/se.be.las/

1.1K 122 29
                                    

/ren.ja.na/

/se.be.las/

Cup.

"Ibu gue selalu melakukan ini saat gue nangis," sahut Mean lembut.

Badan Plan mematung menerima semua perlakuan Mean yang tiba-tiba.

Otak Plan berusaha mencerna kejadian yang baru saja dia alami.

Setelah akal sehatnya kembali, Plan memundurkan badannya satu langkah.

Deg. Deg. Deg.

"K-ka..mu..ng-nga..pa..in?"

Seluruh tubuh Plan memanas akibat perlakuan Mean.

Mean hanya tersenyum.

"Kenapa kamu tertawa?" tanya Plan sambil mengelap pipinya yang masih basah karena air mata.

"Gue gak ketawa, gue senyum," sanggah Mean membenarkan.

"Kenapa senyum? Ada yang lucu?" tanya Plan lagi.

"Muka lo jelek banget kalo nangis," jawab Mean yang diikuti tawa renyahnya.

Plan langsung membuang muka, kesal.

"Makanya jangan nangis lagi, kaya bocah TK aja," kata Mean sambil membalikan badannya berjalan menuju tempat tidur.

Plan mencebikkan bibirnya, tidak terima dengan ejekan Mean.

"Sepertinya aku harus mengatakannya sekarang," pikir Plan.

"Maaf," ucap Plan tulus tanpa banyak berpikir.

Mean berhenti lalu menoleh, "Untuk?"

"Semua kata-kata dan sikap aku yang kurang baik ke kamu," jawab Plan tertunduk.

"It's okay. Stock maaf gue kebetulan masih banyak," jawab Mean tanpa niat berdebat.

Saat Mean hendak berbalik menuju tempat tidurnya, Plan kembali berbicara,"Terima kasih juga."

Mean kembali menoleh ke arah Plan,"Untuk?"

"Semua bantuan dan kebaikan kamu," jawab Plan lembut dengan senyum tulus terukir di wajahnya yang masih terlihat kusut.

Mean mengangguk.

"Akhirnya lo menyadari kebaikan hati gue," sahut Mean dengan pedenya sembari tersenyum.

Plan mencebikkan bibirnya, lagi.

"Baru mau bersikap baik, sifat menyebalkannya sudah kembali," gerutu Plan dalam hati.

"Satu lagi," kata Plan sebelum Mean kembali ke tempat tidurnya.

"F*ck you!" rutuk Plan diikuti gerakan jari tengahnya yang dia angkat ke arah Mean.

Dahi Mean mengeryit, "Untuk?"

"Seenaknya peluk dan cium dahi aku! Menyebalkan!" protes Plan yang langsung masuk ke kamar mandi sebelum Mean mengoceh dan marah-marah.

"Woy! Sekalian bersihin kamar mandinya! Status lo masih jadi pesuruh gue!" perintah Mean.

Bukannya menjawab, Plan malah membuka kran air semakin kencang.

Mean hanya terkekeh melihat sikap kekanak-kanakan Plan.

****

Jam kosong antara jadwal mata kuliah satu dengan yang selanjutnya menjadi waktu favorit bagi Plan.

Plan tidak suka suasana belajar yang penat di dalam kelas.

Saat jam kosong seperti ini bangku tribun di samping lapangan sepak bola selalu menjadi tujuan pertama setelah jam kuliah pertama selesai.

RENJANA /ren.ja.na/ [MEANPLAN LOVE STORY]Where stories live. Discover now