Part 4

27 10 7
                                    

Mereka dipertemukan dalam kedaan yang tidak disengaja dan diwaktu yang tidak tepat. Tidak ada sepatah katapun yang terucap diantara mulut keduanya, dan yang ada hanya keheningan dan kesenyapan.

Dania tidak bisa berkata-kata, mulutnya kaku bak terkunci dan pandangannya hanya menatap pria itu dengan mata yang berkaca-kaca menahan kesakitan hatinya yang masih teramat dalam. Ingatan kejadian dua bulan yang lalu tiba-tiba saja terlintas dibenaknya membuat dada nya semakin bertambah sesak.

Ia tak menyangka akan bertemu dengan Arvino lagi, hatinya sudah mulai membaik semenjak saat itu. Tetapi saat ini, detik ini, keadaan ini membuat hatinya bimbang, ia tak percaya, sungguh tak percaya bahwa didalam hati terkecilnya nama Arvino masih ada dan belum sepenuhnya menghilang dari hatinya.

Arvino yang melihat Dania berada didepannya hanya terdiam membisu. Matanya mengisyaratkan bahwa ia masih mempunyai rasa untuk Dania, ia tak bisa menyembunyikan perasaannya yang sejujurnya masih ingin bersama wanita itu. Tapi nasi sudah menjadi bubur, apa yang dilakukannya dua bulan yang lalu sudah sangat menyakitikan, ia sadar bahwa ia tak bisa dimaafkan, sekalipun ia bersujud meminta maaf, ia tetaplah seorang bajingan didepan mata wanita ini.

Dengan menahan perasaannya, Arvino pergi melewati Dania yang berada didepannya tanpa sedikitpun menatap Dania dan berlalu dengan membisu tanpa suara seolah mereka seperti dua orang manusia yang tdak saling mengenal dan baru saja bertemu secara tidak sengaja.

Dania memekik, menghembuskan nafasnya dengan sangat dalam. Air matanya tiba-tiba jatuh berguguran membasahi pipi dan membuat riasannya sedikit berantakkan. Hatinya kembali hancur, dada nya terasa sangat sesak sampai ia tak sanggup untuk berjalan.

Wanita ini mencoba untuk kembali seperti kedaannya semula, tidak mungkin ia menampakkan keadaannya yang memprihatinkan seperti ini didepan Dewa. Ia tak akan membiarkan kencan pertamanya dengan Dewa menjadi sia-sia hanya karena masalah masa lalu nya.

Ia mengambil Hp nya dan berusaha menghubungi Dewa, “Dewa, cepatlah datang aku sudah menunggumu sangat lama. Aku akan pergi jika dalam 10 menit kau tak datang”
Dania langsung menutup telponnya dan meminum minuman yang sudah dipesannya, membenarkan riasan wajahnya yang sedikit hancur tadi dan kembali meminum minumannya.

Betapa terkejutnya ia ketika mengangkat kepalanya melihat Dewa sudah berada didepannya, melihatinya dengan tatapan yang dalam dan intens, seperti ingin mengintrogasinya dan menatapnya seolah ia adalah penjahat yang telah melakukan kejahatan yang besar.

“Kau memakai pensil alis dan perona pipi yaa?”

Dewa membuka suara dan membuat Dania terkejut dengn pertanyaan yang dilontarkannya, membuat Dania merasa malu dan sesegera mungkin ingin menyembunyikan wajahnya yang mulai memerah.

“A..apa.. Se.. semua perempuan seperti ini ketika sudah diluar.” Perempuan manis itu terlihat sangat malu dan sedikit meninggikan suaranya menjawab pertanyaan dari Dewa, kini pipinya benar-benar memerah layaknya tomat.

“Bukan hanya itu, tapi kau juga memakai lipstick yang berwarna terang dan juga memakai bedak yang tebal, tidak seperti biasanya.”

“Apa? Apa wajahku terlihat seperti badut?”

“Tidak. Hanya saja kau terlihat sedikit lebih cantik.”

Keadaan di cafe itu kini menjadi sunyi senyap. Jantung wanita itu kini berdetak dengan kencang. Demi Tuhan, malam ini ia seperti berada di roller coaster, hatinya seperti dijungkirbalikkan oleh keadaan. Baru saja tadi hatinya hancur ketika melihat Arvino, kini lelaki yang berada didepannya membuat jantungnya terasa ingin terlepas dan membuat ia merasa ingin meledak saat itu juga hanya karena satu kata yang membuatnya sangat bahagia.

LOVE HATETahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon