❤ 03

20.1K 2.6K 347
                                    

Fokusku benar-benar terganggu karena kedatangan Changbin kemarin. Presentasi yang aku lakukan memang sedikit kacau, namun Senior Ryuna dengan sigap membantuku. Kalau saja bukan karena dia, mungkin aku sudah kena tegur oleh direktur dan beberapa staff lainnya.

Dan pagi ini, Changbin benar-benar datang sesuai ucapannya kemarin. Dia sedang menungguku di ruang tamu, sementara aku masih sibuk menata rambut di kamar sekaligus merias wajahku supaya tampak sedikit lebih segar.

"Datengnya pagi banget sih, aku kira nanti agak siang," keluhku sambil melirik jam dinding di kamar.

Aku sempat khawatir soal kehadiranku di kantor. Namun Changbin menjelaskan kalau dia sudah mengurus semuanya dan memintaku untuk tidak perlu memikirkan hal itu. Tapi jika nantinya aku mendapat masalah, orang yang pertama aku cari sudah dipastikan adalah Changbin kalau ternyata gajiku tetap dipotong.

"Kenapa pagi banget?" tanyaku ketika sudah duduk dihadapannya.

Changbin mengenakan setelan jas yang lebih santai dibandingkan kemarin. Ia meletakkan koran yang sedari tadi dibacanya ke atas meja. Kalau tidak ada koran itu, mungkin Changbin sudah merasa bosan karena menungguku terlalu lama.

Kalian tau kan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk seorang wanita bersiap-siap?

"Sorenya aku ada rapat," kepalanya terangkat untuk melihatku, "udah siap?"

Aku merantau, jadi orang tuaku tidak tinggal dikota. Untuk itu perjalanan menuju rumah orang tuaku dari kota menuju desa, harus menempuh waktu selama hampir dua sampai tiga jam dengan mengendarai mobil.

Selama perjalanan, aku dan Changbin tidak saling bercakap. Dia tertidur, sedangkan aku justru berbincang dengan supirnya yang bernama Hansol. Meski dia jauh lebih tua dariku, dia memintaku tetap memanggilnya dengan nama supaya membuatku merasa nyaman.

"Hey," panggilku sambil mengguncang tubuh Changbin. Setelah beberapa jam berlalu, mobil yang kami tumpangi akhirnya sampai ditujuan.

Ia menegakkan tubuh, berusaha untuk bangun meski kelopak matanya belum sepenuhnya terbuka. Saat itu aku menyadari, dia pasti sangat kelelahan. Seorang CEO, jadwalnya sudah pasti padat. Bisa kubayangkan betapa letihnya dia saat ini.

"Udah sampai," kataku sambil menunjuk hunian sederhana milik kedua orang tuaku.

"Oh maaf, aku ketiduran." Saat itu juga Changbin langsung membuka pintu mobil untuk turun.

Semalam aku telah memberi tau Ibuku kalau aku akan datang, namun aku belum siap menceritakan soal Changbin dan pernikahan yang akan diadakan dalam waktu dekat ini. Biar Changbin saja yang menjelaskannya nanti, aku tak mau berdebat dengan orang tuaku.

"Yena," panggil Changbin sesaat sebelum kami menghampiri orangtuaku, "jangan katakan apapun kalau pernikahan kita cuma sebatas kontrak."

Tentunya aku mengangguk. Aku tidak sebodoh itu untuk mengatakannya, Tuan Seo Changbin. Akan menyakiti perasaan orang tuaku nantinya.

Ibu dan Ayah menyambut ramah kedatanganku dan Changbin. Mereka melirikku dan Changbin bergantian, seperti meminta penjelasan siapa-pria-ini. Sudah aku katakan, biar Changbin yang menjelaskannya.

"Maaf mengganggu waktu anda karena kedatangan kami yang mendadak, aku Seo Changbin." Setelah cukup lama berdiam diri diruang tamu, akhirnya Changbin buka suara. Aku dapat merasakan kecanggungan diantara Ibu dan Ayahku ketika Changbin menatap mereka.

Sama Bu, Yah, aku juga begitu.

"Baik, Nak Changbin. Ada perlu apa datang sepagi ini? Yena nggak bilang apapun kalau ternyata dia datang bareng Nak Changbin," kata Ayahku pada akhirnya.

somebody to love • changbinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang