Chapter 1

1.6K 156 77
                                    

Bunyi letusan pistol terdengar memekik di telinga, Naruto meniup moncong pistol setelah berhasil menghabisi satu musuh yang kini tergeletak.

Dua musuh telah tewas. Jika ia berhasil menembak mati tiga musuh lainnya, maka ia akan menjadi penyerang lagi.

Naruto menggendap-ngendap, membelah rumput ilalang yang tingginya melebihi tubuhnya sendiri. Dengan kedua mata memicing, ia meneliti setiap gerak ilalang yang bergerak. Telinganya menyaring suara, membedakan antara ilalang yang tertiup angin dengan ilalang yang bergerak karena pergerakan manusia.

Tinggal tiga orang tersisa, tetapi malah semakin sulit.

Naruto secepat mungkin berlari sambil menodongkan pistol, mendekati suara berisik di antara rimbunan ilalang setelah telinganya menangkap pergerlaan yang tidak biasa. Kemudian saat kepala yang bersembunyi terlihat, ia menodongkan mulut pistolnya ke kening musuh.

Musuhnya terkejut dengan kedua mata membelalak lebar. Detak jantungnya seolah berhenti mendadak begitu persembunyiannya telah diketahui.

Naruto menyeringai, ia menarik pelatuk lantas menembak kepala laki-laki di depannya. Peluru tepat mengenai kening, dan saat itu juga pecah hingga mengeluarkan cairan merah seperti darah.

"Dor! Kau mati, hehehe!" Naruto kemudian pergi meninggalkan musuhnya yang membatu. Kini ia hanya perlu menghabisi dua buronan lagi

Namun tiba-tiba, laki-laki yang barusan Naruto tembak bangkit tanpa kesakitan sembari menepuk bokongnya berkali-kali. Ia cemberut. Kemudian berjalan sambil mengomel, "Ini tidak adil! Kenapa cuma yang jaga yang punya pistol?"

Dan permainan berakhir begitu saja ketika dua bocah lainnya muncul sebelum mati tertembak. Mereka pun sama kesalnya, merasa tidak adil sebab pembagian senjata tidak sama rata. Pemburu memiliki senjata, sementara buruan hanya harus bersembunyi tanpa tameng senjata.

"Aku tidak mau main lagi! Naru tidak mau gantian!"

"Iya! Naruto curang!"

Ketiga anak laki-laki itu pergi dengan wajah masam. Alisnya berkerut dengan mulut cemberut. Tak peduli teriakan Naruto yang mencoba merayu mereka dengan iming-iming pistol yang terbuat dari kayu.

"Hey! Ini! Kalian bisa jadi pemburu! Aku bakal jadi buruannya! Ayo main lagi!"

"Tidak mau!"

Hufft ... Naruto mendesah, kemudian duduk di rumput kering sambil memangku senjatanya. Sementara mata safir miliknya terus mengikuti kepergian tiga teman yang merajuk.

Sebetulnya ia masih ingin main, tetapi kemauannya menjadi pemburu membuat teman-temannya bosan untuk selalu mati ditembak.

"Makanya, kalau main jangan pelit! Sekarang baru tahu rasa." kata bocah lelaki yang barusan keluar dari semak-semak. Naruto baru sadar jika bocah berkuncir itu juga ikut main, tetapi ia lupa.

"Shikamaru?"

"Apa? Kau lupa ya, kalau aku juga ikutan main? Huh, dasar."

"Hehehe, maaf, ya. Omong-omong, di bajumu ada ulat, lho!"

Shikamaru lantas menjerit, berjingkrak sambil berputar-putar untuk membuat si ulat tidak lagi berpegangan pada bajunya. Dia tipe anak yang pemberani, tetapi kalau soal hewan melata yang hidup di daun-daun, Shikamaru bisa menangis kencang. Meski begitu, ia tetap saja memilih semak-semak sebagai tempat bersembunyi.

"Singkirkan dia! Singkirkan dia dariku! Naruto, tolooong!"

"Hahaha!"

Naruto tertawa lepas, kemudian menyentil si ulat sampai jatuh menggelinding dengan mudahnya. Ia kemudian tak sengaja melihat beberapa anak lelaki berlari. Mereka dikejar bocah kecil yang membawa batang kayu kecil.

No Man's LandWhere stories live. Discover now