Kenapa Tulisanku Ditolak? - Oleh: Putu Felisia

811 51 1
                                    

Pagi ini, Bigsis mau bahas sedikit pengalaman Bigsis waktu ditolak. Bukan ditolak cinta, tapi ditolak naskahnya. Kebetulan, kemarin baru aja dapat surat cinta penolakan lagi, hehehe. Kecewa? Iya, dong. Kali ini sudah bikin proposal marketing juga masih ditolak.

Lo, Bigsis masih ngalamin penolakan? Ya, iyalah ... dalam hal mengusahakan satu karya, ditolak-diterima itu udah jadi hal biasa. J.K. Rowling aja pernah ditolak 14x, kan :v Moga-moga tar buku-buku Bigsis laris kayak Harry Potter, Amiiin :v

Dulu, Bigsis sering merasa kecewa juga, sih. Sudah capek-capek nulis, eh ... ditolak juga. Bahkan ada yang udah disuruh revisi, eh tetap ditolak. Kesal dan jengkel, manusiawi. Cuma kalau jadi berkepanjangan, itu merugikan. Kayaknya Bigsis nggak perlu cerita lagi gimana akibatnya Bigsis trauma sama dunia penerbitan, lah. Nggak ada enaknya sama sekali. Dan nggak ada untungnya. Yang ada malah rugi.

Nah, balik lagi ke soal penolakan tadi. Satu hal yang perlu kalian ingat, NASKAH YANG DITOLAK BELUM TENTU JELEK. Mentor Bigsis pernah bilang gini, "Kalau mau dapat kabar cepat, buatlah naskah yang #BagusSekali atau #JelekSekali. Naskah macam ini akan bikin editor gampang mikirnya. Kalau naskah dalam zona tengah, memang mikirnya lama."

Jadi, sekali lagi ... KUALITAS NASKAH BELUM TENTU MEMPENGARUHI KEPUTUSAN DITOLAK/DITERIMA. Terutama, kalau naskah tidak ada dalam kategori BAGUS SEKALI atau JELEK SEKALI tadi (kita nggak bahas follower, ya ... karena Bigsis anggap di sini semua serius mau nulis yang bener, bukan nyari follower doang, hehehe).

Terus, apa dong, pertimbangan-pertimbangannya?

Nah, di bawah akan Bigsis coba jabarkan beberapa penyebab naskah ditolak:

BEDA SEGMEN PEMBACA

Nggak berpanjang lebar, tentunya kita paham kalau kirim erotica romance ke penerbit/media anak atau remaja, atau kirim tips merawat tumbuhan ke penerbit/media masak-memasak, tulisan kita bakal nggak cocok.

NGGAK SESUAI TREN/NGGAK KEKINIAN

Sama seperti tren mode, tren literasi juga berganti-ganti. Makanya, kudu update juga.

Seorang senior pernah cerita kalau ada penulis terkenal yang sudah sepuh, ditolak naskahnya karena temanya TBC. Dan penyakit itu udah nggak cocok lagi dibahas kala ada penyakit yang lebih berbahaya.

ITU-ITU WAE

Terlalu biasa juga bisa menyebabkan naskah ditolak. Ingat, saingan kita bisa saja menuliskan sesuatu yang lebih bagus, meski karya kita sudah bagus.

FULL, BOOO

Weh, kok bawa-bawa full segala? Nah, ini yang Bigsis alami kemarin. Antrian konon sudah penuh dan nggak ada editor yang berkenan meng-handle naskah Bigsis.

Jadi, tiap penerbit/media memang punya kuota/batasan seberapa banyak yang bisa diterbitkan dalam setahun. Beberapa penerbit malah kuotanya sudah penuh sampai beberapa tahun.


NGGAK KOMERSIL

Nah, yang ini udah kenyang Bigsis nerimanya, wkwkwk xD

Bisa no comment aja? :p


FLAW NASKAH

Yang ini silakan baca kelas teori lain. Dari penokohan, plotting, sampai EBI bisa mengurangi nilai naskah. Buntut-buntutnya, ya ... ditolak tadi.


TRACK RECORD PENULIS DAN ATTITUDE PENULIS

Yang ini jarang dibahas dan memang jarang diekspos karena murni masalah di balik layar.

Simpelnya gini, hubungan penulis-penerbit itu adalah partner. Cuma ada memang penulis yang berpikiran lain. ada tipe penulis yang anggap kalau hubungannya adalah:

penerbit/editor = pelayan

penulis = yang dilayani/bos.

 Ada juga yang anggap pekerjaan penerbitan itu mudah, jadi orang-orangnya terfokus ngurus naskahnya sendiri. Beberapa penulis cenderung nyebelin, misalnya nanya kepastian penerimaan seminggu setelah kirim naskah (dianggapnya editor cuma harus baca naskahnya doang, padahal yang kirim ribuan), ada yang kirim naskah yang sama ke beberapa penerbit sekaligus (bayangin dirimu jadi editor yang meluangkan waktu baca naskah terus ternyata naskahnya terbit duluan di tempat lain). Terlalu overacting dan arogan juga bisa bikin ilfeel. Jadi, kerjasama dengan penulis arogan bukanlah hal yang worthed.

Mungkin ada beberapa editor yang mampu. Tapi kalau pas nggak beruntung, editor bakal ogah kerjasama karena mikirin ribetnya kerja sama dirimu, nggak peduli dirimu siapa.

Ada beberapa nama seperti Mas Farick Ziat dari majalah Gadis, dan Mbak Reni Erina, editor majalah Story pernah mengutarakan kalau masalah penerimaan naskah tidak ada hubungannya dengan pertemanan pribadi. Jadi, jangan pernah mencampuradukkan masalah menulis dengan pertemanan. Itu namanya KKN.


Oya, soal attitude ini juga soal integritas sebagai penulis. Kalau masih suka plagiat, ya ... Jangan ngarep juga orang bakal percaya sama dirimu. Risiko banget nerbitin karya plagiator. Kalau ketahuan, nama baik penerbit dan editor bisa ikut tercemar.


Catatan:
Beberapa bagian teori di atas saya ambil dari buku 25 Curhat Calon PenulisBeken karya Mbak Triani Retno A.
.
Nah, hal-hal di atas itu adalah penyebab dari penolakan naskah. Satu hal yangperlu diingat, meski mengalami penolakan, setidaknya kita sudah selangkah lebihmaju dalam dunia kepenulisan. Anggaplah ini sebuah langkah kecil, dan setelahini, kita harus lebih maju lagi. Dalam artian, berusaha lagi untuk menghasilkankarya-karya yang lebih baik.

Stop Plagiarisme 

Putu Felisia


Serba-Serbi KepenulisanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang