#08. Perubahan Hidup Drastis

37 0 0
                                    

Hari-hari berikutnya, aku mulai lupa diri dan terus hidup hanya untuk bermain menikmati kesenangan dan hidangan "mainan" duniawi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari-hari berikutnya, aku mulai lupa diri dan terus hidup hanya untuk bermain menikmati kesenangan dan hidangan "mainan" duniawi.

Yang aku lakukan hanya bermain dan bermain....

Lupa diri, lupa semua....

Suatu hari, aku kaget ketika disuruh pergi dari rumah yang kutinggali bersama keluarga yang kucintai.

"Insan.....kamu seharusnya tidak berada disini!!!"

"pergilah dari rumah ini.....!!!!"

"PERGI.....Aku bilang PERGI dan TINGGALKAN RUMAH INI !!!!!".....Suaranya semakin menggema.

Sebuah suara yang tak asing terdengar jelas masuk kedalam telingaku dan tersimpan sangat dalam ke hatiku.

"Seharusnya kamu pergi ke rumah sana bersama ibu dan keluargamu yang lain...." Suaranya semakin menggema.

Aku mencari "Sang ayah" namun dia telah pergi ke Kalimantan untuk mencari nafkah.

Aku ditarik dengan paksa, dengan sekuat tenaga aku tahan diriku pakai kakiku, aku malah diseret keluar. Aku tidak ingin keluar karena aku tak ingin meninggalkan rumah yang aku cintai.

Sekuat tenaga aku menahan diri, semakin keras pula tarikannya untuk mengeluarkanku dari rumah.

Aku tak kuat, aku lelah dan aku tak menyangka sama sekali. Kekuatannya berkali lipat daripada kekuatanku. Ini semua baru buatku.

"Kenapaaaaaa.......?????????" Aku bertanya.

Semua yang ada terdiam dan tak ada yang berani menjawab.

Aku bingung jadinya, karena tak ada penjelasan sama sekali.

Seketika...Aku menangis sekeras-kerasnya...

Air mataku menetes dengan deras...

Mataku memerah dan perih sekali...

Keringat mengucur dari seluruh pori-pori...

Hatiku sakit dan terluka...Aku merasa terhina karena terusir dari rumah.

"Bagaimana mungkin aku mendadak terusir dari rumahku?"

"Inikan rumah aku.....!!!" Teriakku.

Si lelaki yang tak punya rasa itu diam saja.

Saat itulah aku sadar, bahwa rumah yang aku tinggali bukanlah milikku.

Iya aku tidak punya hak atas rumah itu. Yang punya hak adalah yang punya nama dalam sebuah sertifikat rumah.

"Aku ini siapa?....."

Aku hanyalah bocah ingusan yang belum tamat sekolah, belum punya KTP apalagi punya hak atas sebuah rumah.

Aku baru sadar, bahwa kepemilikan sebuah rumah sangat penting, karena kalau tidak, kita bisa saja terusir dari rumah.

1st NOVEL: THE POET'S LOVE VERSE "AYAT CINTA SANG PUJANGGA"Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang