8. Pelukan

5.1K 256 35
                                    

JANGAN LUPA BELI❤

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

JANGAN LUPA BELI❤

SUDAH TERSEDIA JUGA VERSI EBOOKNYA DI PLAYSTORE/APPSTORE

Happy Reading


Prang

Rio yang mendengar sesuatu yang pecah itu segera mendekati Salsa yang berdiri dengan gemetar. Matanya seketika menggelap tatkala ia melihat benda yang jatuh itu ternyata foto dirinya bersama Resya. Napasnya memburu menahan emosi.

"Kak..." panggil Salsa pelan dengan tubuh yang sudah bergemetar. Ia takut melihat kilatan amarah pada mata suaminya.

Dengan napas memburu Rio memejamkan matanya berharap ia tak meluapkan emosinya pada wanita yang ada di depannya saat ini. Ingat, dia lagi hamil, batinnya mencoba mengingatkan.

"Kak aku..."

"Keluar!" titah Rio dengan mata yang masih terpejam.

"Aku akan bersihkan ini semua..." balas Salsa dengan tubuh yang sudah berjongkok bertujuan memungut pecahan kaca figura yang pecah itu.

"Gue bilang keluar ya keluar?!" bentak Rio, kali ini lebih keras seraya menarik tangan Salsa yang sedang memegang pecahan kaca itu dengan kasar. Rio tak berpikir jika pecahan kaca itu akan terpegang dan menancap pada tangan Salsa.

"Kak Ri..." isak Salsa memanggil nama Rio.

Sial, batin Rio.

Tanpa memperdulikan isakan Salsa, Rio menyeret istrinya itu untuk keluar dari kamar.

"Raniiiii!!!!!!!" teriak Rio memanggil Rani. Yang dipanggil berlari terbirit-birit menghampiri Rio.

Rani menatap Rio bertanya ada apa Rio memanggilnya dengan berteriak. Tak sengaja, Rani melihat darah segar keluar dari telapak tangan Salsa.

"Salsa, Lo kenapa?" tanya Rani terkejut.

"Siapa yang izinkan cewek ini masuk ke kamar gue? Jawab siapa?!" sentak Rio tanpa memperdulikan pertanyaan yang Rani ajukan.

"Dia istri lo, Kak."

"Gue enggak tanya status dia, gue nanya siapa yang suruh dia masuk kamar gue?"

Rani akhirnya terdiam takut akan kemarahan Rio. Jika Rio sedang marah, lelaki itu tidak akan segan-segan untuk memberikan perhitungan.

"Kenapa diam saja? Enggak punya mulut lo?" sindir Rio tak lupa dengan bentakannya.

Melihat Adik iparnya sedang ketakutan, Salsa mengucapkan hal yang seharusnya tak ia ucapkan.

"A-aku yang maksa masuk ke...sana," sahut Salsa dengan ketakutan.

Wajah Salsa memucat, mungkin karena menahan sakit dari telapak tangannya dan juga terlalu banyak darah yang keluar. Atau bahkan takut karena kemarahan Rio?

"Kak, kita tolong Salsa dulu, Kak. Dia sudah pucat gitu..." ucap Rani cemas melihat keadaan Salsa.

Mendengar ucapan Rani, Rio langsung membawa Salsa ke kamar yang terletak di sebelah kamarnya. Salsa yang kesakitan itu hanya bisa menuruti langkah besar suaminya.

Rio mendudukkan Salsa di sofa yang ada di kamar tersebut. Istrinya itu hanya diam menahan perih dari telapak tangannya yang terus mengeluarkan darah. Salsa memperhatikan Rio yang sedang mencari sesuatu di laci nakas. Matanya menatap lekat gerak-gerik sang suami.

"Kak, aku minta maaf." Salsa mengeluarkan suaranya agar tak ada keheningan di antara mereka berdua. Namun, Rio tetaplah Rio yang akan membungkam mulutnya jika bersama Salsa.

Tanpa mendengar apa yang Salsa katakan, Rio menyerahkan sebuah kotak yang dari tadi ia cari di laci nakas. Salsa menerima sodoran kotak P3K itu dengan tangan kirinya.

"Bersihkan luka lo sendiri!" titah Rio dengan suara dinginnya seraya mendudukkan bokongnya di samping Salsa.

Salsa tersenyum miris, dirinya kira Rio akan berbaik hati dengan memperhatikan keadaannya saat ini. Bahkan dalam keadaan yang seperti ini saja Rio enggan baik pada Salsa walaupun Salsa itu perempuan yang sedang mengandung anaknya.

Dengan kesusahan Salsa membuka tutup botol obat merah dengan kesusahan. Botol itu jatuh berulang kali. Rio yang melihat Salsa kesusahan pun sedikit merasa kasihan. Tangannya meraih botol obat merah itu dari tangan Salsa.

"Lo mengobati diri sendiri saja enggak bisa," gerutu Rio dengan tangan yang sibuk membersihkan luka Salsa.

Salsa hanya diam tak menjawab. Dirinya takut salah bicara yang akan membuat Rio marah kembali. Dilihatnya Rio yang sudah selesai membersihkan luka tangannya.

"Makasih, Kak," ucap Salsa berterima kasih pada Rio yang sudah mengobati lukanya.

Rio hanya bergumam kecil menanggapi ucapan Salsa. Lelaki itu bangkit dari duduknya dan berjalan menuju nakas. Entah dorongan dari mana, Salsa ikut bangun dari duduknya serta mengikuti Rio dan dengan beraninya Salsa memeluk tubuh Rio dari belakang. Tubuh Rio menegang ketika merasakan seseorang memeluknya dari belakang.

Tbc❤

MLS [2] : Couple RS [SUDAH TERBIT]Where stories live. Discover now