[5] sore-sore hampir ke gep, tapi aman

Start from the beginning
                                    

KAK HOSEOK

Oh

Oke

Terus gimana?

ME

Aku mau ngusir tapi dia
maunya nungguin aku
sampe kakak dateng

Ngeselin

Jangan kesini dulu kak

KAK HOSEOK

Aku berenti jalan nih

Kamu maunya gimana?

"Taehyung," panggil aku dan dia langsung mengalihkan pandangannya ke aku. "Temen aku udah di tempat janjiannya, aku mau nyusul dia. Kamu pulang aja, ya?"

"Jauh gak tempatnya?"

"Enggak! Dekeeeeet banget. Sana, pulang, nanti keburu malem!" masa bodoh deh kalau dia menganggap ini sebagai usahaku untuk mengusir. Masalahnya, kalau sudah berurusan sama Taehyung, pasti masalahnya dibesar-besarin lagi sama dia.

Puji kerang ajaib, akhirnya dia mau berkompromi sama aku! Pasang helmnya lagi, nyalain mesin motor, dan walaupun menjengkelkan minta ampun saat bilang, "Bilang nanti kalau udah di rumah, jangan lupa foto."

"Iya, iya."

Taehyung pergi. Tanganku gatal. Seketika berpikir kalau emang ada baiknya hubungan ini di akhiri. Komitmen, pantatku. Main sama temen aja trust issuesnya minta ampun. Suka terheran-heran. Aku menoleh ke belakang akhirnya, melihat Kak Hoseok pakai kaos kuning sudah berjalan lagi berniat menghampiri.

"Aku gak tahu lho kamu udah punya pacar." Ucapnya tepat setelah kami memutuskan untuk jalan ke warung sate padangnya.

Aku meringis dan malu sebenarnya, tanganku menggaruk leherku. "Iya, Kak, hehe."

"Terus kamu bilang apa tadi?"

"Bilang kalau Kakak udah disana." jawabku, "Soalnya dia ngeselin parah. Kayaknya mau putus deh."

"Hush, kok bilang gitu sih?"

"Terlalu posesif, gak suka."

"Kamu gitu yang mutusin?"

"Kalau bukan aku, jadi harus nunggu dia mutusin aku? Dih, jangan sampe. Hubungannya udah gak sehat Kak." balasku sewot, bukan, bukan, lebih ke sarkas betul gak sih?

Kami sampai di warung sate padang yang kebetulan tempatnya masih sepi lantaran baru di buka warungnya. Juga Pakde sempat bilang kalau bikin sate padangnya agak lama sedikit, karena baru siap-siap tapi kami datang kelewat cepat. Lapar sih, tapi bukan masalah besar. Aku bisa menunggu sedikit.

"Orangnya dua tapi belinya satu?"

"Berdua, Pakde." jawabku, ya gimana ... niatnya juga mau beli masing-masing satu porsi, tapi masa Kak Hoseok lagi yang beli? Aku aja tadi rela menyisihkan uang jajan untuk patungan makan sate padang sekarang.

Siapa sih yang setan disini? Masa baru makan lima menit sudah mau habis? Iya, aku sama Kak Hoseok makan juga tanpa suara atau aku yang terlalu fokus sama sate padangnya? Masa iya? Kemarin aja bisa tuh ngobrol banyak.

"Masih laper gak?"

"Dikit, Kak." aku meringis lagi dan lebih meringis lagi saat Kak Hoseok tanpa ragu-ragu memesan satu porsi sate padang lagi untuk kita berdua. Di makan berdua lagi dan baru deh perutku delapan puluh persen kenyang.

"Kak, tapi uang aku udah habis buat bayar yang satu porsi lagi, aku gantiin di rumah ya?"

"Gak usah, gak papa, murah ini."

"Tapi nanti uang jajan Kakak habis."

Dia menoleh singkat kepadaku dan tertawa (agak sedikit mengejek) sambil mengucap, "Yaelah, santai aja sih. Bang Yoongi juga baru ngasih uang jajan tambahan kok, beli seporsi sate padang doang gak bikin miskin kali."

Aku yang miskin Kak soalnya.

Aku berdecak, "Iya deh, yang kaya." cibirku, sekali-kali bikin Kak Hoseok jengkel (itu juga kalau dia merasa begitu). "Kak Yoongi udah pulang dinas, ya?"

"Iya, makanya duitnya banyak."

"Makanya kemaren bilang nya mau traktir?"

"Iya." Kak Hoseok menjawab, "Kamu sih, sok-sok an patungan. Padahal duit baru dikasih."

"Gaenak tahu lusa kemaren udah ditraktir martabak!"

"Oooh ada yang gaenak." dia cekikikan sendiri, matanya menyipit saat begitu, aku gak kuat buat nahan tangan aku yang auto refleks mukul pelan kekuatan minimum ke lengannya. Panik sejenak, aku gak bohong, tapi Kak Hoseok tingkahnya sama sekali tidak terusik sama pukulan aku.

Baru ingat kalau aku bawa tas berisikan buku-buku sekolah saat berjalan menuju rumah dan mulutku sudah gatal untuk siap memulai sesi mengeluhku. Ini yang pertama kali, mengeluh sama Kak Hoseok. "Kak, kenapa gak naik motor aja sih?"

"Olahraga sore."

"Kak, nanti laper lagi, gimana?"

"Ya makan, susah amat sih." katanya. "Jangan nyusahin diri sendiri." dia bilang selanjutnya dan kalau dia pikir aku lupa, jawabannya tidak! Aku tahu dia lagi quote chat aku sama dia kemarin.

"Ngeselin deh."

"Hehe, marah ya?"

"Enggak."

"Katanya kesel?"

"Kesel, iya. Marah kan beda lagi, Kak."

"Berarti sekarang marah?"

"Gak."

"Ah, masa iya?"

"Gatau deh."

"Wah, marah dong ya?"

"Bentar lagi."

"Wah, takdir ya berarti aku ketemu kamu pas lagi kesel mulu?"

"Iya, kali, Kak."

"Berarti---ADUH!"

"DIH KAK HOSEOK KENAPA JATOH?"

Gusti, Engkau begitu menyayangi hamba ya? Sampai-sampai yang membuat hamba kesal, di bikin jatuh karena kesandung batu ukuran sedang di jalan dekat pekarangan rumah kami?

Tanganku menarik lengan Kak Hoseok untuk membantunya berdiri tegap, untungnya dia tidak terluka lututnya. Tapi mulutnya mengaduh kesakitan, aku pukul saja lengannya, "Apaan sih, Kak? Kesandung gitu doang cemen banget?"

"Woi, sakit tulang kering gue, bego."

Satu

Dua

Tiga

Empat

"B-bukan gitu mak----"

"HAHAHAHAHHAHAHAHAHHAHA! CEMEN DASAR! YEU, COWOK BUKAN? BERDARAH JUGA ENGGAK! MENTAL TEMPE NIH KAK HOSEOK!"

"WOI! EH SEMPAK!"

"SEMPAK-SEMPAK! TUH SEMPAK KAKAK WARNANYA ABU-ABU KAN?"

"KOK?! KOK TAHU SIH?!"

"SORE, KAK HOSEOK!"

Iya tadi, tidak sengaja terlihat pas dia jatuh, karena posisinya berada di depan aku. Mata aku salah? Bukan! Bukan salah mata aku dong! Salah pantat Kak Hoseok!

By the way, aku sudah ngacir masuk ke rumah💅💅💅

[SUDAH TERBIT] sore, hoseok !Where stories live. Discover now