/du.a.be.las/

1K 142 6
                                    


/ren.ja.na/

/du.a.be.las/

"Lalu orang yang tadi aku peluk siapa?"

Plan langsung menggapai saklar lampu yang berada di samping kanan pintu.

Sedetik kemudian lampu menyala terang.

Pandangan Plan masih buram, matanya masih berusaha beradaptasi dengan suasana yang tiba-tiba saja terang.

"Selama ini lo diam-diam suka gue?" tanya Mean enteng.

"What the f—"

Plan seketika mundur, memberi jarak antara dia dan Mean yang saat ini berdiri begitu dekat.

Terlalu dekat.

"Kamu ngapain di sini!?" tanya Plan senormal mungkin.

Plan berusaha menutupi kegugupannya.

Entahlah mengapa Plan gugup.

'Bodoh! Kenapa Mean yang datang!' pikir Plan.

"Loh ini kan kamar gue, aneh ya gue ada di kamar gue sendiri?" jawab Mean.

Plan memberanikan melihat ke arah Mean.

"Bukan gitu, tapi kamu itu har—"

"Jangan ngalihin pembicaraan," potong Mean.

Plan menatap Mean bingung.

"Jadi lo suka sama gue? Sejak kapan?" lanjut Mean dengan seringai licik menyebalkan di wajahnya.

"Ha!?"

'Demi Neptunus! Orang ini sakit jiwa!!" gerutu Plan dalam hati.

*****

Rencana surprise ulang tahun Title gagal total.

Mean yang tiba-tiba saja tidak jadi menginap di rumah temannya.

Lalu semalaman menggerutu pada Plan karena seenaknya mengotori kamar dengan hiasan yang menurut Mean sangat norak.

Ditambah lagi berbagai cara yang gagal membuat Title ke luar kamar dan pergi ke kamar Plan untuk diberi kejutan.

Percuma Plan menghias kamarnya.

Bahkan hiasan-hiasan itu dilepas paksa oleh si jahat—Mean.

Satu hal yang paling menyebalkan dan membuat kepala Plan pening yaitu tingkat percaya diri Mean yang –memang dari awal sudah level dewa— sekarang sudah mencapai level di atas dewa, entah apa namanya.

Sudah tiga hari semenjak kejadian salah peluk malam itu, Mean masih saja dengan percaya dirinya menganggap Plan menyukainya.

Tingkahnya itu loh, semakin hari semakin sok-sok keren.

"Arrrghhhhh!!"

Title dan Gun menatap Plan yang terlihat sangat frustasi.

"Phi, kau baik-baik saja kan?" tanya Gun khawatir.

Plan mengacak-acak rambutnya, berharap ingatan menyeramkan malam itu hilang.

"Arrrgghhhh!!"

Geraman Plan berhasil membuat mahasiswa lain menatap ke meja mereka dengan kesal.

Maklum saja, di perpustakaan tempat yang seharusnya tenang.

"Phi, pelankan suaramu. Kita dilihat banyak orang," bisik Title.

Plan mengangkat kepalanya, lalu melihat sekitar.

Benar saja, beberapa orang melihat ke arah mereka dengan wajah kesal.

RENJANA /ren.ja.na/ [MEANPLAN LOVE STORY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang