"Wer bist du?" tanya wanita itu keheranan dalam bahasa Jerman. 

"Selamat siang." sapa si pemuda dalam bahasa Jerman, "Nama saya Vincent. Saya--"

Ekspresi keheranan si wanita sekejap digantikan oleh pemahaman dan kelegaan luar biasa, "Kau pasti pengganti bocah itu!"

"Um... saya dapat info dari Timothy--"

"Ja! Ja! Anak itu melarikan diri dari kewajibannya menjadi pianis di konser hari ini karena tangannya terbakar kompor induksi..."

Vincent membelalak syok,"Apa?"

Wanita itu mencengkeram kedua pundak Vincent, "Aku tahu dia nggak sebodoh itu untuk mencampakkan konserku di menit-menit terakhir. Monika Bohm, penanggung jawab konser hari ini."

Bohm? Monika Bohm sang music director yang tersohor itu?!

"E--uh... sebuah kehormatan bertemu dengan Anda, Frau Bohm..."

"Senang ketemu denganmu, Nak. Kau penyelamat kami." Monika menepuk-nepuk pundaknya dan menggiringnya menyusuri koridor.

 Vincent tergagap. "Anda bilang konsernya hari ini?"

"Ya, kurang lebih dua jam lagi." Monika membuka sebuah pintu menuju ruang latihan yang ramai.

Timothy, kau sialan.

"J-jadi saya akan jadi solois?"

"Piano concerto-mu dijadwalkan di tengah jadi kau masih punya waktu melakukan gladi resik dengan seluruh tim orkestra."

Timothy kau brengsek!

Monika menghadapi seluruh anggota orkestra yang sedang berlatih di hadapan mereka, "Semuanya! Kenalkan, ini Vincent, pengganti Timothy! Bocah itu rupanya masih punya akal sehat yang cukup untuk menebus dosa besarnya padaku..."

"Hallo, Vincent..." seluruh anggota menyerukan sapaan-sapaan yang berbeda secara bersamaan. Konduktornya bahkan menyalami Vincent dengan gaya resmi. Vincent semakin syok. Itu adalah Josef Scholz! Josef Demi-Tuhan-Apa-Yang-Orang-Jenius-Ini-Lakukan-Di-Sini Scholz!

"Sebentar." Vincent mengangkat kedua telapak tangannya dalam gestur menyerah, "Saya tidak tahu saya diseret dalam pertunjukkan ini. Kupikir Anda mengadakan audisi atau semacamnya!"

"Ja... ja... kau lulus audisi dan sekarang langsung duduk di belakang piano sana!" titah Monika.

"Kau akan memainkan dua piece ini..." Josef menunjukkan lembar notasi musik kepada Vincent, yang pada tahap ini hanya bisa pasrah menerima nasibnya yang mencengangkan sekaligus menyedihkan.

Vincent menelan ludah.

"Saya punya dua syarat."

Semua orang di ruang latihan membeku. Vincent meneruskan.

"Saya akan dibayar dengan harga yang pantas." Vincent mengemukakan syarat pertamanya kepada Monika, membuat atmosfer kembali mencair.

"Pffsh! Tentu saja!" Monika mengibas-ngibaskan tangannya seolah perkara itu sudah jelas.

"Kedua..." Vincent meneruskan, membuat suasana kembali tegang.

"Kedua?" tanya Josef was-was.

Vincent menggigit bibirnya seraya menatap lembaran musik di tangannya.

"Bolehkah saya menambahkan satu penampilan lagi?"

Lala tidak bisa mempercayai penglihatannya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Oct 06, 2023 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

CanonWhere stories live. Discover now