Chapter 2.2

21 8 1
                                    

Karena Turan memiliki tempat tinggal sementara yang cukup pantas, kuminta Kaleis tetap bersamanya untuk saat ini. Turan tinggal di salah satu area yang kurasa cukup kondusif, tenda darurat dan bangunan non-permanen yang berada di tempat itu tersusun rapi, kebersihannya juga lumayan terjaga.

Kaleis juga sangat percaya pada Turan, padahal dulu Kaleis paling tidak suka ketika Turan main ke rumah. Kaleis banyak berubah, dia menjadi lebih dewasa. Kurasa bagus juga kalau Turan bisa mendapatkan hati adikku itu.

Aku pamit pada Turan dan Kaleis setelah menginap semalam. Aku harus kembali pada rombonganku, kuyakin mereka mencariku karena aku pergi tanpa bilang siapa-siapa.

Namun kudapati sebuah insiden saat aku kembali.

"Gawat!" Troias tergopoh-gopoh menghampiriku.

"Ada apa?"

"Anak itu membuat masalah, baru saja dia dibawa ke tempat pertemuan kemarin."

"Alex?"

"Semalam ada seseorang tertangkap basah mencuri. Yang menangkapnya adalah salah satu dari pemilik kekuatan dewa. Saat orang itu akan dihukum, Alex berusaha mencegahnya dan keributan tidak terhindarkan."

Aku mengacak rambutku yang kusut, kenapa masalah selalu saja datang setelah aku merasakan sedikit kelegaan.

Tanpa berlama-lama, aku mendatangi tempat pertemuan kemarin bersama Ayla. Pengasuh Alexandr itu bersikeras ikut karena merasa bertanggung jawab atas perbuatan Alexandr.

"Kami sudah menunggumu, Ulriez Rheos," Tholousi menyambutku.

"Maaf membuat kalian menunggu."

Tempat pertemuan yang sebelumnya adalah gedung serbaguna itu digunakan sebagai pengganti gedung pemerintahan yang telah rata dengan tanah. Alexandr duduk di kursi lipat yang berada di tengah ruangan bersanding dengan seorang lelaki yang tidak kukenal, Alexandr memalingkan muka begitu mengetahui kedatanganku dan Ayla.

Berbeda dari sebelumnya, hanya ada satu orang biasa selain tiga pemilik kekuatan dewa yaitu pria berjas. Seingatku namanya Nikolidis.

Aku dan Ayla duduk di kursi yang sudah disediakan. Sesaat aku sempat melihat pelipis Ignis yang lebam, satu-satunya yang bisa melukainya hanyalah Alexandr.

"Mungkin kau sudah mendengar dari orang-orangmu tentang kejadian semalam, jadi aku akan langsung kepada intinya," Nikolidis memulai pembicaraan.

"Baik," aku mengangguk siap.

"Kami telah memutuskan bahwa Alexandr Gregg, tidak bisa tinggal di Athena."

"Atas dasar apa kalian memutuskan hal itu?" aku berusaha tenang meski sebenarnya sangat terkejut.

"Alexandr Gregg bukanlah bagian dari legenda negeri ini, kekuatannya tidak diketahui dan yang terpenting, pola pikirnya akan berbahaya bagi keadaan Athena dalam jangka panjang. Namun kami akan mendengarkan pendapat anda, Ulriez Rheos, sebagai salah seorang yang memiliki warisan dari salah satu dewa tertinggi Olympus, untuk mempertimbangkan kembali keputusan ini."

"Baiklah, tapi aku perlu mendengar sendiri apa yang ingin Alex katakan. Aku takkan membelanya jika dia memang salah, tapi jika ada kebenaran yang berusaha kalian sembunyikan maka aku akan melindunginya meski artinya harus bertarung melawan kalian."

Tholousi mengangguk lalu mengambil alih posisi Nikolidis.

"Alexandr Gregg, silahkan. Kau bisa mengutarakan apapun di hadapan kami."

Alexandr masih memalingkan muka, sepertinya dia menahan amarah hingga tidak mau bicara.

"Alex, bicaralah agar aku tahu yang sebenarnya terjadi," pintaku.

Heroes of the LegacyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang