6

4.3K 511 19
                                    

Seorang pria berwajah tegas dengan mantel tebal berwarna cokelat tengah duduk di atas kuda hitam miliknya.

Di depannya ada satu orang yang tengah ia dekap, dengan wajah manis serta senyum tipis di bibirnya.

"Berhenti di sini, Obbe..." Pemilik wajah manis itu berkata dengan suara lembutnya.

"Berhenti Piero!"

Kuda yang tengah kedua orang itu naiki berhenti perlahan menuruti perintah pemiliknya.

"Bukankah disini dingin?" Pria berwajah tegas itu -Obelix, bertanya dengan nada khawatir.
Ia semakin mendekap tubuh yang lebih kecil darinya itu kemudian mengelus perut istrinya yang sudah membesar.

Si manis -Enee, menggeleng seraya tersenyum makin lebar.

"Aku bosan terus berada di dalam rumah."

Satu ciuman ringan mendarat di pipi kiri Enee.

Obelix menghela nafas.
Bukan salah Enee jika istrinya itu merasa bosan karena ia memang melarang istrinya untuk keluar rumah yang diam-diam ia pasangi pelindung di sekelilingnya.
Lagipula itu ia lakukan untuk melindungi istri dan calon bayinya yang sebentar lagi akan lahir kedunia.

"Hanya ini yang bisa kulakukan." Obelix kembali mencium sayang surai panjang milik Enee yang menguarkan aroma bunga lavender.

"Aku tidak keberatan, Obbe." Enee menoleh dan menatap lembut wajah Obelix yang tengah menampakkan raut bersalah.

Obelix mengangguk, ia lalu turun dari atas kudanya dan membantu Enee untuk turun dari atas Piero.

"Kau yakin tidak kedinginan?" Tanya Obelix lagi, memastikan Enee tidak merasa kedinginan di tengah salju yang sedang turun.

Mereka saat ini memang ada di salah satu bukit di perbatasan Erebus dan negara lain.
Tiba-tiba saja tadi pagi istrinya itu ingin pergi keluar.
Karena ia sudah terlalu lama menahan Enee untuk tidak pergi keluar jadi apa salahnya ia mengabulkan permintaan orang yang paling ia sayangi itu.

Enee mengangguk.

Obelix sedikit menggunakan zoe miliknya untuk menghangatkan tubuh Enee.
Karena ia memiliki zoe berelemen api maka mudah saja baginya mengendalikan zoe miliknya agar menghangatkan mantel Enee tanpa membakarnya.

"Obbe, beri Piero apel!
Kau membawanya bukan?" Enee menatap kuda Obelix yang tengah menjulurkan lidahnya mencoba menjilat salju yang berguguran dari atas pohon tinggi.

"Kenapa kau lebih mengkhawatirkan Piero? Kau tidak mengkhawatirkanku?" Obelix membuat ekspresi merajuk seraya memeluk pinggang Enee.

Enee memutar bola-matanya bosan, "Kemarin kau lupa tidak memberi makan Piero, kasihan dia Obbe!"

"Baik baik, akan kuberi dia sebuah apel.
Apel berwarna merah yang sepertinya perlu kuba-"

Enee dengan wajah tidak bersalah menarik kencang telinga Obelix hingga memerah, ah jangan lupakan senyum manis yang merekah di bibirnya.

"Iya iya iya!" Obelix meringis, kalian lihat telapak tangan Enee yang berwarna ungu menyala itu?

Rupanya Obelix mendapat tarikan rasa zoe dari Enee.
Lumayan sakit lah untuk Obelix, jika dilihat dari seorang Obelix yang katanya tahan siksaan- dari istrinya tentu saja.

Enee melepas tarikan di telinga suaminya kemudian dan mulai berjalan sesuai keinginannya.
Tangan putihnya mengelus sayang perutnya yang tadi mendapat tendangan dari bayinya.
Sedikit sakit tapi berhasil membuatnya tersenyum sendiri.

EREBUSWhere stories live. Discover now