Part 6

34 6 2
                                    

Suasana kamar Jean menjadi sangat senyap, mereka berdua tak sedikitpun berbicara.

Dalam kesunyian ini, tiba-tiba terdengar suara aneh yang sangat pelan tetapi bisa terdengar ditelinga mereka berdua.

Suara itu berasal dari perut Dania yang sedari pagi tadi belum memasukkan apapun kedalam perutnya. Padahal pagi tadi ia sudah membeli sarapan, hanya saja ia tak sempat memakannya karena insiden kucing tadi yang berlanjut sampai ia membereskan kamar Jean.

Mendengar suara itu, Jean yang sedari tadi duduk membaca bukunya sontak mengarahkan pandangannya kearah Dania, melihatnya dengan dalam. Pria ini hanya menampakan raut wajah heran seraya menyunggingkan bibirnya.

Lagi!

Suara itu terdengar untuk yang kedua kalinya. Kali ini suara itu terdengar sedikit lebih nyaring dari suara terdahulu.

Dania memegangi perutnya seraya menghembuskan nafasnya, Ia mencoba menahan dirinya beberapa saat dan berharap pekerjannya akan selesai secepat mungkin. Ia sungguh lapar, ia tak pernah melewatkan sarapan sampai siang seperti ini.

Tapi jika dipikirkan lagi, jika ia menghentikan pekerjannya dan pulang ke apartemennya hanya untuk mengambil makanan mungkin saja Dosen gila itu akan membuat dirinya semakin sial lagi. Keadaan seperti ini membuatnya harus bertahan untuk beberapa saat.

“Ayo Dania jangan lemah!” Ia berusaha menguatkan dirinya sendiri yang sejujurnya ia tak sanggup lagi melanjutkan pekerjaan ini.

“Makan ini”

Jean menghampiri Dania memberikannya Roti dan satu gelas susu untuk Dania. Ia mngetahui bahwa Dania kelaparan dan mungkin saja itu akan membuatnya pingsan di apartemennya.

“Makan saja. Ini tidak beracun”

Jean berusaha meyakinkan Dania yang belum mengmbil roti dan susu yang berada di tangan Jean. Dalam pikirannya, mungkin saja Wanita itu berpikir kalau dia akan mencelakainya.

“Jangan berpikir yang macam-macam. Aku tidak ingin membuatmu pingsan di apartemenku, itu hanya merepotkanku saja”

Melihat Jean yang kali ini bersikap baik padanya, membuat Dania berpikiran bahwa Jean bukanlah orang yang jahat, hanya saja ia masih tidak terlalu menyukai Dosen itu. Satu kebaikan yang dilakukan Dosen Jean tidak akan membuat dirinya sepenuhnya menghilangkan rasa ketidaksukaannya dengan Dosen itu.

Ia memulai makan dengan lahap. Saat ini seperti ada keajaiban yang datang padanya dan membuat Ia bersemangat menyelesaikan pekerjaannya.

Suara sendawa yang terdengar dari mulut Dania mmbuat Jean hanya mengerutkan alisnya dan menatap wajah Dania dengan raut wajah yang tak sudah bisa ditebak. Lelaki itu hanya menyeringai sedikit melihat kelakuan wanita yang berada didepannya.

Hehe..

Dania tersenyum kecil dengan terpaksa menandakan ia sangat malu dengan hal yang telah ia lakukan. Ia hanya memalingkan wajahnya dan berusaha tidak menatap wajah Jean.

Jean mengalihkan pandangannya ke buku yang ia baca. Lelaki ini duduk dengan santai membaca buku tentang hukum dan menikmati secangkir kopi hangat yang ia buat.

Ia menyeruput kopi yang masih panas itu sesekali melihat Dania untuk mengawasi pekerjaannya.

Jean kembali melihat wajah Dania. Ia melihat Dania dengan tatapan yang sedikit heran, karena wanita itu terlihat menahan cegukannya. Ia berusaha menyembunyikan cegukan yang dialaminya dengan menutup mulutnya, tapi hal itu justru ketahuan oleh Jean.

“He.. e.. ii. Je.. E.. an ..”

Suara gadis itu terdengar terbata-bata karena cegukan yang dialaminya.

Melihat Dania yang cegukan seperti itu tak membuat Jean memberikan respon apa-apa, ia hanya melihati gadis itu saja.

“Di.. mana.. E.. A.. Aiirr”

Jean menunjuk kearah kiri sisi diluar kamarnya, ia tak berbicara sedikitpun hanya menunjukkan lewat isyarat tangan saja.

