ATMAJAYA

19 1 0
                                    

" aku boleh jadikan ikut besok" ucap favian saat dia duduk diteras kosku

"itu terserah dokter aja sih, kan tiketnya udah kebeli"

"gak ikhlas banget kayaknya" ejeknya yang kubalas tawa kecil

" emang lo mau liat gue nangis ditinggal nikah sama mantan" selidikku

" gue sih mau liat kita nikah " ada rasa panas menjalar diwajahku saat gombalan kecil dari mulutnya

" yah kalau nikahnya kembaran" dia terdiam sesaat mendengar balasanku, ada rasa bersalah saat mengucapkan itu

" eh maaf " ucapku pelan

" for" tanyanya sambil tersenyum dia mendekat dan membelai rambutku pelan

"gak ada yang salah din, bahkan perasaan gue pun gak salah, hanya mungkin situasinya yang kurang tepat, lo santai aja"

"boleh nanya 1 hal" dia hanya diam

"fifi siapanya kalian" dia jelas terkejut saat aku bertanya itu, dia kembali menghela napas berat

"sahabat aku, mantan andre" harusnya aku tidak bertanya tentang inikan, karna aku tau penjelasannya pasti menyakitkan namun aku cukup penasaran tentang fifi

" kenapa bisa putus "

" Sebenarnya gak ada kata putus, fifi menghilang gitu aja dan gue gak tau masalahnya apa, dan kalaupun gue tau itu bukan kapasitas gue buat cerita, ada andre yang akan jelasin ke elo mungkin lo butuh sedikit waktu menunggu" aku terdiam mendengar penjelasan favian, fifi menghilang tanpa kejelasan hubungan mereka, mungkin karna itu andre merasa bersalah karna sudah dekat dengan aku, dan saat fifi kembali dia memilih menjauh, sebenarnya gak akam sesakit ini sebenarnya andai andre membicarakan semua ini, kan nyatanya aku juga belum meng iya kan hubungan kami, namun mengingat kedekatan kami semua terasa menyakitkan jika kami hanya sebatas teman

"andre pasti menjelaskan semuanya nanti" tambahnya

"bukan masalah, aku dan andre hanya teman saja kami dekat namun hanya sebatas teman gue belum berani memulai hubungan baru dan kurasa pilihan andre memang tepat" jelasku jelas aku terluka menyatakan itu namun yang aku katakan adalah fakta

"temani gue makan" aku sedikit tersentak saat favian menggoyang-goyangkan tangannku

"ih apaan sih"

"udah buruan lapar "rengeknya seperti anak kecil,  aku mendengus kesal namun tetap berdiri mengikutinya

" eh tunggu pintu gue" ucapanku sontak membuatnya tertawa keras

"gue kira lo gak akan ingat"

"nyeselin banget sih " aku mencubit lengannya sebelum berjalan masuk kedalam kosku

favian melajukan motornya dengan pelan

"restoran jepang" tanyaku

"sukakan" aku hanya tersenyum malu

"belum pernah kesini" ucapku pelan

"yah udah sekarang udah disini, banyak makanan yang bisa menaikkan mop disini" ucapnya sambil menggandeng tanganku

"gak malu" dia menaikkam alisnya tanda bingun,  aku memperhatikan orang yang lewat lalu diriku mereka kebanyakan berpakain rapi dan resmu sedangkan aku hanya baju kaos dibalut blezer dipadu celana jins
favian sih ok dia memakai kemeja dipadu celana jins

favian membelai wajahku menatapku menenangkan

" kenapa harus malu, lo cantik sangat malah yang ada mereka iri liat gue sama lo" aku mencubit perutnya yang dibalas dengan rintihan pelan darinya

"gak usah drama deh" dia kembali menautkan tangannya sambik tertawa

"gak seru" balasnya membuatku ikut tertawa

favian memilih tempat duduk agak sudut, aku tidak malu mengakui kefavian bahwa aku orang kampungan dan baru kali ini makan direstoran menurutku mewah,namun baginya biasa aja

" sering Kesini" tanyaku

"kadang sih, lebih banyak makan dirumah sakitkan"

" sudah berapa lama disana"

"3 tahun, cita-cita lo perawat?" aku tertawa sambil menggeleng

"ibu aku meninggal karna sakit, itu membuatku bertekad buat bisa merawat dengan baik, aku hal yang tidak aku tau saat itu namun setelah mempelajari semua aku kini paham, kalau jujur aku mau jadi guru tk" aku tersenyum membayangkan cita-citaku dulu, kak dara sering mengomeliku karna aku selalu memaksanya jadi muridku

" pasti menyenangkan yah jadi apa yang kita mau" gumanku

"tidak juga sih, menurutku apapun pilihan yang kita pilih asal kita jalani dengan ikhlas pasti menyenangkan" aku mengangguk setuju

"aku bersyukur lo jadi perawat " aku menaikkan alisku bingun

"iya kalau tidak kita mungkin tidak sedekat ini" aku hanya tersenyum mendengar ucapannya yang bagiku seperti gombalan

"boleh gabung" kami dikejutkan dengan kehadiran pria paruh baya yang tanoa menunggu persetujuan favian langsung duduk disampingku spontan aku menggeser kursiku karna kaget

"kok bisa disini" favian sendiri seakan masih kaget dengan kehadirannya 

"lah guekan sering meeting disini, lo" favian menghela napas pelan

"lagi makanlah" pria itu tersenyum kearahku sambil mengulurkan tangannya mengajak berkenalan

"Atmajaya" ucapnya

"diana, om" sontak favian tertawa keras melihat muka cemberut pria yang bernama atmajaya itu, membuatku bingun

"din, dia gak pingin dipanggil om tua katanyanya, dia itu pria gak ingat umur" atmajaya mendengus kesal membuatku tersenyum

"cantik" ucapnya pelan

"gak usah berlebihan deh" potong favian lagi-lagi membuatnya mendengus kesal

"siapa yang berlebihan, lo siapanya dia" tunjuk atmajaya kefavian

"maaf, kami hanya teman"

"yah, bukan teman dekat gitu, pacar mungkin"

"jangan mulai deh, kita hanya temanan saja" kami tak langsung melanjutkan obrolan kami karna pramusaji datang menyajikan makanan yang tadi dipesan favian

"makan din, gak usah hiraukan dia" jika orang melihat tanpa menyenal mereka pasti menyatakan favian gak sopan, namun entah mengapa aku melihat kesan keakrabpan diantara keduanya

"makan yang banyak sayang" aku terkekeh saat favian melotot tajam kearah atmajaya saat dia usai menyatakan itu

"dia aja gak marah lo yang sewot"

makan malam kami terasa lebih asyik karna kehadiran atmajaya, yangvseolah memang sangat senang jika favian marah dan entah kenapa aku juga terkadang mendukungnya

PENGORBANAN HATITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang