Kegagalan Personal Branding (Honey Dee)

592 41 4
                                    

Selamat pagi!

Saya lagi senang belajar tentang branding sebenarnya. Nah, sekalian belajar, saya bagi-bagi untuk memberdeul di sini. Soalnya, ilmu adalah harta yang kalau terus dibagikan bisa menjadi lebih banyaaakkk lagi. Amin.

Branding ini sangat bagus untuk meningkatkan popularitas dan promosi kita sebagai penulis. Seorang penulis yang memiliki personal branding baik akan lebih mudah dikenali dari sekian banyaknya penulis di jagad raya ini.

Kemarin kan kita sudah membahas soal pekerjaan penulis hingga branding. Nah, hari ini kita akan membahas kegagalan branding itu sendiri.

Sebelum membahas soal kegagalan personal branding, ada baiknya kita mengetahui dulu apa saja sih yang memengaruhi kualitas personal branding kita?

1. Character
Kamu harus menetapkan karakter yang sesuai dengan dirimu. Jangan meniru karakter orang lain karena nanti akan menghancurkan dirimu sendiri. Tidak enak loh bersembunyi di balik kepribadian orang lain.

Dan Brown tampil dengan kemisteriusannya. Karena dia mengangkat scifi, maka di setiap akun media sosialnya juga hanya membahas mengenai scifi, bahkan website-nya juga dihiasi simbol-simbol misterius yang sering dibahas di dalam bukunya. Saat menjawab pertanyaan fans, dia juga menggunakan karakter bahasa yang tegas, dan tidak bertele-tele. Yah, hampir mirip dengan karakter Robert Langdon, tokoh fiktif yang menaikkan namanya.

Dan brown menjaga karakter ini agar permbaca makin mengenali sosoknya.

Saya pernah mendapat DM dari seorang pembaca yang mengatakan, "Terima kasih sudah menunjukkan siapa dirimu yang sebenarnya. Sekalipun nggak kasih tahu wajah (Untuk Honey Dee saya memang tidak memajang foto wajah di akun-akunnya) aku merasa dekat sekali sama kamu. Kamu menunjukkan kelemahan dan kelebihanmu tanpa memperburuk citramu sendiri."

Ini seperti wake up call buat saya.
Hal yang saya anggap sepele ternyata sangat berarti buat pembaca. Mereka membaca karakter kita dari tulisan kita. Dari postingan, dari cara kita berinteraksi, dan dari cara kita menyelesaikan masalah. Ini semua membentuk karakter kita di mata pembaca.

Jadi, hati-hati sekali ya dalam bersikap. Jangan sampai sumbu pendek membuatmu dianggap buruk sama orang lain.

2. Message
Saya senang sekali memperhatikan akun medsos artis bule. Bukannya sok kebulean, tetapi mereka memiliki "pesan' tersendiri dalam setiap postingan dan karya mereka.

Sebagai contoh, Demi Lovato yang memiliki anxiety dan pernah menelepon 911 untuk mengadukan serangan panik yang menderanya, menitipkan pesan mengenai mental health dan perjuangan untuk menjadi diri sendiri dalam karya-karya juga postingannya.

Selena gomez yang juga menderita depresi berat sampai harus dirawat di klinik kesehatan jiwa menampilkan sosok gadis yang sudah tidak ingin peduli pada suara sumbang orang lain dan menjunjung tinggi persamaan.

Scott "Heath" Eastwood menampilkan pesan bahwa being weird and "don't give a f*" adalah hal yang menyenangkan. Dia sering tidak peduli dengan suaranya yang kacau balau dan terus saja menyanyi because it's so much fun.

Honey Dee memilih "love yourself first" dan "kindness" sebagai pesan tersembunyi yang tersirat dalam setiap postingannya. Percaya tidak, banyak pembaca yang mengira cewek ini masih berusia 17 tahunan, loh. Hihihi...

Kalau kamu, apakah sudah punya "hidden message" untuk personal brandingmu?

3. Engagement
Social media engagement merupakan sebuah tolak ukur dari keberhasilan media sosial dalam menggaet pembaca atau orang yang lebih banyak melalui like, comment, dan share. Sekalipun perhitungan ini tidak selalu menggambarkan keberhasilan dalam penjualan, media sosial dengan engagement yang baik akan memberikan kesan positif pula terhadap brandingmu.

4. Knowledge
Pengetahuan yang kamu miliki sangat penting untuk membangun branding. Kalau kamu ingin memiliki branding seornag juru masak yang baik, maka yang harus kamu lakukan adalah "pamer" pengetahuan mengenai seputar dunia masak-memasak. Kamu bisa "pamer" dengan cara yang cantik. Misalkan dengan sering posting mengenai masakan yang bergizi dan yang tidak, pengolahan masakan dan lain sebagainya.

