14

11.2K 853 144
                                    

3 Mei 2019

Namanya Jia.

Psikiater berumur 60 tahun yang kini sudah pensiun akibat sibuk mengurus cucu-cucunya.






Setelah perjalanan selama 7 jam, akhirnya Ahra pun tiba di rumah Dokter Jia yang untungnya tidak merasa keberatan diganggu hari ini.

Ahra benar-benar ingin bertanya banyak tentang Dejun.













Namun Dokter Jia mengaku tidak dapat cepat menyimpulkan begitu saja karena masalah Dejun terlalu rumit dan isi surat itu bisa saja hanya sebagian dari isi kepala Dejun yang sebenarnya.

Bahkan bisa saja 100% tidak benar.












Walaupun begitu, sampai saat ini Dokter Jia masih ingat jelas tentang Dejun.

Dulu, anak laki-laki berumur 7 tahun itu datang dan bercerita tentang seberapa menggemaskan kucing miliknya itu. Dejun menjelaskan bahwa ia sampai tega memukul sahabatnya agar ia mau berhenti mengganggu kucingnya dan membiarkan Dejun merawat kucing itu sendirian.




Saat itu sebenarnya Dejun ingin minta maaf karena telah egois demi seekor kucing. Namun karena terlalu malu menemui sahabatnya, maka satu-satunya hal yang dapat Dejun lakukan saat itu hanyalah berusaha agar ia tidak menyianyiakan kucingnya.

Dejun setidaknya harus menjaga kucing itu dengan baik agar sahabatnya tidak semakin marah dan kecewa.



Tapi bagaimana jika Dejun gagal?

Di hari yang sama, entah kenapa Dejun malah mulai memikirkan puluhan hal-hal buruk.

Bagaimana jika kucingnya tiba-tiba sakit? Bagaimana jika Dejun tidak sengaja menginjak kucingnya? Atau bagaimana jika Dejun melakukan hal buruk lainnya kepada kucing tersebut?

Dampak apa saja yang akan Dejun terima?

Pertama, sahabatnya akan semakin marah. Kedua, Dejun pasti akan sangat merasa bersalah. Dan ketiga, kucing itu tidak akan hidup kembali.

Tapi..




Dejun dengan jujur mengaku bahwa ia terus memikirkannya selama berjam-jam, ia memikirkan segala dampak negatif yang akan terjadi, bahkan sampai memikirkan dengan begitu detail tentang bagaimana caranya menyakiti kucing kecil itu.




Dejun terus memikirkannya, hingga berakhir melakukannya.

Dejun melakukan apa yang ia takuti.




Namun, dampaknya ternyata tidak seburuk yang Dejun kira.

Dejun menangisi kucingnya karena menyesal telah membunuh makhluk yang tidak bersalah itu. Tapi, ibunya sama sekali tidak peduli.

Dibanding bertanya tentang perasaan Dejun, ibunya lebih memilih langsung membuang bangkai kucing tersebut kemudian membelikan kucing yang baru di keesokan harinya.

Lalu Lucas, sahabat Dejun yang satu itu memang awalnya marah, namun hanya karena Dejun mengaku kucing itu mati karena bertengkar dengan kucing liar, dalam beberapa hari pun Lucas akhirnya mau memaafkan Dejun.




Dejun jadi sadar bahwa berbuat jahat tidak seburuk yang ia kira.

Dengan merengek dan menangis saja ibunya sudah langsung mengganti kucingnya dengan kucing yang baru, sementara hanya dengan sedikit berbohong ia sudah dapat dimaafkan oleh sahabatnya.







Saat itu Dokter Jia berusaha menjelaskan kepada Ibu Dejun tentang hal tersebut dan Ibu Dejun merasa semuanya normal-normal saja untuk anak sekecil Dejun yang memang sedang suka merasa penasaran dengan segala hal baru.

Dan semenjak itu mereka tidak pernah kembali menemui Dokter Jia lagi.


















"Kalau menurut dokter sendiri... kira-kira Dejun kenapa ya?"

"Ada banyak hal yang bisa mempengaruhi Dejun," jawab Dokter Jia. "Dimulai dari sekedar kebiasaan sejak kecil, sampai berbagai macam kelainan seperti DID, BDP, sadist, mood swing, bipolar, dan lain-lain. Kita belum tau banyak soal Dejun dan isi suratnya juga belum tentu bener, jadi untuk sekarang menurut saya lebih baik lagi kalau kamu ikhlaskan aja. Kalau Dejun beneran sayang sama kamu, dia pasti mau kamu tenang di sini. Jangan stress, seenggaknya sekarang Dejun udah bisa istirahat."

[2] Please, listen to me.. | XIAOJUN ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang