BRIANA - 3

8.2K 990 17
                                    

Aku berlari ke kamar Will, dan Uncle Ryo ternyata sudah di sana menangkan Will yang Nampak linglung.

Aku sudah terbiasa melihat Will seperti itu, mengigau dalam tidurnya sampai menjeritkan nama Olive dengan suara yang sangat keras, namun sepertinya tidak dengan Uncle Ryo, beliau Nampak shock melihat anaknya yang mendadak kebingungan ketika kesadarannya kembali.

Segera, aku melangkah ke dapur mengambilkan seelas air putih agar Will lebih tenang, seperti yang biasa ku lakukan.

“Pelan-pelan” Uncle Ryo membantu Will memegangi gelas yang ku berikan.

“Kapan Dad datang?” Will bertanya seolah tak terjadi apapun sebelumnya, dan Uncle Ryo tak membahas atau menanyakan apapun pada anak laki lakinya itu.

“Tadi, waktu kamu baru tidur” jawab beliau santai, aku memilih mundur dan keluar dari kamar Will, membiarkan ayah dan anak itu berbicara sebentar sebelum Will kembali terlelap efek obat yang di konsumsinya.

“Apa Will selalu seperti itu” aku tersentak ketika suara Uncle Ryo terdengar menyentak keheningan.

“Kadang-kadang, jika dia terlihat lelah” jawabku jujur, karena memang aku tak memiliki kepentingan untuk menutupi apa yang telah terjadi sebelumnya.

“Uncle bisa menggunakan kamar tamu yang sudah ku bersihkan” kataku, beliau mengangguk dan aku memilih untuk pamit istirahat di kamar.

***

“Pergilah, Kau butuh berlibur” aku hampir menjatuhkan mangkuk yang ku pegang ketika suara Uncle Ryo memenuhi dapur.

“Tidak Uncle… aku tidak apa apa” kataku menolak permintaan atau tawaran beliau.

“No…. kamu butuh itu, Aku akan menemani Will hari ini, aku akan bertemu dengan Ridwan sebentar, mengkonsultasikan kondisi Will” dengan ragu akhirnya aku mengangguk.

Ku selesaikan masakanku untuk sarapan Kami pagi ini, lalu kemudian membantu Will untuk membersihkan diri.

“Kau akan pergi?” Tanya Will ketika aku membantunya mengancingkan kancing kemejanya, aku bahkan tau yang tak dapat berfungsi saat ini di tubuh Will adalah tubuh bagian bawahnya, tangannya masih berfungsi dengan baik, tapi entahlah…

“Tidak” jawabku singkat, lalu membantu dia untuk duduk di atas kursi rodanya.

“Dad Memberimu libur hari ini” katanya, aku mengangguk.

“Aku mungkin akan pergi sebentar, lalu akan kembali ke sini” jawabku kemudian mendorong kursi rodanya keluar dari kamar.

Uncle Ryo sudah menunggu di ruang tamu.
Rey sudah menunggu untuk membantu uncle Ryo mendorong kursi roda Will ke bawah, awalnya aku ingin mengantar sampai lantai bawah, namun beliau langsung melarangku.

Tampaknya Uncle Ryo begitu menyayangi Will.

Ku hela nafasku pelan.

Aku kembali memasuki kamarku untuk membersihkan diri.

Gaun berwarna abu abu santai melekat pas di tubuhku, aku menyambar sling bag yang berisikan dompet dan phonselku lalu segera keluar dari apartemen.

Langkah kakiku membawaku ke arah toko bunga yang tak jauh dari apartemen, membeli setangkai bunga matahari.

***

“Adam… seperti bunga matahari yang selalu terpusat pada Matahari, aku juga masih terpusat padamu” makam yang di tata rapi dengan rumput hijau yang menyelimutinya, ku letakkan bunga matahari yang ku beli tadi di atas makamnya.

“Aku tak percaya bisa baik baik saja tanpamu sampai saat ini” aku tersenyum kecil seraya mengusap nisan yang mengukirkan namanya dengan apik.

“Aku selalu mendoakan kebagaiaanmu, biarkan aku yang menanggung kesakitan disini, kamu harus baik baik saja disana” suaraku semakin kecil, aku tercekat.

Tuhan….

Aku memilih diam setelah sepatah dua patah kata ku keluarkan, aku tak ingin menangis lagi di depan makam’nya walau aku sangat ingin.

Aku tak berhenti mengusap nisannya yang mengukirkan namanya disana.

Teringat perkatan Will beberapa saat yang lalu.

Aku dulu pernah berfikir kenapa bukan aku yang berada di posisinya, dan membiarkannya tetap bersama dengan orang terkasihnya.

Tapi kini aku tau, Tuhan menyayanginya sebegitu besarnya hingga tak ingin dia terluka lebih dalam.

Tuhan membiarkanku sendiri di dunia ini, tanpanya.

Tuhan menyakitiku begitu dalam, tapi aku bahagia karena aku tau, Adam akan baik baik saja di sisi-Nya.

“Aku tau kau sering mengunjunginya”

Aku menoleh menatapnya yang tersenyum simpul padaku.

Siapakah dia?
Semoga kalian suka part ini.
Happy Reading and Enjoyyyy

BRIANA ✔Where stories live. Discover now