Memahami apa yang dimaksud Jean, Dania berjalan dengan cepat kearah dapur untuk mengambil air. Ia melihat ada kulkas dan membuka kultas tersebut. Sedikit terkejut, ia melihat isi kultas itu hanyalah air putih dan susu yang menghiasainya.

Gadis itu mengambil air putih yang berada didalam kulkas dan meminumnya. Dania meminum air itu secara brutal, seperti orang yang sangat kehausan.

Jean terhenti dari aktifitasnya membaca buku karena ia mengalami cegukan. Ia berdiri dan berjalan menuju dapur untuk mengambil air yang berada didalam kultas. Tepat ia berada didepan kultas ia melihat Dania yang membelakanginya. Dengan santainya, Jean menepuk pundak Dania yang mengisyaratkan supaya Dania tidak menghalanginya untuk mengambil air putih yang berada didalam kulkas.

Byuurrr*

Belum sempat Jean menepuk pundak Dania, gadis ini sudah berbalik arah menghadap Jean. Ia sangat terkejut melihat Jean berada didepannya saat ini. Dengan air yang masih berada dimulutnya, Dania tidak sengaja menyemburkan air itu tepat terkena wajah Jean.

Mereka berdua sama-sama terkejut. Jean terpejam saat air itu menyembur tepat diwajah tampannya dan cegukan itu kembali melandanya. Ia menarik nafas dengan dalam, dan enggan untuk menyentuh wajahnya. Matanya terbuka, terlihat sangat jelas amarahnya yang tergambar jelas diwajah itu. Ia menatap Dania dengan tatapan yang tajam seolah ingin menguliti gadis itu.

Dania menelan salivanya dan pikirannya sudah tak karuan, bisa-bisanya ia melakukan hal seperti ini pada dosennya.

Matilah Dania, hidupnya mulai sekarang tak akan tenang lagi. Ia ingin mengelap air yang berada diwajah Jean, tapi pria itu dengan kasar menolaknya.

“Ya Tuhan.. Maafkan aku, sungguh maafkan aku, aku tidak sengaja.”

Dengan menundukkan kepalanya dan menyatukan kedua tangannya, Dania meminta maaf kepada Jean karena telah melakukan hal ini padanya.

Jean tak berkata apa-apa, ia sangat marah dengan apa yang telah dilakukan Dania.

DANIAAAA...

Jean berteriak dengan keras meluapkan amarahnya yang sedari pagi tadi ditahannya.
Dania ketakutan mendengar dosen itu meneriakinya, Ia kemudian berlari menjauhi Jean pergi kekamar Jean dan menyembunyikan wajahnya kedalam selimut yang berada diatas kasur Jean.

Dengan rasa takut dan rasa malu yang bercampur satu, Dania terus memikirkan hal-hal yang dilakukannya pada dosen ini. Ia begitu bodoh dan ceroboh hingga membuatnya berada dalm masalah yang sangat besar.

Bagaimana ini... apa yang harus aku lakukan... Dasar tidak berguna..

Dania terus memaki-maki dirinya sendiri dalam hati, ia menyesal telah mengenal dosen itu dan berurusan dengannya. Seharusnya ia tak terlambat waktu itu, seharusnya ia tak tinggal diapartemen ini, dan seharusnya ia tak mengejar kucing itu sampai akhirnya ia terjebak dalam kehidupnnya sendiri. Mengingat hal itu membuatnya sangat malu dengan dirinya sendiri. Ia tak henti memukul kepalanya dengan tangannya.

Aku harus pergi dari sini.. Ya, aku harus pergi sebelum Dosen itu kesini melihatku dan membentakku lagi..

Dania mencoba untuk pergi ke apartemennya, ia keluar dari selimut dan melihat Jean sudah berdiri didepan matanya.

Jean menatap Dania dengan amarah yang ada dimatanya. Ia menyunggingkan bibir dan membuang wajahnya kesamping sembari tangannya memegang pinggang. Ia tak habis pikir, gadis ini enak-enaknya berbaring dikasurnya dan bersembunyi dibalik selimut yang setiap hati dipakainya saat tidur.

Jean menyeringai, kembalin menatap Dania yang sedari tadi terihat menelan salivanya, “Mau kemana kau?” tanya Jean membuat Dania tersentak.

***

Your Love,
©Comel_Ongpurple

LOVE HATEWhere stories live. Discover now