1. Revan vs Mora

1.1K 302 272
                                    

Brak!

Seorang remaja laki-laki membanting pintu kamarnya dengan kencang, sehingga menimbulkan suara benturan yang cukup keras.

"Pergi! Saya nggak butuh perhatian dan kasih sayang dari wanita seperti anda!"

Revandra Elenio Faireh, laki-laki pemilik rambut jambul, hidung mancung, bola mata berwarna cokelat itu sedang tersulut emosi sekarang. Terlihat nafasnya yang memburu dan matanya yang merah, entah menahan tangis atau menahan agar emosinya tidak semakin bertambah. Ia lalu merebahkan diri di kasur dan menutupi wajahnya menggunakan bantal.

Meski sudah menyandang sebagai ibu sambungnya selama empat hari ini, Revan masih belum bisa menerima Mora sebagai mama sambung sekaligus anggota baru di keluarga Faireh. Sebab, gara-gara wanita itu, papanya mengkhianati mamanya.

Bicara soal Mora, wanita yang bernama lengkap Samora Lidyawati itu mempunyai paras ayu dan tubuh yang begitu elok sehingga siapa saja yang melihatnya akan langsung jatuh hati, termasuk Irsyad—pria yang berstatus sebagai suaminya sejak empat hari yang lalu. Namun, kehadirannya tidak diterima baik oleh Revan karena wanita itu merupakan selingkuhan papanya selama ini. Keduanya berselingkuh di belakang Wanda—istri pertama Irsyad yang sudah meninggal seminggu yang lalu.

Sikap Revan begitu karena ia sangat kecewa dengan papanya. Ia tidak menyangka jika selama ini Irsyad telah berselingkuh dengan wanita seperti Mora. Ditambah lagi mereka menikah tiga hari setelah kematian Wanda dan tentunya tanpa sepengetahuan Revan. Itu mengapa cowok itu begitu membenci mereka sekarang.

Namun, sekarang yang ada di pikirannya bukanlah pernikahan papanya, melainkan Wanda—sang mama. Revan masih tidak menyangka jika wanita yang sangat ia cintai akan pergi secepat itu. Padahal seminggu yang lalu kondisi mamanya sudah membaik dan sudah diperbolehkan pulang. Akan tetapi, pagi hari sebelum pulang kondisi Wanda kembali drop dan dua jam kemudian wanita berusia tiga puluh tujuh tahun itu menghembuskan nafas terakhirnya di rumah sakit.

Revan yang saat itu masih berada di sekolah mendapat telepon dari papanya. Mendengar kabar mengejutkan itu Revan langsung berlari menuju parkiran motor tanpa memperdulikan orang-orang yang ada di kelasnya.

Saat di perjalanan pulangpun Revan hampir saja celaka karena tidak fokus mengendarai motor. Ia hampir menabrak truk yang sedang melintas dari arah berlawanan saking ngebutnya. Untung saja Revan cekatan menginjak rem, jadi kecelakaan itu bisa terhindar.

Revan tidak fokus karena yang ada di pikirannya saat itu hanya Wanda, sang mama. Toh, selama ini ia hanya dekat dengan mamanya, karena Irsyad selalu sibuk bekerja. Jadi, wajar jika Revan benar-benar kehilangan Wanda sekarang.

Bicara soal Irsyad, laki-laki itu tidak pernah ada waktu untuk sekedar family time saking sibuknya dengan pekerjaan. Namun, Wanda memaklumi itu karena bagaimana pun Irsyad bekerja untuk membiayai hidupnya dan juga hidup Revan. Hingga suatu hari Wanda jatuh sakit. Dokter mendiaknosa bahwa Wanda terkena penyakit kelenjar getah bening. Wanda sudah menjalani pengobatan selama enam bulan terakhir, tapi Tuhan berkehendak lain. Di usianya yang masih muda, Wanda harus meninggalkan orang-orang yang ia sayangi untuk selamanya.

Sungguh miris nasib Wanda, bukannya berduka sang suami malah menikahi wanita lain meski tanah kuburan istrinya belum mengering. Padahal selama ini Wanda sudah setia dan berbakti padanya, tapi inilah balasan dari Irsyad.

Revan yang saat itu mengetahui kelakuan Irsyad langsung menghajarnya habis-habisan. Revan tidak peduli jika itu adalah papanya sendiri, karena waktu itu ia hanya peduli dengan perasaan Wanda, meski wanita itu tidak tahu sama sekali sampai ajal menjemputnya.

Ting!

Satu pesan masuk ke handphone Revan, cowok beralis tebal itu mengganti posisinya menjadi duduk dan membuang bantalnya ke sembarang tempat. Ia merogoh saku celana guna mengambil benda pipih miliknya untuk membaca isi pesan tersebut.

Galang
Online

|Bang! Ke sini dong, gue kesepian nih. Btw, sekalian bawa cemilan ya! WAJIB!

Setelah membaca pesan itu, Revan kembali memasukkan handphonenya ke saku celana, tidak berniat untuk membalas. Gegas cowok itu keluar kamar dengan membawa jaket kulit yang disandarkan di pundak.

Sesampainya di garasi, Revan gegas memakai jaket kulit tersebut lalu mengeluarkan motor sportnya. Kemudian cowok beralis tebal itu melajukan motornya keluar pekarangan rumah dengan kecepatan rendah.

"Revan! Mau ke mana kamu?" teriak seseorang dari dalam rumah.

Revan tidak memperdulikan teriakan Mora. Ia justru menambah kecepatan laju motornya.

Jalanan malam ini sangat sepi kendaraan, jadi Revan terus melajukan motornya dengan kecepatan tinggi.

Setelah sampai di rumah Galang, Revan langsung menyelonong masuk tanpa permisi, karena kebetulan pintu rumah Galang terbuka.

Brak!

Revan menutup pintu tersebut menggunakan kakinya. Setelah itu ia langsung menaiki tangga menuju kamar Galang.

Mendengar langkah kaki seseorang, empunya rumah itu langsung menoleh ke arah pintu.

"Kok tangan lo kosong?" tanya Galang sambil celingukan mencari sesuatu. "Pesenan gue mana?" lanjutnya.

Revan langsung merebahkan diri di kasur milik Galang. Matanya pun terpejam.

"Lupa." Singkat, padat, jelas. Jawaban Revan mampu membuat Galang kesal.

Cowok berkulit sawo matang itu mengambil galon kosong dan hendak di lemparkan ke arah Revan, tapi Galang urungkan karena manik biru milik Revan menatapnya dengan tajam, siap untuk menerkam kapan saja.

"Gue laper, Bang! Kalau gue mati kelaparan gimana?"

"Gue masakin!" Revan bangkit, dengan langkah malas dia menuju dapur diikuti Galang.

"Kenapa lo nggak jadi abang gue aja, ya, Van? Biar kalau gue laper ada yang masakin kayak gini, kan lumayan ngirit tenaga," ucap Galang yang tidak mendapat respon apapun dari Revan.

Selain menyuruh Revan, sebenarnya Galang juga menyuruh Satya untuk datang kerumahnya, tapi beberapa kali ditelepon tetap tidak ada jawaban dari cowok itu.

Revan, Galang dan Satya memang bersahabat sejak kelas sepuluh hingga sekarang mereka sudah kelas dua belas. Banyak lika-liku yang mereka hadapi demi mempertahankan persahabatannya. Bagi Revan, Galang dan Satya sudah seperti saudaranya sendiri.

























Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
REVANDRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang