Cafe di Jalan Rinjani

14.6K 729 40
                                    

Malam itu untuk pertama kalinya Dria, aku tidak benci keramaian. Tidak juga asap rokok dari meja sebelah kanan. Tidak juga sepotong kue stroberi yang manisnya berlebihan. Tidak juga kenyataan bahwa kita cuma bisa sebatas teman.

Malam itu untuk pertama kalinya Dria, jantungku terasa dipukul. Nadiku terasa dirobek. Darahku terasa dibekukan. Rasanya lebih, lebih-lebih mengerikan ketimbang saat kau memberiku kehilangan.

Kau menangis.
Satu penghuni semesta sudah lancang menyakiti semestaku.

Matamu yang kucintai segenap sadar, untuk pertama kalinya ... kehabisan sabar.
Dan hal hebat yang bisa kulakukan cuma menahan dadaku untuk tak ikut bergetar.

Kau Dria, ialah kelemahanku nomor satu sampai seribu. Kalau mata milikmu hujan, milikku terasa tsunami. Kalau badan milikmu terluka, milikku terasa roboh. Kalau hati milikmu bersedih, milikku terasa seperti patahan bumi.

Maka sepanjang tidak bersamaku, kudoakan kau tidak pernah terluka. Kudoakan kau hidup bahagia. Dengan begitu, aku bakal baik-baik saja.

Buku Baru Untuk Kekasih LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang