BRIANA - 16

6.7K 784 15
                                    

Aku menghela nafas pelan ketika melihat William tengah mengobrol santai dengan seorang gadis cantik.

Aku memilih duduk di salah satu kursi taman dan menyesap kopi dalam cup yang baru saja ku beli, dan meletakkan satu kopi yang sengaja ku beli untuk William di sisi kananku.

Langit pagi ini begitu cerah, taman tampak ramai karena memang sedang Weekend.

Sekali lagi aku menoleh pada Will yang tampak tertawa lepas dengan gadis itu.

Siapa dia? Aku bertanya Tanya dalam hati.

Sejak awal bertemu, Aku sangat Jarang melihat Will tersenyum atau bahkan tertawa seperti yang baru saja di lihatnya.

William menoleh kesana kemari seolah mencari sesuatu, dan aku masih diam bergeming di tempat duduk besi yan tak jauh dari posisinya sekarang, masih mengawasinya.

“Briana” aku menaikkan alisku ketika dia menemukanku dan melambai memintaku agar mendekati dua orang itu.

Akhirnya aku berdiri dan mengambil kopi William dan membawanya mendekati kedua orang itu.

“Milikmu” aku menyerahkan cup kopi kepada William, aku dapat melihat dari ekor mataku kalau gadis itu memangdangku intens.

“Terimakasih…. Perkenalkan, Ini adikku Raina” aku langsung menoleh pada gadis itu yang tengah tersenyum ke arahku, entah perasaanku saja atau memang benar kalai gadis itu tengah tersenyum menggodaku.

“Hallo, Kak. Aku Raina, panggil Rain aja” dia mengulurkan tangannya dan dan tersenyum ramah padaku, namun aku dapat melihat dengan jelas kalau matanya menyiratkan rasa penasaran padaku.

Jangan Tanya kenapa aku tau hal itu.

“Briana, kamu bisa memanggilku Ana” aku menjabat tangannya dan tersenyum tak kalah hangat.

“Aku tak pernah melihatmu sebelumnya Rain” lanjutku, dia duduk dan memintaku untuk duduk di sampingnya, berhadapan dengan William yang masih setia duduk di kursi rodanya.

“Aku baru mendapatkan jatah liburanku, aku tak di izinkan bolos kuliah oleh Dad” jawabnya di sertai keluhan yang tampak lucu di wajahnya.

“Kau harus segera lulus, agar bisa menggantikan posisi Dad di perusahaan” wajah cantik Rain semakin keruh mendengar hal itu.

“Kau harus cepat sembuh, agar aku bisa terbebas dari berkas-berkas itu” jawabnya pada sang Kakak.

Aku dapat melihat kemiripan di antara mereka, bodoh sekali aku tak menyadarinya dan membuat hatiku sakit.

Hey…. Kenapa aku harus sakit hati?

***

“Kak Ana, apa kalian tinggal berdua 6 bulan ini” Tanya Rain ketika aku menyiapkan makan malam, dia akan menginap selama beberapa hari menemani William.

“Iya, tapi ada Rey di bawah yang kadang suka membantu, dan bisakah kau memanggilku Ana saja?” dia menggeleng pelan, lalu menyandarkan tubuhnya pada meja dapur, memperhatikanku yang tengah berkutat dengan bahan makanan.

“Siapa Rey?” Tanya Rain dengan wajah bingungnya.

Sepertinya Rain tak benar-benar tau kehidupan Will selama disini.

“Supir yang di pekerjakan oleh orang tuamu, sekaligus yang membantuku jika aku sedikit kesulitan merawat William, apalagi di awal-awal dia disini”

“Bisakah kau membantuku?” lanjutku bertanya padanya, ketika aku meleliriknya yang berdiri tak jauh dari ku, dia menggeleng.

“Maaf… aku tidak bisa memasak, tapi mungkin aku bisa memotong sayur-sayuran?” tawarku, dan baiklah.

Lebih baik aku bekerja sendiri atau dapur akan hancur, aku tau bagaimana rasanya masak untuk pertama kalinya, dan aku yakin gadis seperti Rain sangat jarang memasuki dapur kecuali dalam keadaan terdesak.

“Tidak… lebih baik kau duduk disana, aku akan menyelesaikan ini”

Dapur terdengar hening, namun aku tau Rain masih berada disana, mengawasiku dalam diam.

“Kak, kau tak tertarik dengan kak William?” tanganku yang tengah memotong wortel mendadak terhenti, aku langsung menoleh kearahnya.

“Apa maksudmu?” tanyaku berpura-pura tak mengerti. Ku dengar dia berdecak pelan.
“6 bulan tinggal di bawah atap yang sama, kau melayaninya, kalian bertemu setiap hari, kau tidak tertarik dengannya?” Tanya Rain dengan nada serius, aku langsung mengecilkan api kompor dan berbalik menatap mata yang sama persis dengan milik William.

“Kenapa kau bertanya seperti itu?” tentu saja, aku bingung dengan pertanyaannya yang satu itu, apakah aku terlihat tertarik pada William?

Ehh… aku tertarik dengan Will?

“Kau terlihat begitu perhatian pada kak William”

“Pekerjaanku menuntut untuk itu Rain” aku berkata dengan datar seolah memang itu bukanlah sesuatu yang harus di pertanyakan.

“Tidak… kalian dekat, dan aku tak pernah melihat Kak Will menerima perempuan selain Olive” gadis itu tampak menghela nafas pelan sebelum kembali menatap tepat di manic mataku, kami saling berpandangan sebentar.

“Lalu, apa hubungannya denganku?”

“Aku hanya berharap Will bisa kembali menatap kehidupan sesungguhnya, aku kasian pada kakakku yang terus meratapi kematian Olive, dan aku harap suatu saat nanti di bisa mendapatkan wanita baik sepertimu”

--------

--------

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayo lengkapi koleksi novel kalian sama novel milikku

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ayo lengkapi koleksi novel kalian sama novel milikku.

------

Semoga kalian suka part ini.
Happy Reading and enjoyyy

BRIANA ✔Where stories live. Discover now