Kalau hanya pamer makanan atau foto sedang makan, itu sama sekali tidak mencerminkan pengetahuanmu.

Kak Elsa contohnya. Dia memiliki branding yang baik sebagai seorang gadis indigo. Dia membagikan pengetahuan dan sharing pengalaman mengenai suka duka menjadi seorang gadis indigo. It's not that easy, but she really kill it!

Akhirnya, Kak Elsa bisa memasarkan bukunya dengan sangat baik hanya dari rumah saja, loh! Terus semangat, Kak Elsa!

5. Empowerment
Bagaimana kamu memberdayakan teman-teman media sosialmu untuk membangun engagement yang baik.

Lalu, apa yang menyebabkan kegagalan personal branding?

1. Inkonsistensi
Kamu nggak konsisten dalam menjelaskan siapa dirimu di media sosial. Misalkan kamu ingin dikenal sebagai penulis yang baik, eh kamu memajang status "malas nulis" atau "writer's block" atau serangkaian keluhan mengenai kepenulisan lainnya.

Ada yang gini?
Jangan diulangi lagi, yak.

Ini akan membuat pembaca merasa kamu bukan orang yang pantas mendapat label penulis yang penuh semangat.

Saya tahu, kadang kita pengin diperhatikan. Dengan memajang keluhan, kita berharap bisa mendapat simpati. But, please. Orang punya masalah mereka sendiri. Paling dalam hati mereka cuma ngebatin, "Ah, segitu doang ngeluh. Nggak bersyukur banget."

Menyeluhlah di tempat yang tepat agar kamu tidak menjadi bahan tertawaan orang lain, begini pesan emak saya bertahun-tahun lalu.

2. Menyampah di medsos
Aduh, siapa sih yang suka dipamerin sampah? Jangan, yah!

Apa sih menyampah ini?
Shit post adalah postingan yang tidak ada faedahnya. Shit post ini bisa berupa omelan atau caci maki terhadap sesuatu.

"Ah, rese banget sih si Anu ini. Kalau ada yang belain si anu kublokir selamanya."

Kalau ada yang kaya gini, jangan-jangan pada pengin komen, "blokir aja. Nggak guna ini."

Sebagai penulis, tugas kita adalah memberikan edukasi yang baik. Cobalah untuk menjelaskan dengan rinci dan baik kenapa kita tidak suka pada si Anu dan apa sih buruknya si Anu itu.

3. Tidak mampu menahan diri dari baper
Semua penulis itu baperan. Pasti. Soalnya kalau penulis nggak baperan ya nggak bakalan punya kepekaan untuk mencari ide tulisannya.

Saya akui saya baperan. Lihat postingan tentang KDRT kemarin saya menangis dan akhirnya membuat postingan saya sendiri mengenai kekerasan terhadap perempuan.

Tanpa baper, sangat sulit rasanya membentuk daya khayal yang bisa menggugah emosi pembaca. Namun bedanya, ada penulis yang tahu bagaimana cara mengolah baper menjadio tulisan yang bagus dan ada yang tidak mampu mengolahnya sehingga meledak ke mana-mana.

Jangan gini, ya. Entar cepat tua. Krim antiaging mahal, bok. Wkwkwkwk...

4. Hanya sekadar ikut-kutan
Orang ngebranding penulis, kamu ikutan. Orang ngebranding sebagai penulis fantasi, kamu juga ikutan. Capek deeehhh...

Sesuatu yang tidak datang dari dalam dirimu sendiri akan cepat pudar juga karena kamu tidak bisa menikmatinya.

5. Tidak menjadi diri sendiri
Sekali lagi, jangan pernah membranding dirimu dengan branding yang dipakai orang lain hanya karena kamu merasa dia keren. Misalkan kamu merasa si A keren dengan branding sebagai penulis teenlit sukses, lalu kamu juga ikutan menjadi penulis teenlit padahal kamu tidak terlalu suka mendalami dunia remaja. Nantinya kamu bisa langsung bosan dan tidak bisa mempertahankan apa yang sudah kamu mulai.

Nah, bagaimana materi terakhir bulan ini mengenai personal branding dan promosi?
Semoga bermanfaat untuk kalian yang ingin melangkah sebagai penulis, penjual buku, editor, pebisnis, hingga pekerjaan lain karena branding ini luas cakupannya.
Dengan branding yang baik orang akan mudah mencarimu. Kalau ada yang tanya, "Siapa sih penulis yang menurutmu berbakat?"
Orang akan langsung memikirkan kamu karena brand sebagai penulis sudah melekat di benak pembaca atau teman-temanmu.

Usahamu di media sosial sering gagal?
Coba lihat siapa tahu personal brandingmu masih buruk!

Dari teman yang juga sedang belajar,
Honey Dee

Serba-Serbi KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang