4 Februari 2045. Depasar, Indonesia.
Seorang gadis berusia belasan tahun itu kini tersudut di salah satu sudut sekolah dengan wajah babak belur, sudut bibir kirinya koyak, lebam memenuhi hampir seluruh wajah nya, bahkan kepalanya perlahan mengeluarkan darah segar. Orang-orang menatap miris gadis itu namun tak satupun bergerak untuk membantunya, baik para remaja berseragam putih abu-abu ataupun para orang dewasa dengan seragam dinas berwarna coklat -para guru- hanya menatapnya sekilas lalu berjalan lurus.
Sudah lebih dari 15 menit gadis itu hanya diam menahan semua rasa sakit nya, dia tidak meringis, menangis atau melakukan apapun dia hanya diam. Menatap orang-orang yang menatapnya sekilas dan meninggalkan nya. Ada banyak fikiran berkecamuk dalam kepala-nya. Berbagai macam fikiran bodoh tentang bagaimana harusnya dia mengakhiri hidupnya, atau berbagai macam fikiran bodoh tetang betapa tuhan tidak menyayanginya dan selalu membiarkan hal-hal buruk terjadi padanya.
Tapi pada akhirnya dia singkirkan semua itu, perlahan dia berdiri dan dapat merasakan sakit di sekujur tubuhnya. Siapa yang tidak merasakan sakit setelah di keroyok oleh 5 orang sekaligus, 2 wanita tidak berotak dan 3 laki-laki pengecut. Gadis itu meraih tas hitam yang sudah penuh dengan lumpur dan berbau tak sedap yang terkulai di atas tanah lumpur. Setelah mengambil tasnya gadis itu perlahan berjalan keluar dari pekarangan sekolah terus berjalan seakan luka di tubuh nya bukan apa-apa.
Saat melewati jembatan menuju tempat tinggalnya gadis itu memandang air sungai yang dalam sambil memikirkan beberapa hal. Salah satunya 'Jika aku mati, tidak ada yang akan peduli.' Fikira-fikiran sejenis muncul bertubi-tubi bahkan gadis itu perlahan memegang pegangan jembatan itu mulai berfikir untuk loncat. Hingga satu fikiran menyusup kekepalanya 'Jika kau mati, kau hanya membuktikan pada semua orang bahwa kau adalah sampah tidak berguna.' Dan fikiran itu menghentikan nya untuk loncat sore itu, kemudian terus melanjutkan langkah kaki nya menuju tempat tinggalnya.
Dia tidak tinggal dirumah mewah, dia tidak tidur di tempat tidur empuk dan dia juga sangat jarang makan-makanan enak. Namun dia tidak pernah lupa bersyukur bahwa dia tetap memiliki tempat tinggal. Gadis itu berhenti disebuah pekarangan panti asuhan beberapa anak panti menatapnya prihatin namun tak ada yang berani menyapa beberapa nampak ingin menangis namun gadis itu hanya tersenyum. Seorang gadis kecil berusia sekitar 7 tahun datang menghampirinya dan berkata.
"Kakak di pukuli lagi ya ?" tanya gadis itu dengan wajah separuh ingin menangis.
"Kakak tidak apa-apa Ambar." Gadis remaja itu tersenyum kecil.
"Kakak, ibu panti bilang kalau kakak pulang langsung menuju ruangan ibu panti. Karena ada tamu katanya untuk kakak." Ambar kembali bersuara. "Biar Ambar yang bawa tas kakak dan mencucinya."
Gadis remaja itu menghela nafas kembali, dalam fikiran nya bertumpuk banyak hal dia mengira-ngira apa yang akan terjadi selanjutnya. Dengan keadaan berantakan itu gadis itu menyerahkan tasnya pada Ambar lalu langsung memasuki panti asuhan itu. Langkah demi langkah gadis itu tahu ada hal yang berbeda. Dia melihat banyak sekali orang berjas hitam dengan alat komunikasi di telinga kanan mereka. Namun dia berusaha positif, dan berjalan terus menuju ruangan ibu panti. Sebelum masuk keruangan ibu panti gadis itu mengambil tisu dan mengelap darah yang kembali menyucur dari keningnya. Penampilan nya agak berantakan namun mau bilang apa lagi. Jika dia bersih-bersih itu akan memamakan waktu panjang dan sepertinya tamu ibu panti cukup penting.
Dia mengetuk pintu sebelum membukanya menemukan ibu panti yang sudah berusia lebih dari separuh abad tengah berbincang-bincang dengan sepasang pria dan wanita. Terlihat pria dan wanita itu berasal dair keluarga kaya, pakaiaan mereka sangat menunjukan itu.
"Ya! Ampun Rinjani kamu kenapa ? kamu berantem lagi..." Ibu Panti langsung berdiri kaget melihat penampilan kacau gadis remaja itu, Rinjani.
"Rinjani cuman keserempet motor bu..." Rinjani tersenyum tipis, dia tidak suka menceritakan masalah sekolahnya pada ibu panti-nya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota [The Circle Series #1]
AcakLingkaran, begitu mereka menyebut diri mereka. Sekumpulan keluarga-keluarga paling berpengaruh di Asia. . Tapi mereka tidak sesederhana itu, mereka tidak sebersih itu, dalam bisnis tangan mu tidak mungkin selamanya bersih dan mereka harus mewariska...
![Mahkota [The Circle Series #1]](https://img.wattpad.com/cover/176804476-64-k84478.jpg)