CHOOSE|•| Chapter 2

28 3 0
                                    

•••

Tangan Gema bersedekap. Kedua matanya memancarkan aura yang berbeda. Malam ini ia sedang melaksanakan rapat untuk mempersiapkan penyambutan Mahasiswa Baru untuk Prodinya. Sebenarnya di dalam rapat Gema hanya sebagai pembimbing saja karena rapat dikendalikan oleh Ketuplak dan Waketuplak beserta jajaran dan panitia yang sudah dibentuk. Gema akan menambahkan jika perlu.

"Izin masuk Ketuplak. Saya dari divisi logistik, menurut saya tidak strategis jika kita memilih tempat yang saudara Ciko usulkan. Karena yang saya tahu dari demisioner kepanitiaan Osjur tahun lalu jika tempat itu sudah di-blacklist dengan banyaknya kendala." Begitu argumen dari Azian.

Ciko selaku Korlap langsung mengangkat tangannya. "Izin masuk. Saya tahu jika tempat itu sudah di-blacklist, namun saya mempertimbangkan kembali jika tempat itu tidak seburuk apa yang dikatakan panitia terdahulu. Setelah saya survei, banyak perubahan yang signifikan dari tempat itu dan yang paling penting hutan disana sangat cocok untuk melakukan jerit malam."

"Izin masuk. Disini kita mencari tempat bukan untuk dilaksanakannya jerit malam. Di sini kita sudah memiliki konsep tersindiri dan tidak terfokus hanya pada kegiatan itu saja, kita harus memikirkan tempat yang benar-benar nyaman untuk Maba dan kita selaku panitia. Yang saya tahu tempat yang saudara Ciko usulkan bahkan jauh dari puskesmas terdekat, dan lingkungan warga."

Argumen demi argumen saling bersahutan, perdebatan dalam forum memang sudah biasa yang tidak biasa itu ketika dalam forum tidak ada adu argumen sama sekali.

"Izin masuk Ketuplak. Anda ini bagaimana selaku Ketuplak? Yang saya lihat daritadi selama forum berlangsung anda hanya diam dan menonton argumen dari rekan-rekan anda. Ketika anda merasa jika argumen mereka tidak akan membuahkan hasil seharusnya anda memberikan pilihan lalu menyerahkan ke yang lain apakah setuju atau tidak agar perdebatan ini tidak membuang-membuang waktu.

Forum dikendalikan oleh anda, anda bisa memutuskan ketika rekan-rekan anda setuju. Bukan hanya diam dan menonton saja. Anda siap atau tidak sebagai Ketuplak?!"

Seketika euforia berubah. Semuanya terdiam begitu Gema berbicara. Sebagian orang yang awalnya menikmati perdebatan antara beberapa orang di dalam forum tersebut kini menunduk kepala. Karena masih ada sebagian yang belum terbiasa dengan suasana forum seperti itu, biasanya mereka yang tidak tergabung dengan organisasi dan ingin mengikuti kepanitian untuk sekadar mencari eksistensi. Sangat lumrah.

"Kalian sudah melakukan rapat sebanyak enam kali dan baru menghasilkan konsep, tema, bahkan jobdesk setiap divisi belum ada hasilnya sama sekali."

"Jika bingung, silahkan kalian bertanya ke Demisioner, jangan diam dan tidak menghasilkan apapun. Dan yang bikin saya kecewa di sini, selama rapat dilaksanakan hingga saat ini kalian tidak pernah mengundang Demisioner sama sekali. Kenapa? Padahal Demisioner bisa membantu kalian tetapi kalian seperti tidak menganggap mereka."

Di sini Gema benar-benar meluapkan apa yang sudah tertahan di dalam hatinya. Dari awal ia sudah memberitahu tentang permasalahan ini namun panitia tampak tidak acuh, mereka merasa bisa dan mampu tetapi nyatanya nihil besar.

"Jika seperti ini kalian hanya buang-buang waktu dan tenaga. Kalian merasa bisa dan hebat, hah?! Demisioner menganggap kalian sebagai panitia hebat karena tidak pernah ada satupun yang bertanya mengenai kegiatan osjur, tapi asal kalian tahu perkataan mereka itu hanya sebagai sindiran karena kalian so, merasa bisa dan seolah tidak membutuhkan mereka. Dan sekarang? Ini hasilnya?"

Gema berdiri, berjalan angkuh ke tengah ruangan. Menatap panitia secara menyeluruh dengan kilatan yang mematikan. Ini begitu mengerikan.

