12: a liar scenario

757 104 7
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


jingga dan fajar (made by airurofiiru at tumblr)

//

before i knew it, my heart was closed
not talking to anyone, passing my days in darkness

(gentaro yumeno)

//

Sejak kapan semua ini berbalik?

Jingga tidak tahu. Jingga tidak mengerti.

Ia tahu bahwa memenuhi undangan mereka sama dengan menjemput ajalnya sendiri. Jingga tahu dengan pasti. Tetapi jika disuruh memilih antara keselamatannya dan keselamatan adiknya dan sahabatnya, Jingga akan memilih keselamatan adiknya dan sahabatnya tanpa pikir panjang. Fajar penuh harapan. Ia pintar, manis, disukai, brilian, orang-orang menyayangi Fajar segitu mudahnya—selama mereka tidak tahu bahwa Fajar itu gay, mungkin. Sementara Dira, pemuda itu memiliki lebih banyak cahaya dan lebih banyak kebaikan dibandingkan dirinya. Jika Fajar dan Dira adalah personifikasi cahaya, maka Jinggalah kegelapannya. Semakin terang mereka bersinar, semakin gelap pekat pula bayangan yang diciptakan Jingga.

Dan yang ia inginkan hanyalah cahaya itu bersinar selamanya.

Karena itulah, saat ini, digenggamnya erat kedua tangan seraya melangkah. Rasa takut itu ada, merayap mencoba menggoyahkannya, tetapi dengan cepat ditepisnya dari dalam benak. Pikirnya, ia tidak punya pilihan lain. Pikirnya, lebih baik ia menyelesaikan semuanya sendiri. Karena itulah, dihelanya napas sebelum ditatapnya sengit pemuda-pemuda di hadapannya. Semuanya menjulang. Jingga bak kurcaci yang hendak melawan sang raksasa.

Tetapi apakah ia peduli? Tidak.

"Lo pada nyari gue?"

.

.

.

Ini sebuah rahasia kecil: Jingga itu mudah sekali iri.

Rahasia kecil lain? Jingga itu tidaklah sebaik yang semua orang pikir. Jika ia harus membandingkan, Fajar jauh lebih sempurna dibandingkan dirinya, dalam segala hal. Tampaknya semesta pun setuju dengan hal itu—terbukti dengan nama Fajar yang disebut beriringan dengan puja-puji, sementara Jingga? Yang pernah memujinya hanya fans, hanya karena ia kebetulan bergabung dengan band. Hanya dunia kecilnya.

Sebuah pemikiran pun tiba. Pemikiran untuk mengekspansi dunia kecilnya. Ekspansinya bukanlah dengan cara baik-baik, ekspansi yang dilakukan Jingga adalah serupa agresi—mencaplok dan menendang semua orang yang ia kira akan mengganggu dunia kecilnya. Dunia kecil Jingga adalah panggung. Lagaknya selangit karena ia pikir, selagi teman-teman satu bandnya ada di belakangnya, ia tak perlu takut akan apapun.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 05, 2019 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

[1/3] jingga dan fajar.Where stories live. Discover now