulah yang kau petik.

Dibawah bangunan mewah dan megah ini, pandangan ku tak bisa berhenti meniti tiap inci nya. Dalam hati sedikit tercubit, bagaimana penghuni di dalam nya bisa hidup senyaman ini. Sedangkan aku dan kakak harus hidup berpindah pindah tempat layak nya tupai yang tak bisa berhenti di satu pohon.

"Apa yang kau lakukan dirumah ku !"

Aku beralih ke asal suara yang ku pastikan pemilik istana megah ini, sekaligus orang yang ku cari.

Aku membungkuk setengah badan sebagai bentuk penghormatan, bagaimana pun dia bos ku. Meski mantan.

"Maaf sudah mengganggu istirahat anda, saya kemari turut berduka atas kejadian yang terjadi" jawab sopan dengan tangan menyerahkan sebuket bunga duka.

Dia memicing tak suka "aku tak butuh ucapan duka mu, kau bisa pergi sekarang".

Aku tersenyum tipis dan meletakan buket yang ku bawa ke atas meja tamu. Menatap punggung ramping nya yang menaiki satu persatu anak tangga.

"Semoga anda bisa menerima semua yang terjadi dengan lapang, karna saya merasa musibah ini tak akan berhenti disini saja".

Langkahnya mendadak terhenti dengan tubuh kaku, aku kembali membuatnya marah. Dan itu benar adanya dia yang berbalik menatap ku sangat tajam.

"Sudah ku duga kau kemari hanya untuk menertawakan ku. Bahkan kau mendoakan ku, kurasa aku tak akan menggubris doa dari seorang jalang".

Aku tertawa kecil dan menatap nya remeh, "Anda anggap aku sedang berdoa untuk musibah anda ? Huuhh, anda salah. Untuk apa aku berdoa jika aku sendiri bisa melakukan nya langsung pada anda".

"Brengsek, kau mengancam ku hah !" teriak nya sarkastik.

Aku semakin tersenyum lebar, "Disini anda memang bukan orang bersalah, tapi karna anda orang yang berhubungan dengan nya".

"Jangan membuat lelucon kau bahkan tak mengerti apapun"

"Bodoh ! Anda yang tak mengerti apapun. Bahkan alasan kematian ibu anda sendiri tak tahu, bagaimana bisa anda menyebut saya membuat lelucon" aku menampilkan smirk.

"Ibu anda mati karna jatuh dari tebing setelah disekap dan dibunuh. Dan berakhir dibuang dari ketinggan untuk menghancurkan tubuh nya"

Praangggggggg

Sial, aku tak sempat menghindar hingga vas itu tepat bersarang di kening ku. Darah merembet, bahkan denyutan perih cukup mengganggu pandangan. Aku harus bertahan.

Plaakkk

Tubuh ku terhuyung hingga menempel tepat diatas keramik marmer. Pandangan ku sedikit terselamatkan karna sakit di pipi ku.

Dia sudah berdiri menjulang di depan ku dengan air muka yang sangat marah. Sekali lagi tangan itu berayun ke arah ku tapi berhasil aku tahan. Menendang tepat perutnya hingga kini posisi berbalik.

Nafas ku memburu di depan nya, dia sudah berani menyentuhku. Ini salah.

Plaaakkkk

Aku membalas tamparan nya tak kalah keras hingga sudut bibirnya mengeluarkan darah. Aku tersenyum meski kepala ku masih berdenyut.

"Ku peringatkan, ini terkahir kali kau menyentuhkan. Aku tak akan membiarkan kau dan keluarga mu menyentuh ku lagi. Secepatnya, ku pastikan secepat mungkin kau dan ayah mu akan menyusul ibu tercinta mu ke neraka. Ingat itu, diam dan nikmati tiap detik yang tersisa"

Aku menyeret langkah meninggalkan rumah terkutuk itu. Tak peduli dia berteriak penuh makian kotor. Aku tak main2 dengan ucapan ku.

Sampai di luar gerbang aku langsung masuk dalam taksi yang masih menunggu karna perintah ku. Dia kaget dengan kondisi ku yang penuh darah.

Sanders GirlsWhere stories live. Discover now