"Saya percuma di sini. Ada ataupun tidak, saya tidak dianggap. Kalian tidak pernah mendengarkan perkataan saya terkhusus Ketuplak dan Waketuplak yang terhormat. Tata tertib panitia tidak dipatuhi, masih ada yang memainkan ponsel, membuat forum di dalam forum. Dimohon untuk Ketuplak yang terhormat, benahi terdahulu jajarannya! Permisi."

Selepas itu Gema pergi menghasilkan embusan napas panjang bagi semua panitia. Ini gila, Malam ini Gema sudah membuat semua orang tidak berkutik, membuat sebagian panitia cewek tertunduk menahan tangis.

"Nanti, kalian minta maaf, ya, ke Demisioner lalu rapat selanjutnya kalian undang mereka agar mereka bisa memantau kalian juga, jangan sampai Osjur ini menjadi ajang perpeloncoan dan ajang balas dendam kalian."

Suara halus yang begitu menenangkan sejenak bisa merubah suasana di dalam ruangan itu. Tama, selaku Wakil Ketua Himpunan itu mengelus Zio sebagai Ketuplak. Ini pembelajar untuknya dan semua panitia. Mau seberapa hebat mereka tanpa Demisioner mereka tidak akan terlihat karena peran Demisioner sampai kapanpun akan terlibat.

***

Pagi hari ini Gema merasa lelah. Setelah malam tadi ia mengurusi beberapa masalah dengan Zio tentang Ospek Jurusan Gema baru bisa pulang pukul 6 pagi dan ia hanya bisa tidur selama 2 jam karena setengah sepuluh ia harus kembali ke kampus untuk mata kuliah paginya. Gema beberapa kali memijat pelipisnya, sebelum Dosen memasuki kelas punggung Gema sudah dipijat oleh Samudra dengan suka rela mungkin karena Samudra tahu bagaimana padatnya aktivitas Gema.

"Thanks, Sam."

Samudra menepuk pelan bahu Gema dan duduk ke tempat asal.

Sebenarnya Gema tidak begitu fokus untuk memerhatikan Dosen yang menerangkan di depan sana. Gema terus menggelengkan kepalanya ketika rasa pusing menyerang. Hingga waktu berjalan sejam lamanya bunyi ponsel Gema terdengar menampilkan satu pesan dari Fio. Gema menepuk keningnya pelan lalu membalas pesan dengan cepat. Bergerak gelisah karena Dosen masih belum menyelesaikan pembelajarannya, nampaknya gerak-gerik Gema mampu menarik perhatian Samudra dari belakang.

"Kenapa?"

"Gue lupa. Fio," ujar Gema seraya berbalik badan. Setelah mengucapkan itu Gema baru bisa bernapas lega ketika Dosen mengakhiri mata kuliahnya. Gema bergerak cepat keluar dari kelas.

Samudra menatap Gema dengan takjub.

"Masih mau jadi budaknya Fio itu orang." Samudra menoleh. Ucapan remeh dari Hito membuat Samudra memoles kepala Hito dengan kasar.

"Kenapa, sih? Bener, kan, kalau Gema emang selalu jadi budaknya Fio. Disuruh ini itu mau aja, gue kasihan aja lihat Gema berasa gak ada harga dirinya dihadapan cewek." Bela Hito sebagai teman Gema yang kontra akan hubungan temannya itu.

"Lo belum ngerasain namanya berjuang."

"Emang berjuang harus merendahkan harga diri kita sebagai cowok?"

"Emang yang dilakukan Fio merendahkan harga diri Gema selama ini?" Tanya Sam sedikit kesal.

"Gema emang selalu nurut apa kata Fio, tapi hal itu tidak membuat Gema berubah menjadi orang lain. Dia masih menjadi Gema yang kita kenal meskipun waktunya harus bisa terbagi untuk Fio.

Kita tahu orang lain mengenal Gema karena peran Fio, tapi selain itu orang lain mengenal Gema karena kepribadian Gema yang beda dari orang lain. Jadi lo gak usah nyalahin Fio kalau Gema selalu menuruti apa kata ceweknya, karena cara itu Gema mempertahankan apa yang menjadi miliknya."

Ucapan panjang kali lebar dari Samudra mampu membuat Hito terdiam dan mendengus kesal. Selalu saja seperti itu. Jika Hito salah satu orang yang kontra akan hubungan Gema, di sisi lain ada Samudra yang pro akan hubungan temannya itu.



To be continued

•••

CHOOSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang