Diandra tersenyum, "Gue bakal coba."

"Okey, lo boleh tinggal sama gue."

**

2014.

Gadis itu tersenyum menatap laki-laki pujaan hatinya yang sedang membaca buku sambil bersandar pada tiang sekolah, namanya Dirga. Namun, gadis itu punya panggilan sendiri untuknya, Eza, nama depan dari nama lengkap Dirga. Reza Diaz Dirgantara.

Gadis itu berjalan dengan tangan kanan memegang sebuah botol minuman dingin yang sengaja ia beli untuk Eza.

"Eza," panggil gadis itu. Namun laki-laki itu tak mendengar panggilannya.

"Eza!!"

Tidak ada respon.

Akhirnya gadis itu berjalan lebih dekat dengan Dirga.

"Ezaaaa," panggil gadis itu sambil menongolkan kepalanya diantara buku dengan wajah Dirga, membuat wajahnya hanya berjarak kurang dari 10 cm dari wajah Dirga. Ia bahkan dapat merasakan hembusan napas Dirga diwajahnya.

Dirga? Tentu saja terkejut bukan main mengetahui ada seseorang yang memanggilnya.

"Lo--" ucap Dirga terhenti saat kakinya saling menyandung satu sama lain membuatnya kehilangan keseimbangan dan...

"Diandra!" Fabian menoyor kepala gadis itu agar tersadar dari lamunannya. Bayangan adegan itu perlahan memudar.

"Bian!" sungut Diandra sambil mengelus-elus bekas toyoran Fabian.

"Lo panggil gue apa tadi?" tanya Fabian sambil duduk di kursi belajar milik Diandra.

Diandra melengos, "Salah-salah. Mulut gue salah. Kak Bian maksud gue."

"Lo ngapain masuk kamar gue? Gak ketok pintu dulu lagi, kalau gue lagi bugil gimana coba?!"

Fabian kembali menoyor kepala Diandra benar-benar kesal dengan adik sematawayangnya itu.

"Udah ribuan kali gue ketokin tuh pintu, kagak juga lo buka!"

"Ah, lebay. Paling gak sampe ribuan," sahut Diandra.

"Lo mikirin siapa? Si Dirga?" tanya Fabian.

Diandra mengangguk dengan senyum cerah. "Eza lagi apa ya, Kak sekarang?"

Fabian menghela napasnya, ia tidak habis pikir jika adiknya itu benar-benar menyukai Dirga.

"Namanya Dirga atuh Diandra, bukan Eza."

Diandra menggeleng, "Panggilan kesayangan gue."

Lagi, Fabian kembali menghela napasnya. "Terserah lo deh. Gue cuma mau bilang, Dirga gak bakal suka sama lo!"

Hidung Diandra mengerut mendengar ucapan Fabian.

"Kenapa? Lo tau darimana?"

"Masa lo gak tau alasannya, Ndra?"

Diandra menggeleng polos.

"Karna lo jelek!"

"FABIAN!" teriak Diandra sambil melempar bantal yang ada di dekatnya.

"Anjir," umpat Fabian.

"Udah ah, bubar! Gue kesini bukan buat bahas Dirga."

Diandra merebahkan tubuhnya diatas kasur sambil memejamkan matanya. "Kalau mau bahas temen lo, jawaban gue tetep sama ya, Kak."

"Ini beda orang, Ndra."

Diandra menggeleng, "Gak mau Kakak ganteng. Gue cuma mau Eza doang!"

"Lo tau gak, temen gue yang waktu itu nyanyi di acara MOS lo?"

Diandra duduk, wajahnya nampak berpikir sejenak. "Kak Leon?"

Fabian mengangguk. "Kali ini dia yang minta nomor lo."

"Seriusan?" tanya Diandra dengan mata berbinar.

"Iyaa."

"Kak Leon yang ganteng itu?"

Fabian mengangguk.

"Yang manis itu? Yang kalau senyum ada lubang di pipi kanan kirinya?"

Fabian kembali mengangguk.

"LO SERIUSAN, KAK?"

"Iya Diandra. Jadi gue kasih nih nomor lo?"

"Astagfirullah Diandra sadar ... astagfirullah ingat Eza, Ndra!" seru Diandra berulang kali sambil mengelus dadanya.

Fabian hanya mampu menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Diandra.

"Jangan, Kaaak! Gak boleh kasih nomor gue ke siapapun. Nanti Eza cemburu."

"Dirga gak bakal peduli sama lo, Ndra!"

Diandra menggeleng, "Lo gak tau isi hati dia. Siapa tahu sebenarnya dia suka sama gue, tapi dia malu."

Fabian terdiam sambil menatap Diandra iba, "Lo udah ngejar dia dari awal lo jadi peserta MOS di SMA, tapi liat udah satu tahun ini dia masih gak peduli kan sama lo?!"

Diandra menggeleng sambil berdiri berjalan ke arah jendela, "Ini nih yang bikin lo gak maju-maju. Terlalu pesimis jadi orang!"

"Gue kasih tau nih, Kak. Perasaan itu bakal berubah seiring berjalannya waktu. Dari yang awalnya biasa aja jadi suka. Dari yang awalnya suka jadi gak suka."

"Dan gue belum denger penolakan dari dia secara langsung. Jadi ... masih ada kesempatan buat gue denger kata suka dari dia."

"Selamat malam Ezaaa," teriak Diandra sambil melambaikan tangannya dari jendela.

"Ezaaa," panggil Diandra lagi.

Karena penasaran, Fabian berjalan ke arah Diandra dan berdiri di belakang gadis itu.

"Iya, ada apa?" sahut Dirga.

"Jangan lupa mimpiin aku," ucap Diandra sambil tersenyum.

Tidak ada jawaban dari laki-laki yang sedang memarkirkan sepedanya itu.

"Ezaaa," panggil Diandra lagi.

Dirga mendongak menatap gadis yang sedang memanggilnya.

"Neoreul joahaeyo!" ucap Diandra sambil membentuk simbol hati menggunakan jari telunjuk dan jempolnya.

"Diandra!" tegur Fabian sambil cepat-cepat menutup jendela kamar Diandra dan menjauhkan gadis itu dari jendela.

"Ganggu aja lo, Kak!"

"Gue gak habis pikir punya adek kayak lo!"

Diandra tersenyum. "Gue bakal buktiin kalau gue bisa buat Eza suka sama gue!"

**

Choco milkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang