[4]

13.9K 2.5K 568
                                    

"Apa yang kalian bawa?" Changbin melirik seorang gadis yang mengekor Minho dan Seungmin tadi.

"Manusia." Minho merebahkan diri sembarangan diatas meja.

"Berguna tidak?" Pria Seo itu mengalihkan atensinya pada sekumpulan buku-buku yang berantakan.

Mendengar itu gadis tersebut merasa terhina. Changbin mengatakannya seolah-olah dia adalah barang. Dan dia tidak terima itu.

"Sepertinya berguna, dia lihai sekali membunuh. Sebaiknya tutup mulutmu sebelum kau jadi korbannya," Minho berujar serius.

Changbin mendesis.

Chan tergopoh-gopoh sambil membawakan buku tamu dan senapan Changbin. Dengan gesit Changbin mengambil alih benda miliknya tanpa memperdulikan Chan yang terlihat sedang mengatur nafasnya sendiri.

"Apa ini? Kau dikejar? Seingatku tidak ada zombie di arah sana." Seungmin mendatangi Chan.

"Ini, lihat." Chan melempar buku tamu tersebut diatas meja dan kemudian terduduk.

Seungmin dan Minho mendekat karena penasaran. Sementara Changbin hanya mendelik sebentar kemudian kembali buang muka.

"Jadi? Apa pentingnya ini?" Tanya Minho.

"Profesor West, salah satu dalang dibalik peristiwa ini, dan juga oknum yang melakukan sesuatu pada kita."

Jisung datang bersama Woojin ntah dari mana, mereka menghempaskan bokong nyaris bersamaan di salah satu sofa.

"Kau masih peduli tentang itu? Kalau aku lebih ingin hidup saja hyung," ujar Jisung.

"Kau punya pemikiran yang lebih pendek dibanding tubuh Changb--" Woojin tak berani meneruskan kalimatnya karena ia merasa aura membunuh dari mata Changbin.

Ketika Woojin menoleh kearah lain, ia mendapati Yeeun. Jantungnya, seketika memompa lebih laju dari sebelumnya.

"Yeeun?" Ujarnya tanpa sadar.

Gadis yang tadinya tengah mengecek seluruh peralatannya pun menoleh. Ia sama terkejutnya. Namun beberapa sekon kemudian, ia memutar bola matanya malas.

"Astaga ini pasti hari sialku," ketusnya ketika menyadari bahwa yang tadi memanggilnya adalah Woojin.

"Kalian saling kenal?" Tanya Minho.

Setelah itu, ntah kenapa keduanya tidak menjawab. Mereka malah buang muka seakan-akan mereka adalah musuh bebuyutan yang tidak sengaja bertemu.

Chan mendecih. "Satu lagi kapal kebencian telah berlayar."

Felix, Jeongin dan Hyunjin datang bergabung. Tentu saja awalnya mereka mempertanyakan soal Yeeun. Kenapa bisa tiba-tiba ada seorang gadis diantara komplotan suram ini. Minho dan Seungmin pun menjelaskan seadanya.

Meskipun cerita tersebut sejujurnya agak memalukan mengingat mereka diselamatkan oleh seorang gadis.

"Berapa usiamu?" Tanya Hyunjin mencoba ramah.

"Dia sebaya Minho," sahut Woojin.

Membuat semua mata--kecuali Changbin--menoleh padanya.

"Sepertinya kalian dekat." Jisung menaik-turunkan alisnya.

Dor!

Semuanya seketika bungkam ketika nyaris saja timah panas itu mengenai wajah Jisung. Hanya meleset beberapa senti dan mengenai salah satu rak buku sampai bolong.

Semuanya memandang Yeeun dengan mata terbelalak. Hanya Changbin yang tertawa bengis.

"Maaf aku sedang latihan," ujar Yeeun acuh.

alive [✓]Where stories live. Discover now